"Baik ma, Andi putar balik sekarang, " sahut mas Andi.Sementara mas Andi mencari lahan di pinggir jalan yang luas untuk putar balik, aku masih berbicara dengan mama mas Andi di telepon."Tante, ini Adelia, kalau ibu hamil jatuh dan perdarahan, seharusnya langsung dibawa ke rumah sakit terdekat, takut terjadi kegawatdaruratan ibu hamil," saranku."Iya, ini sedang siap-siap ke rumah sakit Medica, kamu sama Andi segera kesini ya," instruksi mama mas Andi kemudian menutup sambungan telepon.Mas Andi sudah putar balik dan melajukan mobil untuk kembali ke rumahnya saat aku berkata, "Mas, mama siap-siap membawa mbak Meyra ke rumah sakit Medika. Langsung ke sana aja yuk." Mas Andi hanya mengangguk tanpa bersuara."Mas, " aku bersuara lagi sambil memegang pundak mas Andi."Bukannya berharap buruk, tapi entah kenapa aku takut kalau mbak Meyra mengalami solusio placenta (ari-ari yang terlepas sebelum proses persalinan karena benturan dari luar atau kecelakaan)," ucapku hati-hati."Iya, aku juga
"Sebenarnya kejadiannya aku juga gak begitu paham, yang aku tahu setelah kalian pulang dulu, kami masih mengobrol dengan Clara di meja makan, setelah setengah jam kemudian kami usai makan dan para ART membersihkan sisa makanan kami, saat itu piring Mayra yang masih ada sisa saus diangkat oleh bik Sumi, Mayra tanpa sengaja menyenggol lengan bik Sumi sehingga piring dan sausnya jatuh berceceran pada tangan dan baju Mayra. " Mas Erick menarik nafas panjang dan menjeda kalimatnya."Bik Sumi meminta maaf berulangkali, tapi Mayra tetap mengomel, kemudian dia pamit pada kami, katanya mau ganti baju sekaligus cuci tangan, akhirnya dia menuju ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar tidur kami, lama kutunggu Mayra tidak kunjung kembali, maka akupun segera menyusulnya ke kamar, sesampai di kamar, aku mendengar suara rintihan perlahan dari kamar mandi, aku ketuk pintu kamar mandi tidak ada jawaban, aku berteriak memanggil papa dan mama, papa kemudian menggedor pintu kamar mandi dan mama meman
Kemudian saat kami menoleh ke arah papa, papa berkata lagi, " Papa restui kalian, asal Andi bisa membuktikan dia bisa mandiri, dan membuka tempat prakteknya dengan usaha sendiri." Sambung papa. Aku menarik nafas lega.Mas Andi berbalik dari pintu dan berjalan mendekat kearah papa kemudian menjabat tangan papa."Makasih Pa, Andi akan buktikan bahwa Andi sudah gede dan bisa diandalkan," ucap mas Andi tersenyum bahagia.Papa hanya tersenyum menanggapinya."Buktikan saja Ndi jangan cuma bisa berjanji," sahut papa mas Andi.Mas Andi mengangguk dan melepaskan genggaman tangan papa seraya berkata, " Pasti Pa," kemudian mengajakku keluar kamar. "Yess, papa dan mama sudah setuju, sekarang tinggal kamu bantuin aku nyari rumah yang ada di sekitar kontrakan kamu, " kata mas Andi."Ahsiyaaapppp bosque, " seruku sambil mengangkat tangan kanan di kepala seperti memberi hormat."Bisa aja kamu honey, " Ucap mas Andi seraya mengelus puncak kepalaku.Kami bercanda dan mengobrol sampai tak terasa samp
Roma kini tepat berdiri dihadapanku dan berkata, "Adelia, tolong dengarkan aku sebentar....,"Aku meletakkan lembar status pasien yang kupegang, kemudian memandang Roma."Baik, silahkan kalau mau bicara, aku dengarkan. Kuberi waktu 10 detik," sahutku sambil mengetuk-ngetuk arloji yang menempel di tangan kanan dengan telunjuk tangan kiri."Aku, aku..., cuma mau ngundang kamu untuk hadir di acara aqiqah anakku," Jawab Roma perlahan.'Duh, males sebenernya ketemu Rania dan Roma, ' batinku."Emang kapan acara aqiqahnya?" tanyaku."Malam nanti habis maghrib, " jawab Roma menatapku penuh harap.'Duh, mana mas Andi lagi piket UGD lagi, masak iya aku datang ke rumah Rania tanpa mas Andi, entar kalau si Roma aneh-aneh lagi nggak ada yang bakal membela aku nih, ' batinku.Melihatku terdiam dan berpikir serius sampai menautkan kedua alis, Roma menyahut seperti mendengar suara hatiku."Tenang aja, ini acara aqiqah biasa kok, gak akan ada peristiwa aneh-aneh yang kurencanakan,"Aku tersenyum, " In
Rania memandangku serius, dan dia mulai berkata, "Jadi begini mbak Adel, saya mau nanya kemarin ongkos buat mandiin si Rum belum kita bicarakan," "Duh, tidak usah mbak Rania, saya kan cuma memandikan sehari aja kemarin, selanjutnya mbak sendiri yang memandikan anaknya, " jawabku tulus."Wah saya jadi nggak enak mbak," kata Rania sambil memegang tanganku."Kalau nggak enak dikasih aja tambahan gula garam dan royc* mbak, " tukasku mencoba melucu. Rania terkekeh mendengarnya."Mbak Adel ini humoris ya, pantas mas Andi jadi sayang sama mbak, " ucap Rania."Iya mbak, dulu saya sempat ikut akademi kepelawakan, tapi tidak keterima, akhirnya masuk akademi kebidanan deh," sahutku pura-pura manyun.Rania semakin tertawa terbahak.Sejurus kemudian dia berhenti tertawa dan memandangku."Mbak, saya minta maaf banget, kemarin sempat membuat mbak nangis karena mendengar obrolan saya sama mas Andi," kata Rania sambil memegang tanganku.'Duh, kenapa jadi bahas hal itu sih, sejujurnya aku juga kurang
"Ini dari bu Ambar mbak, " sahut suara seberang.Bu Ambar adalah pemilik kontrakan yang aku tempati."Oh, bu Ambar, maaf tidak langsung mengenali suaranya karena nomornya tidak ada di kontak Hp saya," tukasku."Nggak apa-apa mbak, saya yang harusnya minta maaf ganggu mbak Adel malam-malam, ini saya telepon pakai nomor Hp saudara saya," sahut bu Ambar."Jadi ada apa perlu apa, Bu?" tanyaku langsung."Saudara saya datang habis maghrib ke rumah, dia butuh uang tunai dalam jumlah besar mbak, makanya dia mau jual warisan rumah yang lokasinya ada di perumahan ini, " bu Ambar menjeda kalimatnya."Dari tadi mbak Adel saya lihat gerbangnya dikunci, terus pas saya lihat lagi mbak Adel baru saja pulang jam 9, sebenarnya pingin langsung ke rumah mbak Adel, tapi saya sungkan ganggu malam-malam, akhirnya saya beranikan diri telepon daripada langsung menemui mbak Adel," sambung bu Ambar lagi."Jadi, ada yang bisa saya bantu Bu? " tanyaku."Tolong bantu iklanin rumah saudara saya mbak, dijual murah
"Itu telepon dari ..., ehm, kasih tahu nggak ya?" mas Andi menggodaku dengan mengedipkan sebelah matanya."Ih, paling dari cewek lain ya," semprotku manyun."Hahahaha, emang aku ada tampang buaya daratkah Honey?" tanya mas Andi."Mas jangan bercanda ya, itu telepon dari siapa sih? " tanyaku penasaran sekali. Masak iya telepon dari cewek lain tapi mas Andi berani menerima panggilan teleponnya di hadapanku."Tadi telepon dari detailer obat* Honey bunny sweety baby, " jawab mas Andi sambil mengacak rambutku.Aku bernafas lega. 'Kirain telepon dari cewek lain,' batinku."Sewaktu awal masuk disini kan ada beberapa detailer yang menawarkan macam-macam obat padaku, nah, terus aku minta brosur produk obatnya, aku bandingkan satu sama lain, terus akhirnya aku memilih detailer yang bisa memasok lebih murah tapi kualitasnya sama dengan pabrik lain untuk diajak kerja sama menyetok obat ke tempat klinikku nanti," jelas mas Andi panjang lebar."Emang mas Andi sudah siap untuk membangun klinik? buka
Aku menghentikan kegiatan menulisku, dan mendongakkan kepala memandang ke arah pintu."Dia? kenapa dia kesini? " gumamku dalam hati.Dia lalu dengan penuh percaya diri masuk mendekati meja kerjaku. Dia tampak cantik sekaligus sombong dengan stelan blazer warna ungunya itu."Clara, bagaimana kau tahu rumah sakit tempatku bekerja?" tanyaku. Pertanyaan bodoh, tentu saja dia dengan mudah mengetahuinya karena aku dan mas Andi bekerja di rumah sakit yang sama.Clara tanpa kupersilahkan duduk di hadapanku."Tentu saja aku dengan mudah bisa mengetahuinya. Tapi itu bukan hal penting sekarang. Yang terpenting adalah aku minta kamu meninggalkan Andi. Dia hanya milikku." Ucapnya pongah.Aku menegakkan tubuhku. Aku tidak menyangka calon pelakor ini datang dan berani menemuiku di tempat kerjaku."Mas Andi bukan barang, dia bisa mencintai siapapun yang dia mau ! biar dia memilih diantara kita siapa yang akan dinikahinya!" sahutku memandang matanya. Tajam."Kamu terlalu percaya diri ! Kamu harus nga
Rating 21Cinta lahir bertepatan dengan cinta Adam pada Hawa. Lalu cinta mekar dan berbunga bersamaan dengan cinta Yusuf pada Zulaikha. Sayangnya cinta menjadi gila bertepatan dengan cintanya Majnun pada Laila. Namun sayangnya cinta menjadi mati bersamaan dengan matinya Romeo dan Juliet. Namun hari ini, cinta hidup dan mekar kembali bersamaan dengan hadirnya cintaku padamu.Aku melempar tatapan mendelik pada mas Andi. Sementara mas Andi tersenyum kecil. Hatiku sudah ser-seran rasanya saat mas Andi berbisik di telingaku tadi."Mas, perlu dibantu untuk berdoa setelah akad? " tawar pak penghulu pada mas Andi.Mas Andi menggeleng. "Saya sudah bisa pak, " katanya seraya memegang kepalaku dan berdoa tepat diatas ubun-ubun, "Allahumma inni as'aluka min khoiriha wa khoirimaa jabaltaha 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarimaa jabaltaha 'alaih."(Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan dirinya dan kebaikan yang engkau tentukan atas dirinya. Dan aku berlindung kepadaMu dari kej
Aku tidak menyangka Roma yang nekat akan meracuni mas Andi malah berbalik meminum racunnya sendiri. Malah kini dia harus menginap di ruang ICU.Tapi justru ada hikmah besar di balik kejadian tersebut. Menurut mas Andi, tante Ani meminta papa untuk mempercepat rancana pernikahanku dan mas Andi.Aku sangat berbahagia dengan keputusan papa. Apalagi bapakku protes padaku karena belum menikah tapi sudah sering semobil berdua."Bapak takut kamu khilaf dan tiba-tiba memberi bapak cucu," kata bapak waktu itu.Karena itu aku dan keluargaku menyambut baik rencana papa dan tante Ani. Tapi tante Ani juga punya permintaan, yaitu menguji reaksi Roma kalau tahu aku dan mas Andi akan menikah.Maka malam ini aku mengunjungi Roma lagi di ruangan VIP, setelah kemarin aku mengunjunginya di ICU.Sungguh suasana yang canggung banget. Sepi dan hening. Aku cuma bicara satu dua kalimat saja. Tidak tahu cara mencairkan suasana.Sempat bingung juga bagaimana memberitahu Rania dan Roma tentang rencana pernikahan
pov AndiSetelah aku mengantarkan Adelia pulang dari melihat Roma di ICU rumah sakit Al-Hikmah ke kontrakan, aku segera pamit pulang ke rumah baruku untuk melihat pekerjaan tukang.Ternyata lebih cepat dari prediksiku. Mungkin 4 hari bisa selesai dan aku langsung bisa membeli perabotan untuk mengisi rumah.Setelah ashar, para tukang berpamitan pulang, akupun menuju rumah Rania untuk beristirahat.Aku membaringkan tubuh penatku saat ponsel khusus keluarga di atas meja berbunyi.Aku bangun dari ranjang, dan langsung meraih benda pipih itu."Dari papa? tumben papa telepon," gumamku penuh tanda tanya.Tanpa membung waktu, aku bergegas untuk menerima telepon dari papa."Assalamualaikum, apa kabar Pa?" sapaku."Waalaikumsalam, kabar papa baik, ada hal penting yang perlu kita bahas, tentang masa depan kamu, bisa kamu ke rumah sekarang? " tanya papa."Iya Pa, Andi langsung berangkat habis ini ya,"jawabku.Setelah mendapat kepastian kedatanganku, papa langsung menutup sambungan telepon usai m
pov RomaAku seperti bermimpi mendengar suara Rania mengaji di dekatku. Suara itu terdengar samar dan begitu merdu.Selanjutnya masih seperti dalam mimpi, saat aku mendengar Rania berkata, "Mas, cepat sembuh ya, sakit hatiku saat melihatmu masih mencintai Adelia tidak seberapa dibanding khawatirnya aku karena takut kehilanganmu,"Aku merasa Rania mencium kening dan mengelus rambutku. Serta berbisik,"aku mencintaimu Mas, mencintai kelebihanmu dan segala kekuranganmu,"Kemudian sepi lagi merajai hati. Lalu aku merasa berada di padang rumput yang luas.Antara sadar dan tidak, aku seperti melihat Rania menggendong Rum menjauh dariku, "Jangan pergi," seruku.Tapi Rania tetap berlalu sambil melambaikan tangannya. "Kamu sepertinya lebih mencintai Adelia, Mas, jadi apa gunanya aku dan Rum ada di dekatmu," sahutnya semakin menjauh.Terengah-engah aku mengejarnya."Aku minta maaf sayang, aku janji akan melupakan Adelia, aku mohon maafkan aku, aku akan jadi suami dan ayah yang baik." Janjiku."Te
pov RaniaAku baru saja berganti baju seusai mandi saat mendengar mas Andi berteriak. Dari suaranya terdengar begitu panik.Aku buru-buru keluar dari kamar dan menuju ruang makan, asal suara mas Andi berteriak.Mama juga tergopoh-gopoh turun dari kamarnya di lantai atas.Dan betapa terkejutnya aku melihat mas Roma tergeletak miring dengan berwajah kebiruan dan mulutnya berbusa.Aku langsung menangis histeris. Mas Andi lalu memberikan Rum pada mama.Mas Andi segera memeriksa nadi di pergelangan tangan Roma kemudian dia langsung berlari ke arah kamarnya.Tidak berapa lama, ambulance pun datang. Mas Andi segera menuju ruang depan dan kembali ke ruang makan bersama perawat UGD.Kemudian mas Andi dan perawat tersebut menaikkan mas Roma ke atas brangkard kemudian mendorongnya ke halaman."Rania, ayo ikut denganku ke rumah sakit," instruksi mas Andi padaku.Aku mengangguk. Dengan wajah bingung dan masih berlinangan air mata aku mengikuti mas perawat yang mendorong brangkard ke dalam ambulance
pov dokter Andi Semalaman aku memikirkan perkataan Adelia di telepon. Apa benar Roma akan melakukan hal nekat untuk mendapatkan Adelia, sementara aku adalah sepupu Rania. Apa Roma tega melakukan hal buruk padaku.Ah, masa bodoh. Aku cuma perlu waspada saja pada segala ucapan dan tindakan Roma sekarang.Lelah berpikir kemungkinan yang akan Roma lakukan padaku membuatku lelah dan tertidur.Besok harinya, setelah sholat subuh, aku memilih bersantai di kamar sebelum aku mengawasi para tukang di rumahku.Saat sedang asyik membaca artikel kesehatan, aku dikejutkan oleh ketukan pintu. Sepertinya suara Roma."Ndi, coba keluar kamar sebentar, aku mau ngobrol," serunya.Dengan rasa penasaran aku membuka pintu dan tampaklah wajah Roma di depan kamar.Aku mulai bersikap waspada."Ada apa? tumben ngajak ngobrol," tanyaku. Curiga? jelas. Selama aku tinggal disini, dia jarang mengajakku ngobrol lebih dahulu."Iya, cuma mau nanya aja, semalam kayaknya aku denger kamu beli rumah ya," tanya Roma ramah.
pov RomaSejak aku melihat Adelia menolong persalinan Rania, jiwa kemantananku meronta-ronta.Perasaan bersalah karena pernah mempermainkannya menggedor-gedor pintu hati.Sepertinya aku memang CLBK alias cinta lama belum kelar. Selalu terbayang-bayang wajah cantiknya saat berada di rumah walaupun aku bersama Rania.Perasaanku bertambah mendalam saat melihatnya di acara aqiqah Rum. Dia tampak anggun dan cantik dengan balutan hijab.Otomatis aku teringat lagi masa SMA kami yang sering menghabiskan waktu dengan menikmati nasi padang bersama.Aku akan mencoba mendekatinya lagi. Poligami boleh kan? apalagi Rania masih masa nifas. Dia belum bisa melayaniku.Mendekati kolam renang, ku rayu Adelia agar mau menjalin hubungan denganku.Tapi dia menolakku. Dia bahkan mengancam akan berteriak kalau aku memegangi tangannya terus menerus.Dan kedatangan si Andi memperkeruh keadaan. Dia mengancamku agar jangan menganggu Adelia.Bah, apa urusannya dengan Andi. Adelia kan bertemu aku terlebih dahulu d
"Emang kenapa kamu pingin ketemu aku? " tanyaku penasaran.Roma menjawab, "Karena aku ingin...,"Ucapan Roma kupotong, "Maaf, kamu sudah punya istri dan aku juga sudah punya calon suami, jadi kalau bertemu berdua saja tidak bisa, " Sahutku.Roma mendesah. Kemungkinan dia kecewa. Tapi aku tidak peduli lagi."Kamu jadi menikah dengan Andi? " tanyanya parau."Insyallah, semoga tahun ini bisa terwujudkan." Jawabku."Aku tidak bisa lagi mempertahankan rumah tanggaku. Aku selalu teringat padamu walaupun sedang bersama Rania," tukasnya parau.Aku terdiam."Aku sudah lama juga tidak bisa menyalurkan hasratku sebagai seorang suami padanya. Aku tidak bernafsu, bagaimana kalau kita menikah secara diam-diam?" lanjutnya."Heh, kamu gila? itu bukan urusanku! Dan asal kamu tahu, tentu saja Rania belum boleh melakukan hubungan suami istri karena dia sedang masa nifas," Jelasku sebal.Sekarang ganti Roma yang terdiam."Hubungan kita udah kelar dari dulu, jadi jangan coba-coba CLBK, mending kalau Rania
Dengan mempercepat langkah, aku sampai di pintu depan kontrakanku. Aku menarik handlenya. Tidak dikunci !!Dengan segera aku membuka pintu depan tersebut. Dan ternyata...."Kejutannnnn... !!!" Nur, Anif, dan Putri berseru keras di ruang tamu. Sementara bu Ambar tampak tersenyum sambil duduk di shofa.Tampak di tengah meja ada nasi putih berbentuk segitiga alias tumpeng dan dikelilingi aneka lauk berbahan santan lengkap dengan sambal ijonya."Ya Allah..., teman- teman," aku berlari menubruk mereka.Nur, Putri, dan Anif memelukku secara bergantian. Aku terharu sampai tidak bisa berkata-kata."Sudah sembuh beneran mbak Adel? " tanya Nur."Wes ojo mewek, kami semua kangen kamu Del, salam dari teman-teman yang sedang dines," kata Anif sambil mengusap air mataku dengan jempol tangannya."Maaf ya Del, gak bisa membesuk waktu kamu opname," tukas Putri."Nggak apa-apa rek, ayo duduk semua, aku bikinin minuman dingin ya?" tawarku."Halah, nggak usah, kami tadi beli jus buah banyak, tuh di krese