Sore itu angin berhembus kencang disertai rintikkan salju yang mulai turun. Begitu indah bak butiran mutiara dari istana langit. Ratu Yang dan Pangeran Lin Jiang sedang duduk berhadapan di serambi istana. Keduanya tampak asik menikmati secangkir teh Ara sembari bermain domino.Teh Ara atau Ara Chi jenis tumbuhan yang biasa tumbuh di tebing gunung Huan Zhu. Para petani yang biasa memetik daunnya dan mengolahnya menjadi teh kering.Ara Chi sendiri hanya tumbuh menjelang musim dingin pada pertengahan musim semi di Timur. Setelah salju turun tumbuhan ini membusuk dan mati. Namun Ara Chi akan tumbuh kembali setelah musim dingin berakhir.Teh Ara sendiri hanya disajikan untuk para bangsawan dan keturunan kerajaan. Bukan hanya karena proses pengolahannnya yang panjang, tapi juga teh Ara ini diharamkan bagi rakyat biasa untuk menikmatinya.Meski para petani yang mengolahnya, namun tak satu pun dari mereka mengetahui seberapa nikmat rasa teh Ara tersebut. Lu Sicheng tampak berdiri sembari men
Lu Sicheng membulatkan sepasang matanya melihat sebujur tubuh yang terbaring pada ranjang di kamar itu.Seorang wanita sekitar umur empat puluh enam tahun. Tubuhnya sangat kurus dengan kulitnya yang terkelupas mengeluarkan cairan putih berbau busuk yang menyengat. Sedangkan kedua matanya menatap hampa ke atas langit-langit kamar. Entah apa yang sedang dilihatnya. Mulutnya tampak mengangah dengan napasnya yang tidak teratur.Menyedihkan, keadaan ibunya Hong Ri sungguh membuat Lu Sicheng sampai menitikan air mata. Wanita itu sedang memohon kematian pada Dewa. Begitu yang Lu Sicheng dengar dari suara hati ibunya Hong Ri. Tidak, belum saatnya wanita ini mati. Lu Sicheng segera duduk di tepi ranjang kecil itu.Hong Ri menatapnya heran. Apa yang akan Lu Sicheng lakukan pada ibunya? Apakah mengobatinya? Pemuda itu hanya diam mematung.Sedangkan Lu Shiceng mulai memejamkan sepasang matanya. Mengarahkan telapak tangan kanan pada wajah ibunya Hong Ri.Sinar jingga terang tiba-tiba terpancar dar
Paginya Ratu Yang sedang berjalan bersisian dengan Yihua. Pagi yang dingin ini ia ingin menemui Ibu Suri. Benar, hari pernikahannya dengan Pangeran Lin Jiang hanya tinggal menghitung hari.Ratu Yang sedang kesal pada Lu Sicheng. Hh, pemuda itu tampak biasa saja, sedangkan dirinya dan Pangeran Lin Jiang akan segera menikah. Apakah si batu es itu tidak takut kehilangan dirinya? Ratu Yang sangat kesal sampai-sampai terus mengoceh dalam hatinya.Lu Sicheng yang sedang berdiri di tepi teras istana hanya tersenyum tipis mendengar suara hati Ratu Yang. Siapa bilang dirinya tidak takut kehilangan kekasihnya itu. Tentu saja Lu Sicheng pun memikirkannya. Dia sedang mencari cara agar bisa menerobos aula istana saat acara ritual tarian nanti.Sedangkan Lu Sicheng tahu, para petinggi istana bahkan sudah wanti-wanti memintanya untuk memperketat pejagaan saat Ratu Yang menari nanti. Sepertinya dia harus meminta tolong pada Jenderal Chou kali ini. Ya, hanya Jenderal Chou yang bisa membantunya.Ratu Y
Panglima Chou dan Hong Ri sedang berjalan cepat menuju kamar Lu Sicheng. Tentang permintaan tolong si pengurus kuda tadi sungguh membuatnya curiga.Dia harus segera menemui Lu Sicheng dan mengatakan semuanya. Benar, Lu Sicheng adalah reinkarnasi Maha Dewa Ying, dia pasti bisa mengetahuinya jika ada yang tidak beres dengan si pengurus kuda itu."Adik Lu, ada yang ingin kubicarakan denganmu." Panglima Chou segera duduk berhadapan dengan Lu Sicheng saat mendapati pemuda itu sedang duduk sembari menikmati secangkir teh di kamarnya."Katakan, Panglima Chou." Lu Sicheng tampak tenang sembari menuangkan poci teh pada cangkir kecil di hadapan Panglima Chou.Sedangkan Hong Ri segera menghampiri dan bergabung dengan mereka."Adik Lu, tadi aku bertemu dengan seorang pengurus kuda. Dia berkata ingin meminta tolong padamu." Panglima Chou menjawab."Minta tolong seperti apa?" tanya Lu Sicheng lagi.Sedangkan Hong Ri hanya menyimak sembari mengupas kentang rebus yang ada di atas meja."Dia berkata ad
Raja Iblis Xin Yi terbang ke hutang Liowang. Lu Sicheng berhasil mengejarnya. Keduanya pun kembali bertarung. Xin Yi menaikan sudut bibirnya. Sepertinya Lu Sicheng belum menyadari jika dirinya sudah berada di alam Iblis. Di alam Iblis ini mungkin Xin Yi bisa melumpuhkan Lu Sicheng dan merebut Pedang Tiga Elemen itu darinya.TAk!PRANG!Pedang yang dipegang Xin Yi berhasil Lu Sicheng jatuhkan. Xin Yi mengerang kesal sembari memegang lengannya yang terluka akibat sabetan pedang Lu Sicheng."Maha Dewa, santai saja. Aku sengaja membawamu ke kerajaanku. Kita bisa minum arak bersama, bukan?" tukas Xin Yi sembari tersenyum miring.Lu Sicheng mengangkat sepasang matanya."Apa maksudmu? Iblis dan manusia tidak bisa minum arak bersama. Apalagi dirimu! Aku harus membinasakanmu sekarang juga!" Lu Sicheng meraih pedang Xin Yi yang tergeletak dari tanah dengan ujung mata pedangnya, lantas melemparkannya ke arah Xin Yi."Kau sungguh mengagumkan, Maha Dewa!" Xin Yi kembali memegang pedangnya. Dia seg
Ratu Yang masih duduk bersila di tengah ranjangnya. Sepasang mata terpejam dengan pikiran yang terfokus kepada Lu Sicheng. Perlahan Ratu Yang mulai memanggil Lu Sicheng dalam hatinya. Pikirannya mencapai pada tempat dimana kekasihnya itu berada saat ini.'Suamiku, pulanglah. Ritual tarian akan segera dimulai. Aku tak ingin kau datang terlambat,'Suara itu terdengar oleh Lu Sicheng yang sedang bertarung sengit dengan Raja Iblis Xin Yi. Keduanya sudah tampak kelelahan. Apa lagi Xin Yi yang sudah tampak kewalahan menangkis serangan bertubi-tubi dari Lu Sicheng. Sedangkan Dewa Ming hanya duduk melayang menonton mereka bertarung."Xin Yi, mari kita akhiri pertarungan ini!" Lu Sicheng segera menghunus Pedang Tiga Elemen."Ah, tidak!" Xin Yi segera mundur satu langkah. Mata pedang Tiga Elemen itu menyilaukan matanya. Ia segera menaruh punggung tangannya pada pelipisnya. Ini berbahaya. Lu Sicheng akan membunuhnya dengan pedang menatikan itu."Bersiaplah!" Lu Sicheng segera melesat terbang ke
Lu Sicheng baru saja tiba di istana Dong Taiyang. Ia muncul dari belakang istana dan segera berjalan cepat menuju kamar Ratu Yang. Pirasatnya sangat buruk tentang kekasihnya itu. Dia harus segera melihatnya.Di perjalanan dirinya bertemu dengan Hong Ri yang kebetulan baru saja dari arah kandang kuda. Hong Ri menghadang Lu Sicheng dan bertanya banyak padanya. Lu Sicheng hanya mengatakan jika dirinya telah tersesat di hutan Liowang saat mengejar Raja Iblis Xin Yi.Meski tak percaya Hong Ri tetap mengangguk. Mereka pun meneruskan langkahnya menuju kamar Ratu Yang.Setibanya di ambang pintu kamar sang ratu yang tampak terbuka. Hong Ri membulatkan matanya melihat apa yang sedang Pangeran Lin Jiang perbuat. Pemuda itu sedang berusaha memcium bibir Ratu Yang. Sedangkan sang ratu terus berontak sebisanya. Hong Ri segera menolah pada Lu Sicheng.Lu Sicheng mengepalkan buku-buku jemarinya. Dengan geramnya ia segera menyerang Lin Jiang menggunakan kekuatan Dewa. Akibatnya Pangeran Lin Jiang terp
Suasana dalam aula istana hening beberapa saat. Semua orang tertegun memandangi Lu Sicheng dan Ratu Yang. Keduanya sedang berdiri saling berpandangan di tengah-tengah aula istana. Ibu Suri menggelengkan kepalanya, tidak, Ratu Yang dalam bahaya. Pria itu bukan Lu Sicheng, geramnya dalam hati."Yang Zhu, menikahlah dengaku. Aku sangat mencintaimu," ucap Xin Yi dengan senyuman manis Lu Sicheng.Sepasang matanya menatap penuh mantra pada pupil Ratu Yang. Sesaat sang ratu memejamkan matanya. Pria itu pun segera memajukan wajahnya, bernafsu meraih kecupan atas bibir ranum Ratu Yang."Aakhh!" jerit Xin Yi karena ada seseorang yang menyerangnya dari belakang. Seketika pun wujudnya kembali."Raja iblis Xin Yi?" Ratu Yang segera mundur dari pria di hadapannya itu. Semua orang berhamburan ketakutan melihat Raja Iblis Xin Yi."Iblis lancang! Beraninya kau memasuki aula istana!" Lu Sicheng segera menghunus pedangnya dan menyerang ke arah Xin Yi dengan cekatan.Ratu Yang tersenyum lega melihat Lu S