Alena mendengar bentakan keras diikuti lesatan sinar hitam langsung menghentikan larinya, dia meloncat tinggi menghindari pukulan itu.
Dalam keadaan meloncat tangannya yang sudah di isi kekuatan langsung dihantamkan ke depan menangkis serangan Resi Sesat.
Suara ledakan keras memenuhi seluruh tempat itu memunculkan pijar api yang sangat terang.
"Besar sekali rezekiku ternyata ada bidadari kesasar berani menantangku di di Alam Tartaros ini," Sumbar Resi Sesat dengan pandangan mata tajam.
"Resi Sesat seharusnya dulu para dewa langsung menghancurkan kamu bukan memasukan kamu ke penjarah l, namun aku tidak akan mengulangi kesalahan dewa yang menangkapmu, aku akan menghancurkan kamu sampai ke akar-akarnya," bentak Alena dengan garangnya.
"Hahaha.... kau akan menjadi Bidadari pertama yang akan di makan racun kala hitam sebelum racun ini aku lepas di negeri dewata," Sumbar Resi Sesat.
Malam yang dingin di sebuah lestoran siap saji orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan seharian mulai berjubelan memesan makanan untuk mengisi perut.Diantara jubelan orang itu terlihat satu sosok wanita muda memakai pakaian ketat warna merah dengan langkah anggun memesan makanan di konter pemesanan.Dengan rambut tergerai panjang yang ketika berjalan terlihat riap-riapan di tiup angin menambah pancaran aura kecantikannya.Setiap lelaki yang ada di lestoran siap saji itu tak ayal langsung menatap wanita itu dengan pandangan terpana.Malam yang semakin dingin tidak dihiraukan oleh wanita itu seakan udara malam tidak bisa membuat badannya yang di balut pakaian ketat menjadi dingin.Setelah melihat ke seluruh ruangan lestoran wanita itu memilih duduk di sebuah meja kosong dengan anggun dia langsung menyantap makanannya.Sedang asik wanita itu menyantap makananny
Di rumah sakit Alena bersama Kapten Japar segera menemui dokter, dokter yang sudah sangat kenal dengan mereka langsung menyambut dan mengajak melihat korban sementara Bagus menunggu di depan."Apakah ada yang di hilang dari badan korban dokter?" tanya Alena kepada dokter tersebut."Semua anggota badannya lengkap kecuali jantung dan ada satu keanehan dari mayat korban, luka terbelah di badannya di sebabkan bukan karena benda tajam," jelas Dokter."Maksud dokter?" Kapten Japar bertanya bingung."Luka ini berdasarkan analisis kami di sebabkan oleh kuku, namun kami juga merasa heran kuku seperti apa yang bisa merobek dada seperti ini," dokter menjelaskan sambil memandang mereka berdua.Alena hanya terdiam saja mendengar penjelasan dokter kepada mereka, tangannya perlahan dia gerakan menyentuh bekas luka tersebut.Begitu tangannya menyetuh bekas luka tersebut Alen
Brakkk.Alena menggebrak meja dengan keras membuat Bagus yang menunggunya sambil terkantuk-kantuk menjadi kaget."Ada apa non bikin kaget saja?" teriak Bagus yang kaget sambil melompat dari tempat duduknya.Alena tak menghiraukan kekagetan Bagus, dia langsung bersandar di sopa."Bagus caba pergunakan kekuatan jin yang kamu punya, cari titik merah yang berjalan itu berhenti di mana," Alena berkata kepada Bagus."Baik Non," jawab Bagus yang langsung duduk bersila di lantai."Jangan di sini jin keblinger, kamu dari belakang rumah saja, takut kalau tetangga lihat membuat mereka ketakutan," Alena berteriak kepada Bagus sebab tahu apa yang akan di lakukan jin konyol itu."Baik non," Jawab Bagus sambil cengar-cengir melangkah ke bagian belakang rumah.Sementara Bagus pergi Alena dengan santai duduk sambil memejamkan matanya,
Setelah tubuh Siluman Musang meledak ruangan yang dia jadikan tempat tinggal bergetar keras.Alena mencoba bertahan dari dinding ruangan itu setelah itu dia mencoba berlari dengan cepat keluar melalui terowongan tempat dia masuk tadi.Belum sempat langkah kaki Alena melewati terowongan itu tiba-tiba terjadi ledakan cukup keras dari ruang di belakangnya.Alena yang masih berlari tiba-tiba dihempas energi yang sangat besar dari belakangnya tubuhnya meluncur deras terkena dorongan ledakan itu.Dengan kecepatan tinggi badan Alena meluncur keluar dengan kecepatan tinggi , dia berusaha menggerakkan kekuatan Bidadarinya untuk menghindari benturan itu, namun tetap saja badannya terbentur ledakan itu.Bagus yang menunggu di luar melihat badan majikannya meluncur deras dengan sigap dia meloncat menyambar tubuh Alena.Akan tetapi karena tidak siap membuat tubuh keduanya
Tubuh Alena seperti di tarik ke suatu masa dia melihat bintang-bintang sangat dekat dengan dirinya dan dapat di sentuh dengan tangannya.Badannya tidak bisa bergerak melayang layang dengan cepat masuk ke sebuah dimensi yang tidak dia ketahui ada di mana.Kemudian dia seperti berada di sebuah tempat, di tempat itu dia melihat lima orang sedang bercengkrama dengan akrab.Mata Alena terbelalak sebab empat dari orang itu dia sangat kenal mukanya yang tak lain merupakan Ayahnya, pamannya Dewa Pengembara dan Dewa Muara, Dewa Tertinggi dan satu lagi dia tidak tahu siapa orangnya.Di tangan kelima orang itu secara bergiliran memegang sebuah batu mutiara, yang membuat Alena terbelalak karena Batu Mutiara itu merupakan batu yangvada di mahkota yang dia pegang.Dari langit di atas badan Alena meluncur deras di tarik selarik cahaya yang masuk kedalam tubuhnya dan dengan cepat menggulung-gulu
Bagus yang mengemudikan mobilnya berheti dari pintu samping rumah kediaman mereka, Alena dan Dewa Muara langsung turun dari mobil sementara Bagus langsung memasukkan mobil ke garasi.Setelah duduk di ruang tamu cukup lama Dewa Muara ataupun Alena terdiam tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun.Suasana diam seperti itu di pecahkan oleh suara bagus yang datang membawa gelas kopi buat mereka."Sebaiknya minum kopi dulu biar tidak terlalu tegang," Bagus yang baru datang langsung berkata sambil meletakkan gelas kopi di atas meja."Dewa Muara siapa sebenarnya Raja Kegelapan, kenapa aku di tinjukkan gambaran seperti itu ketika menyentuh batu yang ada di mahkota tadi" tanya Alena setelah menghirup berapa kali kopi di gelasnya."Sebenarnya kami berlima termasuk ayahmu dan pamanmu dahulu merupakan lima sekawan yang menjadi andalan para dewa di medan perang, sampai suatu ketika ketika
Mata Alena terbelalak melihat apa yang ada di depannya perutnya tiba-tiba merasa mual melihat apa yang ada di depannya.Di sana dia melihat lantai sebuah bangunan yang digenangi darah sangat banyak di antara darah itu dia melihat satu sosok tubuh wanita yang bermandikan darah dengan pisau di tangan.Rambut wanita itu panjang awut-awutan tiba-tiba sosok wanita yang dilihatnya menoleh kepadanya dengan rambut yang menutupi muka orang itu sehingga Alena tidak bisa melihat jelas muka orang itu.Bersama dengan sosok yang melihatnya itu Alena merasakan badannya tersentak kebelakang kemudian badannya terhuyung-huyung."Kakak ada non?" tanya Bagus kaget."Tidak apa-apa aku merasakan kepalaku tiba-tiba pusing," jawab Alena kepada Bagus."Kalau begitu kita pulang saja," Bagus dengan cepat berkata.Alena tidak menjawab dia hanya melihat Riki dan Amor
Alena terburu-buru menarik kepalanya begitu benda yang di lempar hampir mengenai kepalanya.Melihat kejadian itu Anwar Cokro langsung mendahului masuk kamar ketika anaknya sudah merasa tenang baru Anwar Cokro memanggil Alena dan Amor.Di dalam kamar Alena melihat anak Anwar Cokro gemetar ketakutan sementara di dekat pintu terdapat vas bunga yang tadi di lempar hancur berantakan.Dengan hati-hati dipegangnya kepala anak Anwar Cokro kemudian dia kirim energi gaib yang menenangkan anak itu.Begitu juga dengan anak Anwar Cokro yang lain kondisinya sama dengan Anwar Cokro yang tadi.Setelah mendapatkan kiriman energi gaib dari Alena kedua anak Anwar Cokro menjadi tenang kembali perlahan-lahan mereka kembali normal.Setelah itu Alena melihat lukisan yang di pajang di ruang tamu oleh Anwar Cokro setelah cukup lama memandang lukisan itu Alena membisikan sesuatu ke ku
Alena yang sudah bersiaga, dengan cepat membungkus dirinya dengan sinar berwarna merah terang.Ketiga lawan melihat tubuh Alena terbungkus sinar merah terang sejenak terkesiap namun tetap nekat meneruskan serangannya.Ketika tubuh ketiga orang itu menghantam cahaya terang yang membungkus tubuh Alena dalam sekejap ketiga tubuh itu terbanting kebelakang."Sudah aku bilang kalian tidak ada apa-apa sebab kalian tidak lebih dari kacung, namun kalian masih nekad menyerangku," ejek Alena melihat ketiga orang itu terbanting.Mendengar ejekan Alena dengan cepat ketiga penyerang tanpa memperdulikan rasa sakit dari hantaman Alena segera bangkit dan kembali menyerang Alena.Namun kali ini Alena memakai Cahaya merah yang berbentuk tali namun pada ujung cahaya itu berbentuk lancip.Lawan yang menyerang Alena begitu tali cahaya tersebut bergerak segera berhamburan untuk men
"Mbak, gawat kenapa mbak?" tanya Alena di telpon."Warga mengamuk tanpa sebab, pasukan kewalahan menghadapinya kami sudah mendatangkan pasukan cadangan namun belum bisa menangani situasi," jelas Mbak Devi dengan napas yang memburu sama seperti Kapten Japar."Kalau begitu ada baiknya bawa mundur pasukan, dan adakan penjagaan di luar lokasi warga mengamuk, sambil selamatkan warga yang tidak mengamuk," jelas Alena lagi."Ini sedang kami upayakan, kamu di mana?" tanya Mbak Devi."Aku sedang menuju pusat kota, dimana lokasi warga mengamuk?" tanya Alena."Sekarang hampir di semua wilayah kota warga mengamuk, kita harus mencari solusinya," jawab Mbqk Devi."Baik mbak, aku menuju ke pusat kota membantu menangani wilayah itu," jawab Alena sambil mematikan hanphonenya.Dengan cepat Alena bersandar dikurdi penumpang mobil yang di kemudikan Bagus, se
Suara ledakan keras yang di timbulkan benda itu memekakkan telinga Alena dan Bagus.Dengan cepat Alena meloncat untuk berlindung, air yang tadi ada di dalam baskom membasahi tempat itu.Benda yang ada di dalam air itu meledak tidak meninggalkan sisa sedikitpun, seperti menguap di udara benda itu menghilang begitu saja.Alena yang keluar dari balik kursi karena berlindung menggelengkan kepalanya menyaksikan benda di hadapan mereka itu meledak tanpa sebab.Begitu dia bangkit dia melihat di pintu seperti ada kelebat orang berlari meninggalkan runah kediamannya.Dengan cepat Alena berlari menuju pintu dan mengejar ke arah bayangan orang tersebut hilang.Cukup lama Alena mengejarnya namun sampai di ujung lorong yang tak jaih dari rumahnya dia tidak menemukan orang yang dia kejar.Merasa kesal karena orang yang dia kejar tidak dapat di temukan,
Malam hari yang menyelimuti Kota Palembang membuat aktifitas siang hari yang semarak berganti dengan malam yang begitu berbeda.Alena yang sedang ada di kamar kaget mendengar teriakan Bagus dari luar, dengan cepat Alena buru-buru keluar kamar."Ada apa Bagus?" Tanya Alena dengan suara lembut."Ada orang yang datang non dia bilang utusan," Jawab Bagus.Alena melihat tangan kanan Bagus seperti mencengkram leher seseorang, orang itu terlihat sangat menderita karena leherbya tercekik tangan bagus."Lepaskan, orang itu bisa mati," Alena berkata kepada Bagus.Setelah tangan Bagus lepas dari lehernya terlihat pemuda itu dengan terburu-buru menarik napas untuk memenuhi paru-parunya dengan oksigen."Kawan sekarang kamu bisa mengatakan apa yang kamu bawa," Alena berkata lembut."Baaiik," Jawab Pemuda itu dengan tubuh gemetar.
Pagi-pagi sekali Bagus dan Alena sudah kelihatan duduk di teras depan, Alena sedang seksama mendengarkan penjelasan Bagus mengenai hasilnya dari hutan Purwosari.Ketika mereka sedang berbincang di teras rumah tiba-tiba dari arah gerbang terlihat satu sosok tubuh yang memencet bel berapa kali."Sepertinya ada tamu dari jauh, buka gerbang dan ajak tamu kita masuk," Alena berkata kepada Bagus.Mata Alena terbelalak melihat sosok setengah baya yang ada di belakang Bagus, di tangan sosok itu terlihat memegang sesuatu."Ada apa non?" tanya Bagus bingung melihat reaksi Alena ketika melihat tamu yang ada di belakangnya.Alena tak menghiraukan pertanyaan dari bagus, dia langsung berdiri dan membungkuk hormat terhadap tamu yang abru datang itu.Bagus yang bingung mengernyitkan keningnya melihat melihat reaksi yang di tunjukkan oleh Alena."Dewa Kur
Bersama dengan suara ledakan itu tersebut ikut juga meledak tubuh Bidadari Kuning yang membuat tubuh bidadari itu juga ikut lebur.Alena yang sudah menarik kekuatannya badannya langsung jatuh berlutut badannya bergetar menunjukkan dia menangis karena kematian sahabatnya itu.Bersamaan dengan itu juga samapi di tempat itu Bagus bersama dengan Adisaka."Dimana Bidadari Kuning?" tanya Adisaka."Dia sudah menebus semua kesalahannya," jawab Alena sambil menghapus air matanya."Itu bukan kesalahan kamu, Bidadari Kuning Sudah menerima akibat dari perbuatannya, lebih baik sekarang kamu tenangkan diri kamu dahulu sebab masalah ini belum akan selesai dengan matinya bidadari kuning," Adisaka mencoba menghibur Alena."Iya aku tahu, masih ada Raja Kegelapan yang harus di hancurkan," jawab Alena."Baiklah aku akan melaporkan ini pada paman, mungkin sek
"Ada apa?" tanya Adisaka kepada Alena yang mematikan telponnya."Nampaknya ada kejadian gawat di kantor polisi, kita harus menuju ke sana," jawab Alena tegang.Tanpa di minta Adisaka dan Bagus langsung mengikuti Alena.Sekitar lima belas menit kemudian mobil yang mereka kendarai sudah meluncur cepat di jalanan Kota Palembang menuju kantor polisi.Sampai di kantor polisi mereka semua membelalakkan matanya, mereka hampir tidak percaya melihat apa yang ada di depan mata.Kantor polisi berada dalam keadaan yang berantakan, berapa gedung hancur api masih terus membakar gedung sisa namun pemadam kebakaran belum datang."Apa yang terjadi?" tanya Alena dengan tegang."Ruang penyimpanan barang bukti meledak keras dan merambat ke gedung lain," jawab orang yang di tanya."Apakah mobil pemadam belum datang?" tanya Alena lagi."Kantor pemadam juga mengalami hal yang sama," jawab Orang itu yang kelihatan ingin buru-buru pergi dari san
Bagus memarkirkan mobil di tempat pertemuan dengan Adisaka, dari jauh dia melihat kakak sepupunya sedang duduk minum.Dengan tenang Alena bersama Bagus menghampiri Dewa Gerbang Timur duduk santai dan duduk di bangku yang ada di samping kakaknya itu."Sesuatu yang gawat seperti apa yang kakak katakan di telpon?" tanya Alena kepada Adisaka."Aku rasa kamu perlu membaca sendiri tulisan yang ada di batu ini," jawab Adisaka sambil mengeluarkan batu persegi panjang dari dalam tas yang dari tadi dia letakkan di sampingnya.Alena dengan hati-hati menerima batu itu dan membaca apa yang di tunjukkan oleh Kakaknya itu kepadanya.Ketika kami hadir.Kegelapan akan kembali meraja.Kami akan datang di tempat tertinggi.Tempat tertinggi dan bercahaya.Yang pendar cahayanya menerpa langit.Dari sana permula kehancuran di mulai.Darah persembahan akan meme
"Ratap Bidadari?" Tanya Alena bingung.Adisaka menatap Alena lebih dalam lagi melihat adik sepupunya tidak tahu apa yabg terjadi di atas langit tadi."Apakah kamu benar-benar lupa dengan Ratap Bidadari?" tanya Adisaka menyelidiki."Aku sedang mengingat apa sebenarnya Ratap Bidadari, namun sampai sekarang otakku buntu," jawab Alena."Ratap Bidadari merupakan tarian tantangan buat Dewa-Dewi di langit, adapun yang membawa tarian itu merupakan salah seorang bidadari yang tak lain kawan kamu yakni Bidadari Kuning atau Padmi," Jelas Dewa Gerbang Timur."Ternyata Padmi, aku tidak akan memaafkan dia yang sudah membuat aku terbuang ke dunia ini," Alena berkata sambil mengepalkan tangannya."Apakah ada petunjum yang mungkin di katakan seseorang yang kamu lupakan?" Tanya Adisaka kepada Alena."Petunjuk apa yang aku lupakan?" Tanya Alena bingung.