Alena sedang mendeteksi suasana hujan dan bunyi petir tadi, tentu saja ia menggunakan kesaktiannya
untuk mengetahui keadaan sekeliling yang sebenarnya di saat itu.
"Apakah hujan ini juga mengandung kekuatan dari alam sana non?" tanya Bagus yang sangat ingin tahu.
Tapi Alena menggelengkan kepala, bersikap sangat tenang.
"Nggak. Ini hujan biasa, memang pengaruh cuaca alami." Jawab Alena santai.
"Ooo, syukurlah aKukira hujan ini punya muatan gaib." Bagus berkata legah.
"Tapi aku mendengar suara tangis." Kata Alena membuat dahi Bagus sedikit berkerut kemudian dia menatap Alena yang duduk di kursi teras itu.
"Maksud non, suara tangis seperti apa?" Tanya Bagus bingung.
"Ini suara perempuan, ada perempuan
menangis dengan sangat sedih hingga napasnya sesak sekali." Jelas Alena lagi.
"Apakah aku
Beberapa orang berusaha untuk mencegah langkah Rina. Tapi Rina berusaha meronta agar bebas melangkah."Itu...! Itu Sadattt...!" serunya sambil meratap serak.Ia melihat Sadat berdiri seperti sedang kebingungan melihat banyaknya orang yang ada di tempat pameran. Sadat berdiri di depan pintu masuk gedung tersebut.Meskipun seruan Rina tak seberapa kuat, namun secara logika dari jarak yang ada pada saat itu mestinya Sadat mendengarseruan tersebut. Namun kenyataannya Sadat tak mempedulikan seruan Rina.Bahkan Sadat seperti tak mendengar apa-apa. Tiba-tiba atap gedung pertunjukan itu seperti terbuka. Rina melihat datangnya sinar putih kemilau dari atap yang terbuka. Sinar itu berputar bercampur kabut tipis. Seketika itu juga tubuh Sadat terhisap ke atas, melayang cepat dengan gerakan berputar lamban. Kemudian lenyap bagaikan menembus atap gedung yang tinggi."Sadattttt..
Alena dapat melacak ternyata angin itu berasal dari sebuah rumah bertingkat empat yang berada di pinggiran Kota Palembang, sumber angin diketahui dari lantai empat, yang memiliki balkon terbuka menghadap jalan raya.Sambil meluncur bagaikan seekor nagaterbang Alena melepaskan hawa saktinya melalui telapak tangan kanan.Wuuuuubbs....!Hawa sakti itu berhasil membendung arus angin, dan bahkan mendorong kepusatnya. Dalam sekejap saja rumah tersebut bergetar bagaikan dilanda gempa kecil.Jleeegaaaarrrrrr.... !Setelah suara ledakan terlihat seseorangyang tadi tampak duduk bersila di atas balkon itu terpental masuk ke dalam tanpa memecahkan dinding kacanya, namun membuat beberapa benda di dalam kamar tersebut menjadiberantakan.Gubraaak, praaaang...!Alena yang tiba di kamar tersebut, berdi
"Tapi apa Alena?" Tanya Dewi Kembang."Tapi kau pun harus membantukujuga, Ares. Aku punya kesulitan sendiri dan kuharap kau dapat membantu memecahkan kesulitanku itu." Jawab Alena."Apa permintaanmu akan kukabulkan, Alena." Jawab Dewi Kembang."Kalau begitu baiklah. Sekarang tolong gunakan kesaktianmu untuk menarik bayangan Diana, munculkan bayangan tentang dirinya yang ada dalam benakmu itu ke permukaan cermin." Jelas Alena.Arez diam memandangi Alena, dia mulai memahami maksud rencana Alena. Maka, ia pun membawa Alena berdiri di depan cermin riasnya.Dengan kekuatan hawa gaibnya, bayangan wajah Diana yang masih terpendam dalam ingatan Arez segera dimunculkan dalam cermin rias itu. Beberapa saat kemudian, pantulan dari diri Arez yang berdiri di depan cermin itu berubah menjadi sosok gadis berkulithitam manis, tapi bertubuh sekal dan berdada montok padat.
Mendengar penjelasan sari Arez membuat Alena termenung cukup lama memikirkan masalah yang sedang mereka hadapi. Satu hal yang masih mengganjal di hatinya mengapa Pasukan Iblis Hitam itu tidak menyerang dirinya jika benar kehadiran mereka untuk memuliskan langkah Raja Kegelapan, mengapa tidak langsung menyerang dirinya."Kalau benar Kumala Sarita mengutus salah satu dari Iblis Hitam, sudah pasti utusannya itu dibekali kesaktian tambahan yang cukup membahayakan dan perlu kau perhitungkan masak-masak, Alena." Lanjut Arez lagi."Apakah kamu tahu kelemahannya?" Tanya Alena kemudian.Arez menggelengkan kepalanya. "Banyak kesaktian yang dimiliki Kumala Sarita yang sulit dicari kelemahannya. Tidak semua kelemahan kekuatan dari alam sana aku ketahui. Apalagi jika mereka tahu aku ada di bumi, jelas mereka akanmenggunakan kekuatan yang belum diketahui rahasia kelemahannya." Lanjut Arez lagi yang membuat Alena manggut-manggu
"Kurasa itu hanya bersifat kebetulan saja.Kebetulan ketika Pasukan Iblis Hitam mencari tempat bernaung, roh Diana yang dilihatnya. Maka, Dianalah yang menjadi sasaran pernaungannya, ibarat kata, dia kost di raganya Diana, manakala ia menyatu dengan jiwa Diana, ia dapatberkomunikasi langsung dengan seseorang dan dapat mengetahui siapa mangsa yang harus dipilih berikutnya, aku yakin, nggak semua orang yang berdiri di depan cermin akan menjadi korbannya, pasti mempunyai kriteria tertentu, jika memenuhi syarat, barulah orang itu menjadi korban senjata gardanya, seperti Sadat dan korban yang dilihat Arman tempo hari." Jepas Alena kepada mereka semua"Pantas kalau Diana sekarang nggak doyan narkoba, dia bilang padaku, dia nggak punya selera lagi untuk menggunakan narkoba, tapi dia sering merasa kepingin sekali minum darah manusia." Jawab Doni."Apakah sampai punya keinginan begitu?" sela Bagus agak ngeri.
"Nggak tahu, Pak. Saya nggak lihat lagi setelah itu." Jawab Diana lagi."Secara rincinya bagaimana ciri-ciri pembunuh teman kencanmu ini?" Tanya polisi itu lagi."Yang saya lihat, dia berkerudung kain hitam dari kepala sampai kaki, kukunya panjang-panjang hitam dan tajam, wajahnya tidak begitu jelas, karena sebagian besar tertutup kain hitamnya. Tapi ketika dia meminum darah Sukri,samar-samar saya melihat bagian dagunya seperti tidak memiliki daging dan kulit. Kayak tengkorak, Pak." Jawan Diana ketakutan."Membawa senjata?" Lanjut petugas.Diana menggeleng. "Saya nggak melihatnya ada senjata, kejadian itu sangat cepat dan benar-benar membuat saya seperti hilang akal."Sebelumnya memang Diana sempat seperti orang gila, menjerit-jerit sendiri walau sudah ditangani polisi, tapi sekarang ia sudah bisa ditenangkan.Polisi tak melihat ada tanda-tanda
Doni merasa tidak enak saat menurunkan Alena sendirian dari mobil. Namun belum sampai hitungan ke sepuluh Badan Alena sudah menghilang dari tempat itu.Hanya dalam sekejap saja Alena sudah tiba di rumah pengusaha yang di sebutkan oleh Kapten Japar. Kadatangan Alena tidak mengherankan kapten Japar.Alena segera di ajak masuk oleh Kapten Japar menuju kamar tidur utama. Mayat Nyonya Gerard masih ada di sana.Perempuan berusia 35 tahun itu terkapar bersimbah darah akibat kemunculan si pembantai dari balik cermin riasnya. Waktu itu Nyonya Gerard bersiap-siap untuk memenuhi undanganmakan malam, Ketika dia merias diri di depan cermin riasnya, tiba-tiba si pembantai gaib itu muncul dari dalam cermin dan mengayunkan senjatanya.Mayat Nyonya Gerard nyaris terbelah dari kepala sampai batas bawah perut. Secara kebetulan waktu itu pintu kamar tidak tertutup. Seorang keponakannya bernama Lisa, melihat kemu
Melihat Reaksi yang Roh Lisa tunjukan membuat Alena menatap wanita itu dengan tajam.''Apa Kamu mengenalinya, Lisa?" Tanya Alena."Aku banyak mendengar tentang dirinya, tapi aku belum pernah bertemu dengannya." Jelas Lisa kepada Alena."Dia berwajah tulang-belulang, mengenakan kerudunghitam, selalu membawa senjata garda." Jelas Alena."Aku pernah mendengar ciri-ciri itu, entang senjatanya aku tak mengenalinya, tapi menurut kabar yang kudengar, Pasukan Iblis Hitam sangat berbahaya, sebaiknya urungkan niatmu untuk mengejarnya." Jawan Lisa ketakutan."Mengapa kamu sarankan begitu?" Tanya Alena."Aku khawatir kamu celaka jika berhadapan dengannya." Jawab Lisa lagi."Mudah-mudahan tidak," kata Alena sambil tersenyum ramah."Apakah kamu tadi melihatnya di sekitar sini, Lisa?" Tanya Alena lagi.
Alena yang sudah bersiaga, dengan cepat membungkus dirinya dengan sinar berwarna merah terang.Ketiga lawan melihat tubuh Alena terbungkus sinar merah terang sejenak terkesiap namun tetap nekat meneruskan serangannya.Ketika tubuh ketiga orang itu menghantam cahaya terang yang membungkus tubuh Alena dalam sekejap ketiga tubuh itu terbanting kebelakang."Sudah aku bilang kalian tidak ada apa-apa sebab kalian tidak lebih dari kacung, namun kalian masih nekad menyerangku," ejek Alena melihat ketiga orang itu terbanting.Mendengar ejekan Alena dengan cepat ketiga penyerang tanpa memperdulikan rasa sakit dari hantaman Alena segera bangkit dan kembali menyerang Alena.Namun kali ini Alena memakai Cahaya merah yang berbentuk tali namun pada ujung cahaya itu berbentuk lancip.Lawan yang menyerang Alena begitu tali cahaya tersebut bergerak segera berhamburan untuk men
"Mbak, gawat kenapa mbak?" tanya Alena di telpon."Warga mengamuk tanpa sebab, pasukan kewalahan menghadapinya kami sudah mendatangkan pasukan cadangan namun belum bisa menangani situasi," jelas Mbak Devi dengan napas yang memburu sama seperti Kapten Japar."Kalau begitu ada baiknya bawa mundur pasukan, dan adakan penjagaan di luar lokasi warga mengamuk, sambil selamatkan warga yang tidak mengamuk," jelas Alena lagi."Ini sedang kami upayakan, kamu di mana?" tanya Mbak Devi."Aku sedang menuju pusat kota, dimana lokasi warga mengamuk?" tanya Alena."Sekarang hampir di semua wilayah kota warga mengamuk, kita harus mencari solusinya," jawab Mbqk Devi."Baik mbak, aku menuju ke pusat kota membantu menangani wilayah itu," jawab Alena sambil mematikan hanphonenya.Dengan cepat Alena bersandar dikurdi penumpang mobil yang di kemudikan Bagus, se
Suara ledakan keras yang di timbulkan benda itu memekakkan telinga Alena dan Bagus.Dengan cepat Alena meloncat untuk berlindung, air yang tadi ada di dalam baskom membasahi tempat itu.Benda yang ada di dalam air itu meledak tidak meninggalkan sisa sedikitpun, seperti menguap di udara benda itu menghilang begitu saja.Alena yang keluar dari balik kursi karena berlindung menggelengkan kepalanya menyaksikan benda di hadapan mereka itu meledak tanpa sebab.Begitu dia bangkit dia melihat di pintu seperti ada kelebat orang berlari meninggalkan runah kediamannya.Dengan cepat Alena berlari menuju pintu dan mengejar ke arah bayangan orang tersebut hilang.Cukup lama Alena mengejarnya namun sampai di ujung lorong yang tak jaih dari rumahnya dia tidak menemukan orang yang dia kejar.Merasa kesal karena orang yang dia kejar tidak dapat di temukan,
Malam hari yang menyelimuti Kota Palembang membuat aktifitas siang hari yang semarak berganti dengan malam yang begitu berbeda.Alena yang sedang ada di kamar kaget mendengar teriakan Bagus dari luar, dengan cepat Alena buru-buru keluar kamar."Ada apa Bagus?" Tanya Alena dengan suara lembut."Ada orang yang datang non dia bilang utusan," Jawab Bagus.Alena melihat tangan kanan Bagus seperti mencengkram leher seseorang, orang itu terlihat sangat menderita karena leherbya tercekik tangan bagus."Lepaskan, orang itu bisa mati," Alena berkata kepada Bagus.Setelah tangan Bagus lepas dari lehernya terlihat pemuda itu dengan terburu-buru menarik napas untuk memenuhi paru-parunya dengan oksigen."Kawan sekarang kamu bisa mengatakan apa yang kamu bawa," Alena berkata lembut."Baaiik," Jawab Pemuda itu dengan tubuh gemetar.
Pagi-pagi sekali Bagus dan Alena sudah kelihatan duduk di teras depan, Alena sedang seksama mendengarkan penjelasan Bagus mengenai hasilnya dari hutan Purwosari.Ketika mereka sedang berbincang di teras rumah tiba-tiba dari arah gerbang terlihat satu sosok tubuh yang memencet bel berapa kali."Sepertinya ada tamu dari jauh, buka gerbang dan ajak tamu kita masuk," Alena berkata kepada Bagus.Mata Alena terbelalak melihat sosok setengah baya yang ada di belakang Bagus, di tangan sosok itu terlihat memegang sesuatu."Ada apa non?" tanya Bagus bingung melihat reaksi Alena ketika melihat tamu yang ada di belakangnya.Alena tak menghiraukan pertanyaan dari bagus, dia langsung berdiri dan membungkuk hormat terhadap tamu yang abru datang itu.Bagus yang bingung mengernyitkan keningnya melihat melihat reaksi yang di tunjukkan oleh Alena."Dewa Kur
Bersama dengan suara ledakan itu tersebut ikut juga meledak tubuh Bidadari Kuning yang membuat tubuh bidadari itu juga ikut lebur.Alena yang sudah menarik kekuatannya badannya langsung jatuh berlutut badannya bergetar menunjukkan dia menangis karena kematian sahabatnya itu.Bersamaan dengan itu juga samapi di tempat itu Bagus bersama dengan Adisaka."Dimana Bidadari Kuning?" tanya Adisaka."Dia sudah menebus semua kesalahannya," jawab Alena sambil menghapus air matanya."Itu bukan kesalahan kamu, Bidadari Kuning Sudah menerima akibat dari perbuatannya, lebih baik sekarang kamu tenangkan diri kamu dahulu sebab masalah ini belum akan selesai dengan matinya bidadari kuning," Adisaka mencoba menghibur Alena."Iya aku tahu, masih ada Raja Kegelapan yang harus di hancurkan," jawab Alena."Baiklah aku akan melaporkan ini pada paman, mungkin sek
"Ada apa?" tanya Adisaka kepada Alena yang mematikan telponnya."Nampaknya ada kejadian gawat di kantor polisi, kita harus menuju ke sana," jawab Alena tegang.Tanpa di minta Adisaka dan Bagus langsung mengikuti Alena.Sekitar lima belas menit kemudian mobil yang mereka kendarai sudah meluncur cepat di jalanan Kota Palembang menuju kantor polisi.Sampai di kantor polisi mereka semua membelalakkan matanya, mereka hampir tidak percaya melihat apa yang ada di depan mata.Kantor polisi berada dalam keadaan yang berantakan, berapa gedung hancur api masih terus membakar gedung sisa namun pemadam kebakaran belum datang."Apa yang terjadi?" tanya Alena dengan tegang."Ruang penyimpanan barang bukti meledak keras dan merambat ke gedung lain," jawab orang yang di tanya."Apakah mobil pemadam belum datang?" tanya Alena lagi."Kantor pemadam juga mengalami hal yang sama," jawab Orang itu yang kelihatan ingin buru-buru pergi dari san
Bagus memarkirkan mobil di tempat pertemuan dengan Adisaka, dari jauh dia melihat kakak sepupunya sedang duduk minum.Dengan tenang Alena bersama Bagus menghampiri Dewa Gerbang Timur duduk santai dan duduk di bangku yang ada di samping kakaknya itu."Sesuatu yang gawat seperti apa yang kakak katakan di telpon?" tanya Alena kepada Adisaka."Aku rasa kamu perlu membaca sendiri tulisan yang ada di batu ini," jawab Adisaka sambil mengeluarkan batu persegi panjang dari dalam tas yang dari tadi dia letakkan di sampingnya.Alena dengan hati-hati menerima batu itu dan membaca apa yang di tunjukkan oleh Kakaknya itu kepadanya.Ketika kami hadir.Kegelapan akan kembali meraja.Kami akan datang di tempat tertinggi.Tempat tertinggi dan bercahaya.Yang pendar cahayanya menerpa langit.Dari sana permula kehancuran di mulai.Darah persembahan akan meme
"Ratap Bidadari?" Tanya Alena bingung.Adisaka menatap Alena lebih dalam lagi melihat adik sepupunya tidak tahu apa yabg terjadi di atas langit tadi."Apakah kamu benar-benar lupa dengan Ratap Bidadari?" tanya Adisaka menyelidiki."Aku sedang mengingat apa sebenarnya Ratap Bidadari, namun sampai sekarang otakku buntu," jawab Alena."Ratap Bidadari merupakan tarian tantangan buat Dewa-Dewi di langit, adapun yang membawa tarian itu merupakan salah seorang bidadari yang tak lain kawan kamu yakni Bidadari Kuning atau Padmi," Jelas Dewa Gerbang Timur."Ternyata Padmi, aku tidak akan memaafkan dia yang sudah membuat aku terbuang ke dunia ini," Alena berkata sambil mengepalkan tangannya."Apakah ada petunjum yang mungkin di katakan seseorang yang kamu lupakan?" Tanya Adisaka kepada Alena."Petunjuk apa yang aku lupakan?" Tanya Alena bingung.