Ratu Yang masih duduk bersila di tengah ranjangnya. Sepasang mata terpejam dengan pikiran yang terfokus kepada Lu Sicheng. Perlahan Ratu Yang mulai memanggil Lu Sicheng dalam hatinya. Pikirannya mencapai pada tempat dimana kekasihnya itu berada saat ini.'Suamiku, pulanglah. Ritual tarian akan segera dimulai. Aku tak ingin kau datang terlambat,'Suara itu terdengar oleh Lu Sicheng yang sedang bertarung sengit dengan Raja Iblis Xin Yi. Keduanya sudah tampak kelelahan. Apa lagi Xin Yi yang sudah tampak kewalahan menangkis serangan bertubi-tubi dari Lu Sicheng. Sedangkan Dewa Ming hanya duduk melayang menonton mereka bertarung."Xin Yi, mari kita akhiri pertarungan ini!" Lu Sicheng segera menghunus Pedang Tiga Elemen."Ah, tidak!" Xin Yi segera mundur satu langkah. Mata pedang Tiga Elemen itu menyilaukan matanya. Ia segera menaruh punggung tangannya pada pelipisnya. Ini berbahaya. Lu Sicheng akan membunuhnya dengan pedang menatikan itu."Bersiaplah!" Lu Sicheng segera melesat terbang ke
Lu Sicheng baru saja tiba di istana Dong Taiyang. Ia muncul dari belakang istana dan segera berjalan cepat menuju kamar Ratu Yang. Pirasatnya sangat buruk tentang kekasihnya itu. Dia harus segera melihatnya.Di perjalanan dirinya bertemu dengan Hong Ri yang kebetulan baru saja dari arah kandang kuda. Hong Ri menghadang Lu Sicheng dan bertanya banyak padanya. Lu Sicheng hanya mengatakan jika dirinya telah tersesat di hutan Liowang saat mengejar Raja Iblis Xin Yi.Meski tak percaya Hong Ri tetap mengangguk. Mereka pun meneruskan langkahnya menuju kamar Ratu Yang.Setibanya di ambang pintu kamar sang ratu yang tampak terbuka. Hong Ri membulatkan matanya melihat apa yang sedang Pangeran Lin Jiang perbuat. Pemuda itu sedang berusaha memcium bibir Ratu Yang. Sedangkan sang ratu terus berontak sebisanya. Hong Ri segera menolah pada Lu Sicheng.Lu Sicheng mengepalkan buku-buku jemarinya. Dengan geramnya ia segera menyerang Lin Jiang menggunakan kekuatan Dewa. Akibatnya Pangeran Lin Jiang terp
Suasana dalam aula istana hening beberapa saat. Semua orang tertegun memandangi Lu Sicheng dan Ratu Yang. Keduanya sedang berdiri saling berpandangan di tengah-tengah aula istana. Ibu Suri menggelengkan kepalanya, tidak, Ratu Yang dalam bahaya. Pria itu bukan Lu Sicheng, geramnya dalam hati."Yang Zhu, menikahlah dengaku. Aku sangat mencintaimu," ucap Xin Yi dengan senyuman manis Lu Sicheng.Sepasang matanya menatap penuh mantra pada pupil Ratu Yang. Sesaat sang ratu memejamkan matanya. Pria itu pun segera memajukan wajahnya, bernafsu meraih kecupan atas bibir ranum Ratu Yang."Aakhh!" jerit Xin Yi karena ada seseorang yang menyerangnya dari belakang. Seketika pun wujudnya kembali."Raja iblis Xin Yi?" Ratu Yang segera mundur dari pria di hadapannya itu. Semua orang berhamburan ketakutan melihat Raja Iblis Xin Yi."Iblis lancang! Beraninya kau memasuki aula istana!" Lu Sicheng segera menghunus pedangnya dan menyerang ke arah Xin Yi dengan cekatan.Ratu Yang tersenyum lega melihat Lu S
Raja Iblis Xin Yi langsung memuntahkan darah saat tiba di istananya. Xi-Wang memapahnya berjalan menuju kamarnya. Xi-Wang adalah adik satu perguruan dengan Xin Yi. Xi-Wang diberi tahu oleh salah seorang prajurit, jika Raja Iblis Xin Yi sedang berada di istana Dong Taiyang."Kau ini mengantarkan nyawa atau bagaimana, Kakak Pertama? Maha Dewa Ying bisa saja menghabisimu tadi!" Sambil menggerutu Xi-Wang membanting tubuh kekar Xin Yi ke tengah ranjang."Cepat panggilkan Tabib. Yang Mulia sedang terluka parah. Cepat!" Xi-Wang memberi perintah pada salah seorang dayang yang berada di kamar itu.Dayang tersebut segera membungkuk dan bergegas pergi. Detik berikutnya Ratu Hui-Ying yang datang. Ia langsung histeris melihat keadaan suaminya, Xin Yi yang terus memuntahkan darah."Suamiku, apa yang terjadi padamu?" tanya Hui-Ying sembari duduk di tepi ranjang Xin Yi dan meraih jemari suaminya itu."Adik Wang, apa yang terjadi pada Yang Mulia?" Kali ini Ratu Hui-Ying menoleh pada Xi-Wang yang masih
Pangeran Lin Jiang sedang berdiri di balik jeruji besi yang mengurungnya di penjara bawah tanah. Sedangkan Menteri Ho tampak sedang berdiri di luar penjara. Malam ini Menteri Ho diam-diam menemui Pangeran Lin Jiang. Atas bantuan seorang prajurit akhirnya ia dapat menemui Pangeran Lin Jiang.Menteri Ho mengatakan pada Pangeran Lin Jiang, bahwasanya Ratu Yang dan Lu Sicheng akan menikah esok hari. Tentu saja Pangeran Lin Jiang sangat murka mendengarnya. Sedangkan Menteri Ho juga mengatakan jika Pangeran Lin Jiang akan dikembalikan ke Utara, dan tak diperbolehkan lagi memijakkan kaki di istana Dong Taiyang."Bodoh! Ini semua tidak adil untukku! Aku yakin, pasti Ratu Yang dan Panglima Lu sudah melakukan konspirasi. Semua ini tidak mungkin kebetulan, bukan?!" Pangeran Lin Jiang tampak marah. Ia menghantam dinding penjara sekuat tenaga. Sedangkan lehernya yang miring tak bisa normal lagi."Entahlah, Pangeran Agung. Namun semua petinggi istana sedang menyanjung-nyanjung Panglima Lu saat ini.
Suara gemuruh sepatu kuda terdengar semakin mendekat. Lu Sicheng dan Jenderal Chou segera menaiki kudanya. Keduanya sudah mengenakan pakaian ziran dan bersiap untuk berperang. Para prajurit sudah berdiri di barisan paling depan. Tombak dan perisai mereka pegang erat dengan pandangan lurus ke depan.Pasukkan musuh tampak sudah terlihat keluar dari kegelapan malam. Bendera Dong Taiyang segera Panglima Chou kibarkan sembari duduk di atas kudanya. Dia menoleh pada Lu Sicheng."Adik Lu, ini adalah perang pertama yang terjadi selama pemerintahan Yang Mulia Ratu. Aku harap kau bisa memimpin perang ini dengan baik," ucap Panglima Chou tampak begitu yakin pada Lu Sicheng.Namun, Lu Sicheng tidak menjawab. Pemuda itu hanya tersenyum tipis. Peperangan ini tidak seharusnya terjadi. Tidak, tidak, peperangan ini memang tak boleh sampai terjadi.Lu Sicheng segera memajukan kudanya menuju pasukkan musuh."Adik Lu!" Jenderal Chou sangat terkejut melihat Lu Sicheng melesat pergi menuju pasukkan musuh.
Sementara itu di istana Dong Taiyang,Ratu Yang dan Ibu Suri tampak gelisah sembari berdiri di tepi pagar balkon lantai dua istana.Perdana Menteri Han dan Penasehat Bai Jue tampak berdiri di masing-masing sisi mereka. Sedangkan Yihua dan Xue Ying berdiri agak jauh dari mereka. Namun wajah keduanya pun terlihat sangat cemas."Ibu Suri, kenapa pasukkan musuh tampak berhenti di satu titik? Apakah Panglima Lu telah berhasil bernegosiasi dengan mereka?" tanya Ratu Yang sembari menoleh pada wanita yang tengah berdiri di sampingnya."Entahlah, Yang Mulia. Namun sepertinya perang ini berhasil dihentikan," balas Ibu Suri, lantas tersenyum pada Ratu Yang."Panglima Lu memang bisa diandalkan." Penasehat Bai Jue ikut menimpali. Sedangkan Perdana Menteri Han hanya tersenyum lega."Yang Mulia, Hong Ri melapor." Tiba-tiba saja Hong Ri datang menghampiri Ratu Yang dan yang lainnya. Pemuda itu tampak tergopoh-gopoh dengan wajahnya yang diliputi kecemasan."Hong Ri, ada apa? Kenapa kau begitu ketakuta
Malam yang begitu dingin dengan butiran salju yang mulai berjatuhan. Perang telah usai. Para prajurit segera meninggalkan medan perang sembari memapah rekannya yang terluka. Puluhan, tidak, tapi ratusan jiwa melayang di medang pertempuran tadi. Para prajurit Utara segera mengepakuasi mayat Panglima Kai. Sedangkan Panglima Diwey tampak sedang berdiri memberi aba-aba sebelum mereka meninggalkan medan perang.Hong Ri memapah Panglima Chou menuju kamarnya. Panglima Chou terluka parah. Hong Ri segera memanggilkan tabib untuk mengobatinya. Sedangkan di paviliun prajurit, tampak ratusan prajurit yang terluka parah. Mereka terus mengerang mengaluhkan rasa sakitnya. Para tabib kewalahan mengobati mereka.Lu Sicheng masih belum sadarkan diri. Pemuda itu terbaring pada ranjangnya. Hong Ri sudah mengganti pakaian Lu Sicheng dengan hanbok berbahan tipis warna putih polos. Lu Sicheng terluka parah, karena serangan dahsyat Panglima Kai yang bertubi-tubi menhantamnya tanpa ampun.Ratu Yang dan Ibu S