Langit yang semulanya cerah menjelang petang menjadi mendung. Guntur bersahutan seolah menyerukan atas kemenangan Wu Xian membantai para iblis.Peperangan itu berlangsung dengan sengit. Wu Xian dibntu oleh Diwey berhasil melumpuhkan para blis itu."Serang!"Terdengar suara seruan dari arah utara. Wu Xian segera menoleh.Jenderal Lee datang dengan membawa ratusan pasukan? Apa yang mereka lakukan? Dia sedikit heran melihat jenderal dari kayangan datang.Mungkin Kaisar Langit sudah melihatnya dari kolam lotus apa yang sedang dia alami. Wu Xian tersenyum seraya mengangkat sepasang matanya ke langit. Pertarungan pun kembali berlangsung."Salam, Pangeran Agung Wu. Maaf jika kami datang terlambat." Jenderal Lee dan para tentara langit memberi hormat pada Wu Xian."Kalian datang tepat waktu. Terima kasih," balas Wu Xian dengan wajah tenang.Setelah situasi kembali aman, Wu Xian mengajak para pasien untuk kembali ke posko pengobatan. Sementara Jenderal Lee dan para tentara langit kembli ke kay
Pagi yang dingin di musim salju. Di lereng bukit Hanciang terlihat rombongan yang sedang melintas. Empat orang memikul tandu di bahunya. Dari dahan pohon besar, Yang Zhu memandangi mereka sambil duduk.Kabut hitam yang menyelimuti Desa Dongjin sudah menghilang. Wabah penyakit pun telah lenyap. Penduduk sudah kembali menjalani hidup mereka seperti sedia kala. Tinggalah dirinya yang sedang di dera kegundahan tak jelas.Sejak Wu Xian datang ke pondok di hutan dan mengobatinya yang sedang berpura-pura sakit, Yang Zhu menjadi gelisah.Sering kali ia teringat akan perhatian Wu Xian dan cara pria itu menatapnya. Sungguh indah. Dan dia menyadari jika sesuatu sedang terjadi di hatinya saat ini. Entah apa.Wu Xian, pria yang sedang duduk di dalam tandu itu tak lain adalah Wu Xian. Kaisar Barat memintanya untuk menghadap ke istana sebagai tamunya, itu yang Yang Zhu dengar saat ia mengendap-endap di ponndok Wu Xian saat Jenderal Mong Yi datang menemuinya.Ingin rasanya Yang Zhu pun ikut serta ke
Ratu Mo Yeong tersentak dari fantasinya. Ekor matanya melirik pada Kaisar yang sedang menatapnya heran."Pangeran Agung Wu bertanya padamu, kenapa kau diam saja?" tanya Kaisar.Ratu Mo menelan ludah kasar. Masih tampak ling lung ia menolehkan kepala ke arah pria dengan hanbok putih di depannya. Wu Xian memasang wajah tenang-tenang saja.Astaga, rupanya yang barusan terjadi hanya ilusinya saja. Ratu Mo berusaha mengembalikan mood dan memperbaiki posisi duduknya."Pangeran Agung Wu Xian, apa yang kau tanyakan? Tolong katakan sekali lagi. Maaf, jika tadi aku sedang melamun," ucapnya.Wu Xian mengangkat sepasang matanya perlahan. "Ratu, aku hanya ingin melihat tempat pemandian saja," jawabnya dengan tenang.Ratu Mo mengangguk. "Hanya itu rupanya." Ekor matanya melirik pada dua orang dayang. "Kepala Dayang Sun, antar Pangeran Agung Wu ke pemandian," ucapnya.Kepala Dayang bergegas maju sambil membungkuk. "Baik, Yang Mulia."Wu Xian segera melenggang pergi mengikuti langkah Kepala Dayang me
Angin sore itu berhembus cukup kencang di tepi pantai. Sinar jingga masih menggantung di atas permukaan air laut.Wu Xian terlihat memacu kudanya mengitari pantai. Dari atas tebing yang tinggi menjulang, terlihat sosok yang sedang memperhatikannya.Yang Zhu, gadis itu memandangi pria berkuda di bawah sana dari atas tebing. Tepi jubahnya yang berwarna merah melambai-lambai tertiup angin.Wu Xian tiba di satu tempat yang ia yakini tempat bersemayamnya bangsa siren. Pria itu segera turun dari kuda, lantas berjalan cepat menuju sebuah gua yang letaknya tidak jauh dari mulut laut.Suku siren tinggal di gua yang lembab dan gelap. Mereka biasa berkelompok untuk menyerang musuhnya. Berbeda dengan suku mermaid yang memiliki rupa manusia setengah ikan dan di gambarkan dengan sosok perempuan cantik.Siren memiliki rupa yang seram dan mengerikan. Dia memiliki taring dan mata tombak tajam di tengah ekornya. Tak hanya itu, bangsa Siren pun memiliki sifat yang liar dan buas, juga naluri membunuh yan
Wu Xian kembali ke kayangan setelah gagal menemukan Ratu Mo Yeong. Kaisar Langit menyambut kedatangan sang adik dengan penuh suka cita.Wu Xian mengatakan jika ada banyak hal yang harus dia kerjakan di kota Kekaisaran Barat. Kaisar Lee Jin-hay telah menikahi siluman siren dan sudah memabawa rakyatnya untuk menjauh dari ajaran Budha."Aku tidak mengizinkanmu untuk kembali ke alam manusia. Tetaplah di sini dan selesikan pendidikanmu. Kau bukan hanya seorang Maha Dewa, tetapi juga Pangeran Agung kami." Ibu Suri yang tiba-tiba muncul di ruangan itu langsung berkomentar dan menyela perbincangan Wu Xian dan Kaisar Langit.Baik Wu Xian maupun Kaisar Langit, keduanya bergegas bangkit dan langsung memberi hormat pada wanita nomor satu di kayangan itu."Salam, Ibu Suri." Ibu Suri menatap sinis pada Kaisar Langit, lantas tersenyum pada Wu Xian. "Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu, bisa kita minum teh di taman?" ucapnya.Wu Xian mengangguk. "Tentu."Ibu Suri tersenyum manis untuk Wu
Musim dingin di wilayah Dongjin. Salju putih terlihat di mana-mana. Wanita jubah hitam terlihat menunggangi kudanya menuju Timur.Setelah insiden di kota kekaisaran, Yang Zhu tidak lagi melihat tabib muda.Entah kemana di pergi, dan hatinya tidak baik-baik sejak itu. Tabib muda yang rupawan dan genius telah menggetarkan hatinya.Hati yang bahkan tidak pernah merasakan perasaan seperti itu sebelumnya. Juga, kejadian di pondok malam itu ...Fuhh ...Mengapa dia kesulitan melupakan Wu Xian?Mereka jelas berbeda. Wu Xian tercipta dari cahaya dan direstui oleh para dewa. Dialah reinkarnasi Maha Dewa Ying!Sungguh mustahil baginya bisa menggapai Wu Xian.Semesta tidak akan memberi restu. Juga ayahnya sang Raja Iblis. Huh ... apa-apaan ini?Konyol sekali!Mengapa dia terus saja memikirkan Wu Xian? Bahkan dia telah gagal menghabisi pria itu. Ayahnya pasti akan sangat murka. Lantas, apakah dia akan tetap pulang ke istana iblis?Sambil memacu kuda hitamnya, Yang Zhu terus berpikir."Tuan Put
Salju putih bertaburan di langit. Dahan pohon maple tak mampu lagi menunjukkan warna aslinya. Salju menutupi semua dahan dan ranting. Daun-daunnya gugur entah sejak kapan.Ibu Suri menatap dengan pupil yang lebar. Gadis di depannya kini sedang berlutut. Hanfu putih itu begitu bersih, dan rambutnya yang panjang begitu hitam. Apakah benar, gadis ini putri dari Dewa Matahari?Bukankah sang dewa telah pergi bertapa di gunung Liowang? Bahkan, seingatnya Hue Jin tak memiliki satu anak pun. Bagaimana mungkin dia mengaku sebagai putri Dewa Matahari yang perkasa?Suasana di aula begitu hening. Tidak ada satu pun yang berani mengeluarkan suara, meski untuk sekedar menjernihkan tenggorokannya saja."Jing Que, apa buktinya jika kau adalah putri dari Hue Jin dan Yue Yao? Apa buktinya jika kau putri Dewa Matahari?" Ibu Suri bertanya pada Yang Zhu dengan suara lantang dan tatapan yang begitu mengintimidasi. Semua orang terkejut mendengarnya. Kaisar Langit yang sedang menyimak hanya mengusap jangg
Angin bertiup kencang di wilayah Kota Kekaisaran Barat. Kuntum bunga sakura gugur dan berjatuhan karena embusan angin.Benda tipis dengan warna kemerahan itu menimpa tumpukan putih di bawah pohonnya. Seketika ia membeku dan pucat.Di dalam sebuah rumah kecil yang letaknya amat jauh dari Kota Kekaisaran Timur, Xi Wang sedang menyisir rambut panjang seorang wanita. Dia melakukannya dengan telaten dan hati-hati.Mo Yeong membuka matanya perlahan. Bibir kemerahan bak bunga lotus yang baru mekar itu mengulas senyum sipu.Sudah lama sekali dia merindukan saat-saat seperti ini. Dulu, Xi Wang selalu menyisir rambutnya setiap dia selesai mandi.Dia merasa sangat istinewa akan perlakuan kekasihnya itu."Aku senang kau telah kembali, Kakak Wang ..."Mo Yeong berkata pelan dengan nada yang lirih. Setelah ratusan tahun berpisah, dan kini dia dapat bertemu lagi dengan kekasihnya itu. Dia amat terharu karenanya.Xi Wang tersenyum simpul mendengarnya. "Aku kehilangan memoriku setelah bereinkarnasi m