Home / Pendekar / PEDANG NAGA LANGIT / Bab 37 - Pengkhianatan di Kamp Pasukan

Share

Bab 37 - Pengkhianatan di Kamp Pasukan

Author: Andi Iwa
last update Last Updated: 2025-03-19 08:15:47

Hujan rintik turun membasahi perkemahan pasukan Kekaisaran di pinggiran Lembah Guang. Bara api yang menyala di beberapa tungku membuat suasana sedikit lebih hangat, tetapi hawa malam tetap menggigit hingga ke tulang.

Li Feng duduk di dalam tendanya, memandangi peta yang terbuka di atas meja kayu sederhana. Garis-garis merah yang tergambar di atasnya menunjukkan posisi pasukan pemberontak yang bersembunyi di hutan berbukit di sisi barat lembah. Ia tahu, pertempuran belum berakhir.

"Xu Jian... seandainya kau masih di sini, pasti kita sudah tertawa bersama merencanakan serangan berikutnya."

Ia menarik napas panjang, menenangkan diri. Duka atas kematian sahabatnya masih terasa berat di dadanya, tetapi ia tak bisa tenggelam dalam kesedihan. Sebagai pemimpin, ia harus tetap berdiri.

Suara gemerisik di luar tenda membuatnya menoleh. Langkah kaki mendekat, dan seseorang berhenti di depan pintu tenda.

"Jenderal Li Fen
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 38 - Serangan Balik ke Benteng Musuh

    Darah masih berceceran di tanah. Udara malam yang dingin terasa menusuk, membawa aroma anyir pertempuran yang belum usai. Li Feng berdiri di tengah medan perkemahan dengan napas memburu, tangannya masih mencengkeram gagang Pedang Naga Langit yang berkilauan redup dalam cahaya obor. Pengkhianatan di kamp pasukan nyaris merenggut nyawanya. Salah satu perwira kepercayaannya, Luo Jian, telah menusuknya dari belakang—bukan secara harfiah, tetapi dengan menjual informasi ke pihak pemberontak. Serangan mendadak yang seharusnya membantai pasukan Li Feng dalam tidur mereka kini berubah menjadi malapetaka bagi musuh. "Jenderal, apa perintahmu selanjutnya?" tanya Aokai, salah satu komandan kepercayaannya. Li Feng mengangkat kepalanya, menatap tajam ke arah benteng musuh yang menjulang di kejauhan. Cahaya merah membara menyala dari atas menara penjagaan, menandakan kesiagaan mereka. Namun, setelah pukulan besar malam ini, kekuatan mereka pasti telah

    Last Updated : 2025-03-19
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 39 - Pemberontakan yang Belum Selesai

    Angin malam berembus dingin di atas benteng yang baru saja direbut. Li Feng berdiri di puncak menara pengawas, matanya menatap ke arah cakrawala yang masih kelam. Bau darah dan asap masih menyelimuti udara, tanda pertempuran yang belum lama usai. Pasukannya baru saja meraih kemenangan besar atas pasukan pemberontak Serigala Hitam, dan pemimpin mereka telah tumbang di tangannya. Namun, hati Li Feng tak bisa merasa tenang. Ada sesuatu yang mengganjal di benaknya. Terlalu mudah… "Apa benar ini sudah berakhir?" pikirnya. Di kejauhan, langkah kaki mendekat. Aldi, tangan kanan Li Feng yang setia, naik ke menara dengan wajah serius. "Li Feng, ini buruk… Sangat buruk!" Li Feng menoleh. "Ada apa?" Aldi menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Kami menangkap beberapa tahanan musuh yang menyerah. Setelah diinterogasi, mereka mengatakan bahwa Serigala Hitam hanyalah bagian dari kekuatan yang lebih bes

    Last Updated : 2025-03-20
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 40 - Kembali ke Ibu Kota dengan Nama Besar

    Langit di ufuk barat berpendar keemasan ketika Li Feng dan pasukannya akhirnya melewati gerbang ibu kota. Sorakan bergemuruh dari rakyat yang memenuhi jalanan, menyambut mereka dengan sukacita. Panji kekaisaran berkibar, menandakan kemenangan besar atas pemberontakan di perbatasan. "Hidup Jenderal Muda Li Feng!" "Prajurit Kekaisaran tidak terkalahkan!" "Pahlawan sejati telah kembali!" Suara-suara itu menggema di udara, membuat hati Li Feng bergetar. Namun, di balik semua sorakan, hatinya terasa berat. Ia tahu kemenangan ini hanyalah awal dari pertempuran lain—bukan di medan perang, melainkan di dalam istana, di mana pedang yang paling berbahaya adalah kata-kata dan tipu daya. Kedatangan yang Menggetarkan Istana Kereta kuda yang membawa Li Feng dan perwira-perwiranya perlahan memasuki halaman istana. Para pejabat tinggi telah berkumpul di depan aula utama, menunggu kedatangannya. Kaisar sendiri duduk di a

    Last Updated : 2025-03-20
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 41 - Kedudukan yang Berbahaya

    "Apakah kau akan menerimanya, Li Feng?" Pertanyaan itu menggantung di udara. Kaisar duduk di singgasananya, memandangnya dengan sorot mata tajam yang sulit ditebak. Seisi ruangan sunyi, hanya suara napas para pejabat yang terdengar. Li Feng menundukkan kepala, pikirannya berputar. Tawaran ini bukan sekadar penghargaan atas jasanya di medan perang. Ini adalah jebakan. Jabatan tinggi berarti ia semakin dekat dengan pusat kekuasaan, dan semakin dekat pula dengan bahaya yang mengintai dari dalam istana. Ia bisa merasakan tatapan tajam Jenderal Zhao dari sudut ruangan. Pria itu jelas tidak senang dengan keputusan Kaisar. Jika ia menerima jabatan ini, maka ia resmi menjadi ancaman bagi Jenderal Zhao dan para pejabat lain yang ingin mempertahankan kekuasaan mereka. "Hamba..." Li Feng menarik napas panjang. Ia harus berhati-hati. Jenderal Zhao tiba-tiba menyela, suaranya tenang tapi menusuk. "Yang Mulia, apakah tidak

    Last Updated : 2025-03-21
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 42 - Dendam Jenderal Zhao

    Li Feng terkejut. Bayangan hitam yang melesat masuk bagaikan angin malam yang dingin, menebarkan aura kematian di dalam kamarnya yang remang-remang. Pedangnya telah terlepas dari tangannya bahkan sebelum ia sempat melihat siapa lawannya. "Tch!" Li Feng melompat mundur, matanya nanar mencari celah dalam kegelapan. Sosok itu berdiri tegak, hanya siluetnya yang tampak samar diterpa cahaya lilin yang bergetar. Napasnya nyaris tak terdengar, tetapi tekanan yang ia pancarkan cukup untuk membuat udara terasa lebih berat. Li Feng tak bisa tinggal diam. Ia menggeser kakinya ke belakang, mencoba mengatur keseimbangan sambil tetap waspada. "Siapa kau?" suaranya tajam, menusuk keheningan malam. Tak ada jawaban. Namun, sesaat kemudian— Sreeet! Sebuah kilatan perak berkelebat menuju lehernya! Li Feng melompat ke samping, nyaris saja serangan itu menggorok lehernya. Tangannya lan

    Last Updated : 2025-03-21
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 43 – Xiao Lan yang Terancam

    "Berhenti!" Suara itu menggema di seluruh ruangan. Li Feng dan Jenderal Zhao menoleh dengan tajam. Di ambang pintu, berdiri seorang pria berjubah hitam. Sorot matanya penuh wibawa, auranya begitu kuat hingga membuat udara seakan membeku. Li Feng terbelalak. “K-Kaisar?!” Jenderal Zhao mengepalkan tinjunya, rahangnya mengeras. Ada ketegangan yang begitu pekat di dalam ruangan itu, seperti bara yang siap membakar segalanya. Kaisar melangkah masuk dengan tenang, tetapi ada tekanan yang begitu kuat dalam setiap langkahnya. Para prajurit yang berada di sekitar segera menundukkan kepala, tidak berani menatap langsung ke arah penguasa mereka. “Kalian ingin bertarung di hadapan tahta kekaisaran?” Suara Kaisar terdengar lembut, tetapi di baliknya ada ancaman yang jelas. Jenderal Zhao menarik napas panjang, lalu membungkuk dengan hormat. “Hamba tidak berani, Yang Mulia. Hamba hanya ingin me

    Last Updated : 2025-03-22
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 44 - Misi Penyelamatan yang Mematikan

    "Apa…?!" Sebelum Li Feng sempat bereaksi, sebuah pukulan keras menghantam perutnya. "Ugh!" Tubuhnya terlempar ke belakang, jatuh berlutut. Napasnya tersengal, rasa sakit menjalar dari perut ke seluruh tubuhnya. Ia mendongak, menatap Jenderal Zhao yang berdiri di depannya dengan tatapan penuh kemenangan. "Aku sudah menunggu lama untuk saat ini," ujar Jenderal Zhao, suaranya dipenuhi ejekan. Cahaya dingin berkilat saat pedang sang jenderal terangkat tinggi, siap menebas kepala Li Feng! Li Feng memaksakan tubuhnya untuk bergerak. Dengan refleks yang terlatih, ia menendang ke belakang, berguling ke samping tepat sebelum pedang Jenderal Zhao membelah udara di tempatnya tadi. Tebasan itu cukup kuat untuk menghancurkan lantai kayu tempatnya berdiri. "Cepat sekali…!" pikir Li Feng, jantungnya berdegup kencang. Ia berusaha berdiri, tetapi lututnya masih terasa lemas akibat

    Last Updated : 2025-03-22
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 45 – Duel Melawan Pembunuh Bayangan

    Di sudut ruangan, seorang bayangan lain mengintai. Mata tajamnya bersinar dalam kegelapan. "Menarik… Jadi ini pendekar yang dikabarkan mampu mengalahkan pasukan hanya dengan satu tebasan? Mari kita lihat… apakah dia benar-benar sehebat itu." Sosok itu menghilang, menyelinap ke dalam bayang-bayang. Pertarungan sesungguhnya belum dimulai. Li Feng berdiri di tengah ruangan yang remang-remang. Nafasnya masih teratur meskipun tubuhnya sedikit tegang. Di hadapannya, Xiao Lan terbaring tak sadarkan diri, terikat di kursi dengan beberapa luka di pergelangan tangannya. Ia bisa merasakan aura membunuh yang mengalir di sekelilingnya. Bukan dari para penjaga yang telah ia lumpuhkan sebelumnya, tetapi dari sesuatu—atau seseorang—yang bersembunyi di dalam bayangan. "Siapa pun dia, kemampuannya tidak biasa," pikirnya. Mata Li Feng menajam. Tangannya meraba gagang pedangnya, Pedan

    Last Updated : 2025-03-23

Latest chapter

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 80 - Perang Saudara di Istana

    Konflik di dalam istana semakin panas, dan Li Feng terjebak di antara dua kekuatan besar. Langit di atas ibu kota mendung, seolah langit pun enggan melihat darah yang sebentar lagi akan menggenang di pelataran suci istana. Angin membawa aroma kebusukan—bukan hanya dari tubuh-tubuh yang telah gugur beberapa malam terakhir, tapi dari pengkhianatan yang menebar seperti wabah di jantung kekaisaran. Li Feng berdiri di gerbang utama istana bagian dalam, tubuhnya tegap, tetapi jantungnya berdegup tak karuan. "Bagaimana bisa begini…?" bisiknya lirih, tatapannya menerobos barisan pasukan berbaju besi yang telah membentuk formasi siaga. Mereka bukan musuh dari luar, bukan pemberontak Serigala Hitam… Mereka adalah saudara seperjuangan. Prajurit Kekaisaran. Tapi kini—oh, betapa getir!—mereka datang untuk saling menumpahkan darah. “Jenderal Li!” Suara tegas itu datang dari arah kanan. Seorang pengawal istana berlari, napasnya terengah.

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 79 – Konspirasi Besar Terungkap

    “Bagaimana bisa… kau tahu semua itu, Li Feng?” Suara Kaisar bergetar, nyaris tak terdengar di balik gema ruang takhta yang megah namun kini terasa seperti gua pengakuan yang menyekap napas. Cahaya matahari sore menembus celah tirai sutra emas, memantul pada lantai batu giok, tetapi tak sanggup mengusir hawa dingin yang tiba-tiba menyelimuti ruangan. Li Feng berdiri tegap, walau hatinya berdegup kencang. “Hamba tidak bermaksud melewati batas,” ucapnya lirih, namun tegas. “Tapi kebenaran ini… harus Paduka dengar.” Kaisar memejamkan mata. Napasnya berat. “Ucapkan… dari awal.” Li Feng menghela napas. “Semuanya bermula saat hamba berada di Gunung Terlarang. Dalam pelatihan terakhir yang hampir merenggut nyawa, hamba menyaksikan sesuatu—bukan hanya mimpi atau ilusi—tapi sepotong ingatan yang entah bagaimana, terhubung dengan kutukan pedang ini.” Ia menatap gagang Pedang Naga Langit yang tergantung di punggungnya, aura hitamnya be

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 78 - Kaisar yang Terkejut

    Langkah-langkah kaki itu menggema di lorong istana yang panjang, menggema seperti dentang takdir yang tak bisa dihindari. Tap… tap… tap… Para pengawal berdiri tegak di sepanjang jalur emas menuju Balairung Naga, tempat di mana Kaisar Agung biasanya duduk di singgasananya yang megah. Namun pagi itu, tidak ada upacara penyambutan, tidak ada genderang perang, dan tidak ada pengumuman resmi dari sang juru bicara istana. Semua diam. Bisu. Menanti. Satu sosok berjalan perlahan di antara pilar-pilar tinggi yang mengkilap oleh pantulan cahaya matahari pagi. Sosok itu tidak lain adalah… Li Feng. Tapi bukan Li Feng yang dulu. Tidak—bukan pemuda desa yang tertatih-tatih naik ke dunia yang penuh intrik dan darah. Bukan pula prajurit canggung yang dulu tak tahu membedakan musuh dari sahabat. Yang datang pagi itu adalah seorang pendekar sejati—tatapannya tajam bag

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 77 - Kembali ke Ibu Kota dengan Dendam

    Kabut pagi belum sepenuhnya sirna saat langkah-langkah berat itu menyusuri jalan berbatu menuju gerbang utara ibu kota. Suara derap langkah kuda terdengar pelan namun penuh tekad. Di atas punggung kuda itu, duduk seorang pemuda yang telah lama menghilang dari mata dunia—Li Feng. "Hah…" Li Feng menarik napas panjang. Wajahnya yang dulu polos kini penuh dengan ketegasan. Garis rahang yang lebih tajam, sorot mata yang dalam, dan rambut hitam panjang yang diikat ke belakang dengan pita merah—semuanya menandakan satu hal: pemuda itu bukan lagi orang yang sama. Di punggungnya, Pedang Naga Langit bergetar pelan, seakan merasakan tujuan dari tuannya: balas dendam. "Aku kembali, Jenderal Zhao," bisiknya lirih. "Dan kali ini… aku tidak akan memaafkanmu." Gerbang utara ibu kota menjulang tinggi, dijaga oleh belasan prajurit kerajaan yang tengah bosan menjalankan tugas. Salah satu dari mereka, seorang pemuda bertubuh kurus dengan tomba

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 76 – Kembali ke Dunia Nyata

    Angin pagi menyapu puncak Gunung Terlarang, membawa serta aroma tanah basah dan dedaunan tua yang gugur. Kabut perlahan-lahan menyingkir dari celah bebatuan, seperti tirai yang dibuka perlahan, memperlihatkan seorang pemuda berdiri diam di tengah lingkaran batu suci. Li Feng. Tubuhnya tegak, meski jubahnya compang-camping dan bercak darah mengering di lengan kanan. Matanya... ya, mata itu bukan lagi mata seorang pemuda desa yang lugu. Ada kilatan api di dalamnya, seperti bara yang telah menyala terlalu lama di dalam kegelapan. "Hufff..." Ia menarik napas panjang, lalu menatap langit. "Sudah cukup lama, ya?" Tidak ada jawaban, kecuali desir angin dan bisikan halus pepohonan. Tapi Li Feng tahu, di tempat ini, diam pun bisa berbicara lebih nyaring dari teriakan. Tiga bulan. Tiga bulan penuh penderitaan, pertarungan, dan latihan. Tiga bulan ia menghilang dari dunia, terkubur dalam kutukan Pedang Na

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 75 - Pertarungan Melawan Diri Sendiri

    "Haaah… haaah…" Nafas Li Feng tersengal. Darah menetes dari sudut bibirnya. Di tengah kehancuran aula batu itu, ia berdiri limbung, menatap sosok bercahaya merah yang kini perlahan berjalan mendekat, langkah demi langkah, seolah tak terburu-buru—seolah waktu tunduk padanya. "Zhou Ming… Nona Lan… kalian…" gumamnya lirih, tak percaya. Pengkhianatan mereka barusan seperti luka yang tak tampak di tubuh, namun terasa jauh lebih menyakitkan dari ribuan tusukan pedang. Namun, sebelum ia bisa berkata lebih, dunia mendadak runtuh. Grrrkk! Dinding-dinding gua bergetar. Cahaya merah dari sosok misterius itu tiba-tiba melonjak, menelan segalanya, dan—brengsek!—segala sesuatunya menjadi putih. “Ugh…” Li Feng terbangun dengan tubuh dingin oleh keringat. Ia tidak tahu di mana dirinya. Tempat itu putih. Tak ada dinding. Tak ada langit. Tak ada tanah. Hanya kabut. Dan suara.

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 74 - Pengkhianatan di Balik Bayangan

    “Apa yang kau lihat belum tentu kebenaran. Dan mereka yang berdiri di sisimu... bisa jadi adalah orang pertama yang menusuk dari belakang.” Angin malam di Gunung Terlarang menggigit seperti seribu jarum dingin yang menusuk hingga tulang. Kabut tebal turun perlahan, membungkus bumi dalam selimut kelabu yang mencekam. Di tengah kabut itu, Li Feng berdiri terpaku. Matanya menatap sosok bercahaya merah yang baru saja muncul dari balik bayangan. "Apa ini...?" gumamnya, napasnya membeku di udara. Sosok itu melayang tanpa suara. Wujudnya samar, bercahaya merah seperti bara api yang tertutup debu. Tetapi ada yang aneh. Li Feng merasakan... kehangatan. "Li Feng..." suara itu serak, tetapi familiar. Deg! Jantung Li Feng berdetak lebih cepat. "Itu... suara..." “Guru Fan?” bisiknya, nyaris tak percaya. Sosok itu tersenyum samar, tapi senyumnya tak membawa kedamaian seperti dulu. "Aku bukan l

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 73 - Lawan dari Dunia Lain

    Hening. Itulah suara pertama yang menyambut Li Feng saat ia membuka matanya. Tapi bukan keheningan biasa. Ini adalah keheningan yang menelan, membungkam, membekukan—seakan seluruh dunia menahan napas. “Ngh… Di mana ini…?” gumamnya, matanya menyipit menatap sekeliling. Tak ada langit. Tak ada tanah. Hanya kabut kelabu yang tak berujung, menggulung seperti awan mati. Udara dingin menusuk tulangnya, tetapi tak ada angin. Yang ada hanyalah tekanan—tekanan yang menindih tubuh dan jiwanya. Baru saja ia melewati latihan yang hampir membunuhnya. Tubuhnya remuk, jiwa terkoyak. Tapi ia bertahan. Bertahan demi ibunya, demi tanah kelahirannya… dan demi dirinya sendiri. Tapi sekarang? “Apakah aku… mati?” tanyanya, suara bergetar. Tiba-tiba… suara langkah terdengar. Tap… tap… tap… Li Feng menoleh cepat. Jantungnya berdetak kencang. Dari balik kabut, muncul sesosok bayangan. Langkahnya mantap,

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 72 - Latihan yang Menyakitkan

    Li Feng masih terpaku di hadapan sang pertapa tua. Setelah menyelamatkannya dari amukan roh jahat di Gunung Terlarang, pertapa itu akhirnya mengungkapkan tujuan sebenarnya: mengajari Li Feng cara mengendalikan Pedang Naga Langit. Namun, sebelum itu, ada satu hal yang harus dilakukan terlebih dahulu. "Dengarkan baik-baik, bocah. Pedang Naga Langit bukanlah senjata biasa. Ia memiliki kutukan yang hanya bisa dikendalikan oleh mereka yang telah menguasai seni bela diri tingkat tinggi dan mengendalikan hati mereka sepenuhnya," ujar sang pertapa dengan suara yang dalam dan misterius. Li Feng mengangguk, merasakan bulu kuduknya berdiri. "Apa yang harus aku lakukan, Guru? Aku siap menjalani latihan apa pun!" Sang pertapa tertawa pelan, lalu menunjuk ke sebuah gua besar di balik rerimbunan pohon tua. "Masuki gua itu. Kau akan menghadapi cobaan pertama. Jika kau bisa keluar dengan selamat, barulah kita bicara soal latihan sebenarnya."

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status