Raja Iblis Xin Yi langsung memuntahkan darah saat tiba di istananya. Xi-Wang memapahnya berjalan menuju kamarnya. Xi-Wang adalah adik satu perguruan dengan Xin Yi. Xi-Wang diberi tahu oleh salah seorang prajurit, jika Raja Iblis Xin Yi sedang berada di istana Dong Taiyang."Kau ini mengantarkan nyawa atau bagaimana, Kakak Pertama? Maha Dewa Ying bisa saja menghabisimu tadi!" Sambil menggerutu Xi-Wang membanting tubuh kekar Xin Yi ke tengah ranjang."Cepat panggilkan Tabib. Yang Mulia sedang terluka parah. Cepat!" Xi-Wang memberi perintah pada salah seorang dayang yang berada di kamar itu.Dayang tersebut segera membungkuk dan bergegas pergi. Detik berikutnya Ratu Hui-Ying yang datang. Ia langsung histeris melihat keadaan suaminya, Xin Yi yang terus memuntahkan darah."Suamiku, apa yang terjadi padamu?" tanya Hui-Ying sembari duduk di tepi ranjang Xin Yi dan meraih jemari suaminya itu."Adik Wang, apa yang terjadi pada Yang Mulia?" Kali ini Ratu Hui-Ying menoleh pada Xi-Wang yang masih
Pangeran Lin Jiang sedang berdiri di balik jeruji besi yang mengurungnya di penjara bawah tanah. Sedangkan Menteri Ho tampak sedang berdiri di luar penjara. Malam ini Menteri Ho diam-diam menemui Pangeran Lin Jiang. Atas bantuan seorang prajurit akhirnya ia dapat menemui Pangeran Lin Jiang.Menteri Ho mengatakan pada Pangeran Lin Jiang, bahwasanya Ratu Yang dan Lu Sicheng akan menikah esok hari. Tentu saja Pangeran Lin Jiang sangat murka mendengarnya. Sedangkan Menteri Ho juga mengatakan jika Pangeran Lin Jiang akan dikembalikan ke Utara, dan tak diperbolehkan lagi memijakkan kaki di istana Dong Taiyang."Bodoh! Ini semua tidak adil untukku! Aku yakin, pasti Ratu Yang dan Panglima Lu sudah melakukan konspirasi. Semua ini tidak mungkin kebetulan, bukan?!" Pangeran Lin Jiang tampak marah. Ia menghantam dinding penjara sekuat tenaga. Sedangkan lehernya yang miring tak bisa normal lagi."Entahlah, Pangeran Agung. Namun semua petinggi istana sedang menyanjung-nyanjung Panglima Lu saat ini.
Suara gemuruh sepatu kuda terdengar semakin mendekat. Lu Sicheng dan Jenderal Chou segera menaiki kudanya. Keduanya sudah mengenakan pakaian ziran dan bersiap untuk berperang. Para prajurit sudah berdiri di barisan paling depan. Tombak dan perisai mereka pegang erat dengan pandangan lurus ke depan.Pasukkan musuh tampak sudah terlihat keluar dari kegelapan malam. Bendera Dong Taiyang segera Panglima Chou kibarkan sembari duduk di atas kudanya. Dia menoleh pada Lu Sicheng."Adik Lu, ini adalah perang pertama yang terjadi selama pemerintahan Yang Mulia Ratu. Aku harap kau bisa memimpin perang ini dengan baik," ucap Panglima Chou tampak begitu yakin pada Lu Sicheng.Namun, Lu Sicheng tidak menjawab. Pemuda itu hanya tersenyum tipis. Peperangan ini tidak seharusnya terjadi. Tidak, tidak, peperangan ini memang tak boleh sampai terjadi.Lu Sicheng segera memajukan kudanya menuju pasukkan musuh."Adik Lu!" Jenderal Chou sangat terkejut melihat Lu Sicheng melesat pergi menuju pasukkan musuh.
Sementara itu di istana Dong Taiyang,Ratu Yang dan Ibu Suri tampak gelisah sembari berdiri di tepi pagar balkon lantai dua istana.Perdana Menteri Han dan Penasehat Bai Jue tampak berdiri di masing-masing sisi mereka. Sedangkan Yihua dan Xue Ying berdiri agak jauh dari mereka. Namun wajah keduanya pun terlihat sangat cemas."Ibu Suri, kenapa pasukkan musuh tampak berhenti di satu titik? Apakah Panglima Lu telah berhasil bernegosiasi dengan mereka?" tanya Ratu Yang sembari menoleh pada wanita yang tengah berdiri di sampingnya."Entahlah, Yang Mulia. Namun sepertinya perang ini berhasil dihentikan," balas Ibu Suri, lantas tersenyum pada Ratu Yang."Panglima Lu memang bisa diandalkan." Penasehat Bai Jue ikut menimpali. Sedangkan Perdana Menteri Han hanya tersenyum lega."Yang Mulia, Hong Ri melapor." Tiba-tiba saja Hong Ri datang menghampiri Ratu Yang dan yang lainnya. Pemuda itu tampak tergopoh-gopoh dengan wajahnya yang diliputi kecemasan."Hong Ri, ada apa? Kenapa kau begitu ketakuta
Malam yang begitu dingin dengan butiran salju yang mulai berjatuhan. Perang telah usai. Para prajurit segera meninggalkan medan perang sembari memapah rekannya yang terluka. Puluhan, tidak, tapi ratusan jiwa melayang di medang pertempuran tadi. Para prajurit Utara segera mengepakuasi mayat Panglima Kai. Sedangkan Panglima Diwey tampak sedang berdiri memberi aba-aba sebelum mereka meninggalkan medan perang.Hong Ri memapah Panglima Chou menuju kamarnya. Panglima Chou terluka parah. Hong Ri segera memanggilkan tabib untuk mengobatinya. Sedangkan di paviliun prajurit, tampak ratusan prajurit yang terluka parah. Mereka terus mengerang mengaluhkan rasa sakitnya. Para tabib kewalahan mengobati mereka.Lu Sicheng masih belum sadarkan diri. Pemuda itu terbaring pada ranjangnya. Hong Ri sudah mengganti pakaian Lu Sicheng dengan hanbok berbahan tipis warna putih polos. Lu Sicheng terluka parah, karena serangan dahsyat Panglima Kai yang bertubi-tubi menhantamnya tanpa ampun.Ratu Yang dan Ibu S
Pagi yang dingin dengan tiupan angin dan butiran salju yang turun sedari semalam. Benar, musim dingin telah tiba di pertengahannya. Raja Utara Lin Xiang datang bersama dua menteri utama ke istana Dong Taiyang. Kedatangan sang raja ingin bernegosiasi agar kerajaan Dong Taiyang bersedia melepaskan Pangeran Lin Jiang.Sudah satu pekan Pangeran Lin Jiang di tahan pada penjara bawah tanah. Menteri Ho selalu datang mengunjunginya secara diam-diam. Menteri Ho juga memberitahu pada Pangeran Lin Jiang, jika perang kemarin sama sekali tak ada hasilnya. Hanya ke sia-siaan yang bodoh.Menteri Ho mengatakan jika Panglima Kai tewas di tangan Lu Sicheng. Sedangkan Lu Sicheng sendiri sempat tak sadarkan diri selama dua hari setelah perang berakhir.Dan, hari ini Raja Lin Xiang datang ke istana Dong Taiyang untuk menjemputnya. Lin Jiang mengerang kesal sembari melayangkan tinjunya pada dinding penjara. Dia tak bisa pulang begitu saja. Ratu Yang juga harus ikut bersamanya sebagai istrinya."Pangeran Ag
Suasana yang tadinya ricuh kini hening seketika. Semua mata terbelalak melihat Dewa Ming datang. Sang Dewa melayang di atas mereka. Semua orang segera berlutut padanya. Lu Sicheng segera memadamkan emosinya. Dirinya dan Panglima Chou segera berlutut. Sedangkan Ratu Yang dan Ibu Suri pun segera berlutut. Dewa Ming pasti sangat murka akan kekacauan yang sedang terjadi di istana Dong Taiyang saat ini."Aku sudah menyaksikan perseteruan yang sedang terjadi saat ini." Dewa Ming berkata, lantas sepasang mata lebar-lebar menoleh pada Raja Lin Xiang yang berlutut di hadapannya, "Kau ... Raja dari Utara, Lin Xiang. Apa kau sadar atas ucapan burukmu terhadap Dewi Quan Hie tadi? Bahkan kau pun mencerca Panglima Lu, yang tak lain adalah reinkarnasi Maha Dewa Ying. Apa kau akan bertobat atas lisan burukmu itu?!"Ucapan Dewa Ying membuat seisi ruangan itu terkejut luar biasa. Terutama Raja Lin Xiang. Dia segera menoleh pada Lu Sicheng.Apa? Reinkarnasi Maha Dewa Ying? Gumannya dalam hati. Sial! De
Malam itu Ratu Yang sedang duduk menyendiri pada bangku yang berada di tepi jendela kamarnya. Jejak air mata berkilauan di kedua pipinya.Sudah dua hari berlalu pasca kejadian di ruang rapat tempo hari, sang ratu sering menyendiri di kamarnya. Padahal persiapan pernikahannya dengan Lu Sicheng sedang dilakukan oleh para pelayan di istana. Namun sepertinya hal itu tidak membuatnya tampak bahagia.Pangeran Lin Jiang sudah kembali ke Utara. Namun hati Ratu Yang terasa sangat rancu mengingat kutukan keji yang dilontarkan oleh Raja Lin Xiang padanya dan Lu Sicheng.Apakah yang akan terjadi nanti? Akankah mimpi buruk yang pernah ia alami benar-benar akan terjadi? Air mata kembali bercucuran deras, Ratu Yang kehilangan semangatnya."Yang Mulia, Yihua membawa makanan untuk Anda. Sudah dua hari ini Anda tidak makan dengan baik." Yihua mendekat pada Ratu Yang. Kedua tangannya memegang talam logam berisi makanan untuk sang ratu.Ratu Yang tidak merespon sama sekali. Dia tetap duduk sembari merang