Alena yang sedang duduk santai sambil memunum kopi di gelasnya kaget mendengar teriakan Bagus yang muncul di sana.
"Non, aku merasakan ada keanehan di Kota Palembang ini, ketika akuniseng-iseng membuka mata jinku aku merasakan ada getaran yang terus mengganggu" Bagus berkata sambil berseru.
"Getaran seperti apa?" tanya Alena santai.
"Aku yakin kalau itu getaran gaib, namun ini sangat aneh," jawab Bagus lagi.
"Aneh bagaimana, apakah seaneh janda sebelah?" tanya Alena sambil bercanda.
"Aku serius non, janda sebelah tidak ada apa-apanya di banding getaran ini, mata jinku menangkap sinar merah memenuhi beberapa tempat," jawab Bagus yang merasa panik karena apa yang dia lihat.
Mendengar apa yang di katakan oleh Bagus membuat Alena tak urus penasaran.
"Coba kamu duduk di hadapanku dan buka mata jin kamu kalau perlu yang paling kuat," Alen
Merasakan makhluk yang menerkam itu menghujamkan gigi di lehernya membuat Alena tersenyum.Tak lama setelah itu terdengar raungan keras dari makhluk yang menggigit lehernya."Graaauuukkk..... Aaaaaa,"Makhluk itu terlonjak mundur dari tubuh Alena kemudian makhluk itu jatuh terduduk di samping dinding lobang."Aku sudah memperingatkan supaya lekas kembali kealam kamu, namun kamu masih menolaknya setelah sekarang taring yang kamu punya hilang, aku juga yakin kekuatan kamu hilang, maka kini terimalah kehancuran kamu," gertak Alena."Kurang ajar aku akan meremukkan tubuh kamu," geram makhluk itu.Dia berusaha menyerang Alena namun sama sekali tubuhnya tidak bisa di gerakkan sebab tubuh itu sudah tidak punya daya lagi.Merasakan seluruh tenaganya hilang semua makhluk itu hanya menggerendeng saja merasakan kesal yang tiada tara.&n
Mendengar suara ledakan keras dari arah goa, kedua orang itu langsung berlari mendatangi goa itu.Namun baru saja mereka sampai di sana keduanya merasakan kaki mereka di pantek di tanah.Badan keduanya gemetar dan tidak bisa mengeluarkan kata, selain itu mereka sama sekali tidak bisa bergerak dari tempat itu.Di bekas ledakan goa itu kedua karyawan melihat satu sosok makhluk yang sangat menyeramkan.Setelah itu tubuh keduanya menjadi limbung dan jatuh pingsan secara bersamaan di tempat mereka berada.Sementara makhluk yang ada di bekas ledakan goa mengeluarkan seringai menyeramkan."Aku akan membalas dendam kepada kalian semua atas perbuatan yang kalian lakukan kepadaku," suara menggelegar keluar dari mulut makhluk itu.Kemudian makhluk itu melesat pergi meninggalkan tempat itu dengan sangat cepat.*******&nbs
Kening Alena berkerut memperhatikan silsilah keluarga yang di bawa oleh Amor dan Riki."Ternyata mereka semua ada kaitan silsilah keluarga di masa lalu, di lihat dari silsilah ini mereka mempunyai satu garis keturunan," Bagus berkata tak percaya dengan apa yang dia baca."Ketiga korban yang meninggal merupakan kepala keluarga masing-masing, yang masih satu garis keturunan, aku yakin ini merupakan efek dari dendam masa lalu," jawab Alena."Maksudnya dendam masa lalu, apakah keluarga mereka pada masa lalu pernah ada perselisihan?" tanya Amor bingung."Iya, dilihat dari silsilah sampai ke atas garis keluarga mereka di dirikan oleh satu orang yang kemudian menelurkan beberapa keturunan yang lain, tapi dalam keturunan mereka terdapat persaingan yang menyebabkan terjadi pembantaian. Mungkinkah dendam ini masih bertahan sampai sekarang?" Alena yang menjelaskan terlihat ada keraguan dengan apa yang dia ingat
Baru saja Alena menyalurkan kekuatan untuk memasuki pikiran kedua orang itu tiba-tiba hawa panas menerpa bagian dadanya.Dengan cepat Alena menarik tangannya dari kepala kedua orang itu. Setelah sejenak menarik nafas, baru Alena kembali memegang kembali kepala kedua orang itu.Alena merasakan satu aura yang sangat panas yang menerpa tubuhnya namun sedapat mungkin Alena bertahan menyusuri pikiran kedua orang itu.Perlahan-lahan Alena dapat melihat satu makhluk yang seluruh tubuhnya di lapisi oleh api yang berwarna biru panas.Lambat laun Alena yang berusaha bertahan dari hawa panas yang dia rasakan kemudian makin mendekati makhluk api di depannya.Makhluk itu perlahan berbalik menghadap Alena, sekarang Alena melihat muka makhluk itu yang membuat dia menjadi tersentak dan melepaskan pegangannya pada kepala kedua orang yang melihat kejadian ledakan."Apa yang No
Benturan kedua kekuatan itu menyebabkan suara ledakan yang sangat kencang, membuat penduduk yang ada di sekitar tempat itu segera mengunci pintu rumah masing-masing.Sandro dan Alena yang sama-sama terbanting langsung melompat berdiri mengirimkan serangan kembali."Sebaiknya kamu hentikan semua ini Sandro!" bentak Alena."Kau yang harusnya jangan mencampuri urusanku Anak Dewa Keabadian!" bentak Sandro tak kalah sengit.Kedua orang itu kemudian saling menyerang masing-masing, mereka sama sekali tidak mengendorkan serangan masing-masing.Dalam sekejap kedua tubuh itu hanya kelihatan bayangan berwarna biru dan bayangan berwarna merah.Di suatu kesempatan keduanya sama-sama mengepos tenaga masing-masing kemudian Alena melepas serangan cahaya merah yang besar, yang langsung di balas Sandro dengan serangan api biru yang besar.Blaaarrr!
Suara bantingan pintu membuat Amor dan Alena tersentak kaget, Amor yang awalnya duduk dengan spontan meloncat berdiri.Dari pintu dia melihat sosok orang tua masuk dengan santai menuju ke tempat mereka berada."Dewa Muara...." teriak Alena yang masih terbaring."Hehehe..." Dewa Muara yang baru datang hanya terkekeh.Dia berjalan menuju tempat Alena berbaring, kemudian mengelilingi tubuh Alena berapa kali, sementara Amor yang sudah pernah bertemu dengan Dewa Muara hanya berdiri bengong melihat apa yang di lakukan orang tua itu."Kau beruntung pukulan api ini tidak merenggut nyawa kamu, bersukurlah untuk itu kalau orang lain yang terkena pukulan ini aku tidak tahu mungkin akan langsung modar," Dewa Muara berkata setelah memandang tubuh Alena."Iya kek," jawab Alena."Kau sungguh gegabah melawan orang yang membawa api dendam ini tanpa memaka
Malam yang menyelimuti Kota Palembang berlangsung dengan sunyi dan senyap semua orang nampaknya lebih suka berlindung di dalam rumah.Selain itu malam yang biasanya dingin sekarang berganti dengan cuaca yang panas membuat penduduk yang mendekam di dalam rumah menyalakan kipas angin atau AC yang mereka punya.Walaupun suasana keseluruhan Kota Palembang sangat sepi namun hal itu tidak berlaku rumah Herman Armanda.Dari sore terlihat kesibukan di rumah itu, setelah hari berjalan malam ternyata rumah orang yang cukup berpengaruh di Kota itu di jaga sangat banyak penjaga.Orang-orang yang berjaga begitu memasuki malam berubah menjadi tegang, walaupun suasana panas tak ayal pemandangan yang menegangkan tersaji dengan jelas di sana.Malam menunjukkan pukul sebelas malam namun semua penjaga masih bersiaga di tempatnya berjaga.Dalam keremangan malam di sebuah sudut g
Semua orang yang ada di sana kaget mendengar ledakan yang terjadi di dalam ruangan itu.Dari ledakan yang terjadi keluar satu sosok tubuh tua yang duduk bersila sambil tersenyum-senyum melihat kekagetan orang yang ada di sana."Kakek....." teriak Alena dengan mata melotot menahan rasa geram."Hehehe... apakah kedatanganku mengagetkan kalian?" tanya Dewa Muara dengan santai."Iya...." teriak Bagus sewot."Hehehe...." Dewa Muara hanya tertawa terkekeh mendengar teriakan sewot dari Bagus."Ada apa kek tiba-tiba muncul di sini?" tanya Alena dengan sopan."Orang yang terbaring di sana kalau tidak segera di bawa ke suatu tempat akan mampu bangun lagi, salju yang mengelilingi tubuhnya hanya bisa membekukan dia secara sementara," jelas Dewa Muara."Lantas sekarang harus bagaimana kek?" tanya Alena kepada Dewa Muara.&n
Alena yang sudah bersiaga, dengan cepat membungkus dirinya dengan sinar berwarna merah terang.Ketiga lawan melihat tubuh Alena terbungkus sinar merah terang sejenak terkesiap namun tetap nekat meneruskan serangannya.Ketika tubuh ketiga orang itu menghantam cahaya terang yang membungkus tubuh Alena dalam sekejap ketiga tubuh itu terbanting kebelakang."Sudah aku bilang kalian tidak ada apa-apa sebab kalian tidak lebih dari kacung, namun kalian masih nekad menyerangku," ejek Alena melihat ketiga orang itu terbanting.Mendengar ejekan Alena dengan cepat ketiga penyerang tanpa memperdulikan rasa sakit dari hantaman Alena segera bangkit dan kembali menyerang Alena.Namun kali ini Alena memakai Cahaya merah yang berbentuk tali namun pada ujung cahaya itu berbentuk lancip.Lawan yang menyerang Alena begitu tali cahaya tersebut bergerak segera berhamburan untuk men
"Mbak, gawat kenapa mbak?" tanya Alena di telpon."Warga mengamuk tanpa sebab, pasukan kewalahan menghadapinya kami sudah mendatangkan pasukan cadangan namun belum bisa menangani situasi," jelas Mbak Devi dengan napas yang memburu sama seperti Kapten Japar."Kalau begitu ada baiknya bawa mundur pasukan, dan adakan penjagaan di luar lokasi warga mengamuk, sambil selamatkan warga yang tidak mengamuk," jelas Alena lagi."Ini sedang kami upayakan, kamu di mana?" tanya Mbak Devi."Aku sedang menuju pusat kota, dimana lokasi warga mengamuk?" tanya Alena."Sekarang hampir di semua wilayah kota warga mengamuk, kita harus mencari solusinya," jawab Mbqk Devi."Baik mbak, aku menuju ke pusat kota membantu menangani wilayah itu," jawab Alena sambil mematikan hanphonenya.Dengan cepat Alena bersandar dikurdi penumpang mobil yang di kemudikan Bagus, se
Suara ledakan keras yang di timbulkan benda itu memekakkan telinga Alena dan Bagus.Dengan cepat Alena meloncat untuk berlindung, air yang tadi ada di dalam baskom membasahi tempat itu.Benda yang ada di dalam air itu meledak tidak meninggalkan sisa sedikitpun, seperti menguap di udara benda itu menghilang begitu saja.Alena yang keluar dari balik kursi karena berlindung menggelengkan kepalanya menyaksikan benda di hadapan mereka itu meledak tanpa sebab.Begitu dia bangkit dia melihat di pintu seperti ada kelebat orang berlari meninggalkan runah kediamannya.Dengan cepat Alena berlari menuju pintu dan mengejar ke arah bayangan orang tersebut hilang.Cukup lama Alena mengejarnya namun sampai di ujung lorong yang tak jaih dari rumahnya dia tidak menemukan orang yang dia kejar.Merasa kesal karena orang yang dia kejar tidak dapat di temukan,
Malam hari yang menyelimuti Kota Palembang membuat aktifitas siang hari yang semarak berganti dengan malam yang begitu berbeda.Alena yang sedang ada di kamar kaget mendengar teriakan Bagus dari luar, dengan cepat Alena buru-buru keluar kamar."Ada apa Bagus?" Tanya Alena dengan suara lembut."Ada orang yang datang non dia bilang utusan," Jawab Bagus.Alena melihat tangan kanan Bagus seperti mencengkram leher seseorang, orang itu terlihat sangat menderita karena leherbya tercekik tangan bagus."Lepaskan, orang itu bisa mati," Alena berkata kepada Bagus.Setelah tangan Bagus lepas dari lehernya terlihat pemuda itu dengan terburu-buru menarik napas untuk memenuhi paru-parunya dengan oksigen."Kawan sekarang kamu bisa mengatakan apa yang kamu bawa," Alena berkata lembut."Baaiik," Jawab Pemuda itu dengan tubuh gemetar.
Pagi-pagi sekali Bagus dan Alena sudah kelihatan duduk di teras depan, Alena sedang seksama mendengarkan penjelasan Bagus mengenai hasilnya dari hutan Purwosari.Ketika mereka sedang berbincang di teras rumah tiba-tiba dari arah gerbang terlihat satu sosok tubuh yang memencet bel berapa kali."Sepertinya ada tamu dari jauh, buka gerbang dan ajak tamu kita masuk," Alena berkata kepada Bagus.Mata Alena terbelalak melihat sosok setengah baya yang ada di belakang Bagus, di tangan sosok itu terlihat memegang sesuatu."Ada apa non?" tanya Bagus bingung melihat reaksi Alena ketika melihat tamu yang ada di belakangnya.Alena tak menghiraukan pertanyaan dari bagus, dia langsung berdiri dan membungkuk hormat terhadap tamu yang abru datang itu.Bagus yang bingung mengernyitkan keningnya melihat melihat reaksi yang di tunjukkan oleh Alena."Dewa Kur
Bersama dengan suara ledakan itu tersebut ikut juga meledak tubuh Bidadari Kuning yang membuat tubuh bidadari itu juga ikut lebur.Alena yang sudah menarik kekuatannya badannya langsung jatuh berlutut badannya bergetar menunjukkan dia menangis karena kematian sahabatnya itu.Bersamaan dengan itu juga samapi di tempat itu Bagus bersama dengan Adisaka."Dimana Bidadari Kuning?" tanya Adisaka."Dia sudah menebus semua kesalahannya," jawab Alena sambil menghapus air matanya."Itu bukan kesalahan kamu, Bidadari Kuning Sudah menerima akibat dari perbuatannya, lebih baik sekarang kamu tenangkan diri kamu dahulu sebab masalah ini belum akan selesai dengan matinya bidadari kuning," Adisaka mencoba menghibur Alena."Iya aku tahu, masih ada Raja Kegelapan yang harus di hancurkan," jawab Alena."Baiklah aku akan melaporkan ini pada paman, mungkin sek
"Ada apa?" tanya Adisaka kepada Alena yang mematikan telponnya."Nampaknya ada kejadian gawat di kantor polisi, kita harus menuju ke sana," jawab Alena tegang.Tanpa di minta Adisaka dan Bagus langsung mengikuti Alena.Sekitar lima belas menit kemudian mobil yang mereka kendarai sudah meluncur cepat di jalanan Kota Palembang menuju kantor polisi.Sampai di kantor polisi mereka semua membelalakkan matanya, mereka hampir tidak percaya melihat apa yang ada di depan mata.Kantor polisi berada dalam keadaan yang berantakan, berapa gedung hancur api masih terus membakar gedung sisa namun pemadam kebakaran belum datang."Apa yang terjadi?" tanya Alena dengan tegang."Ruang penyimpanan barang bukti meledak keras dan merambat ke gedung lain," jawab orang yang di tanya."Apakah mobil pemadam belum datang?" tanya Alena lagi."Kantor pemadam juga mengalami hal yang sama," jawab Orang itu yang kelihatan ingin buru-buru pergi dari san
Bagus memarkirkan mobil di tempat pertemuan dengan Adisaka, dari jauh dia melihat kakak sepupunya sedang duduk minum.Dengan tenang Alena bersama Bagus menghampiri Dewa Gerbang Timur duduk santai dan duduk di bangku yang ada di samping kakaknya itu."Sesuatu yang gawat seperti apa yang kakak katakan di telpon?" tanya Alena kepada Adisaka."Aku rasa kamu perlu membaca sendiri tulisan yang ada di batu ini," jawab Adisaka sambil mengeluarkan batu persegi panjang dari dalam tas yang dari tadi dia letakkan di sampingnya.Alena dengan hati-hati menerima batu itu dan membaca apa yang di tunjukkan oleh Kakaknya itu kepadanya.Ketika kami hadir.Kegelapan akan kembali meraja.Kami akan datang di tempat tertinggi.Tempat tertinggi dan bercahaya.Yang pendar cahayanya menerpa langit.Dari sana permula kehancuran di mulai.Darah persembahan akan meme
"Ratap Bidadari?" Tanya Alena bingung.Adisaka menatap Alena lebih dalam lagi melihat adik sepupunya tidak tahu apa yabg terjadi di atas langit tadi."Apakah kamu benar-benar lupa dengan Ratap Bidadari?" tanya Adisaka menyelidiki."Aku sedang mengingat apa sebenarnya Ratap Bidadari, namun sampai sekarang otakku buntu," jawab Alena."Ratap Bidadari merupakan tarian tantangan buat Dewa-Dewi di langit, adapun yang membawa tarian itu merupakan salah seorang bidadari yang tak lain kawan kamu yakni Bidadari Kuning atau Padmi," Jelas Dewa Gerbang Timur."Ternyata Padmi, aku tidak akan memaafkan dia yang sudah membuat aku terbuang ke dunia ini," Alena berkata sambil mengepalkan tangannya."Apakah ada petunjum yang mungkin di katakan seseorang yang kamu lupakan?" Tanya Adisaka kepada Alena."Petunjuk apa yang aku lupakan?" Tanya Alena bingung.