Semua orang yang ada di sana kaget mendengar ledakan yang terjadi di dalam ruangan itu.
Dari ledakan yang terjadi keluar satu sosok tubuh tua yang duduk bersila sambil tersenyum-senyum melihat kekagetan orang yang ada di sana.
"Kakek....." teriak Alena dengan mata melotot menahan rasa geram.
"Hehehe... apakah kedatanganku mengagetkan kalian?" tanya Dewa Muara dengan santai.
"Iya...." teriak Bagus sewot.
"Hehehe...." Dewa Muara hanya tertawa terkekeh mendengar teriakan sewot dari Bagus.
"Ada apa kek tiba-tiba muncul di sini?" tanya Alena dengan sopan.
"Orang yang terbaring di sana kalau tidak segera di bawa ke suatu tempat akan mampu bangun lagi, salju yang mengelilingi tubuhnya hanya bisa membekukan dia secara sementara," jelas Dewa Muara.
"Lantas sekarang harus bagaimana kek?" tanya Alena kepada Dewa Muara.
&n
"Suara apa itu?" Teriak Riki panik dia berusaha menstarter mobilnya berkali-kali namun tetap tak mau hidup."Kalian tenang saja di mobil, ingat jangan ada yang keluar dari mobil apapun yang terjadi kalian harus tetap bertahan di mobil, Bagus bagaimanapun ke adaanmu aku minta kalau suasana sangat genting kamu lindungi Amor dan Riki," Alena menenangkan mereka semua sebelum dengan tegas dia berkata kepada Bagus."Ba...ba...ik non," Bagus tak bisa menyembunyikan ketakutannya.Alena dengan santai keluar dari dalam mobil, dia dengan seksama memperhatika keadaan yang ada di dalam hutan tempat mereka berada.Alena melihat di belakang mobil ada dua sosok tinggi besar yang menahan mobil yang mereka kendarai sehingga mobil tidak mau menyala.Alena memperhatikan makhluk yang menahan belakang mobil itu, kemudian dia melangkah dengan santai menuju makhluk besar-besar yang menahan mobil mereka.
Mendengar suara dari belakang mereka dengan cepat Bagus meloncat ke arah sumber suara.Begitu kembali ke tempat Alena tangan Bagus sudah mencekal satu sosok tubh tua yang dia seret ketempat Alena."Penasihat...." Teriak Bagus begitu mengenal sosok orang tua di hadapannya."Raden Bagus, ternyata kamu yang kembali ke sini, ternyata keyakinan Raja tidak salah, dia selalu berkata kalau kamu akan pulang ke sini membantu kerajaan sembari menebus kesalahan," Jawab orang tua yang di panggil Bagus dengan Penasehat itu."Dimana raja sekarang berada?" Tanya Bagus kepada sosok tua itu."Kami bersembunyi di sebuah tempat rahasia, mari kita pergi dari sini sebab apa yang di lakukan oleh nona kawan kamu akan memancing pasukan raja sekarang ke sini, apa lagi kedua pasukan yang dia tahan sudah bisa kabur," Jelas penasihat itu lagi.Mendengar apa yang di katakan oleh penasihat
Ledakan keras terjadi bersama dengan leburnya tubuh Jin Purwo di makan pukulan Alena.Bersama dengan di kalahkannya Jin Purwo dari luar berdatangan pasukan Jin Abraha yang di pimpin Bagus, selain.itu di langit semburat mentari mulai menyinari."Puan Bidadari, kami sangat berterima kasih atas bantuannya," Jin Abraha yang baru muncul langsung menundukkan badannya kepada Alena."Sudahlah jangan terlalu di pikirkan, kalian harus menata tempat ini supaya lebih baik lagi, sementara aku akan menuju Desa Purwosari," Jqwab Alena."Non Alena, aku minta izin untuk agak lama di sini, nanti aku akan menyusul non langsung ke Palembang," Bagus berkata kepada Alena."Baiklah kamu bisa kembali kapan saja," Jawab Alena kepada Bagus."Terima kasih non," Jawab Bagus sambil menunduk hormat.Setelah itu semua Alena dengan kecepatan Bidadari langsung menuju ger
"Maksud bibi karena ibu apaan?" tanya Alena bingung."Beberapa waktu lalu ibumu pernah menemuiku menjelaskan tentang dirimu, ketika aku bertanya di mana posisi kamu dia hanya mengatakan kalau suatu saat kita akan bertemu," jelas Bidadari Air kepada Alena."Ternyata ibu sudah menghubungi semua kerabatnya yang ada di bumi," Gumam Alena mendengar penjelasan bibinya."Benar, ketika kamu di hukum ke bumi Ibu dan Ayahmu menjadi gelisah, sehingga ayahmu menyuruh ibumu turun kebumi dan menghubungi sahabat lama yang menetap di bumi untuk mwmbantu kamu kalau mengalami kesulitan, bukan hanya itu paman kamu Dewa Pengembara juga sudah menghubungi semua sahabat dan kenalannya yang ada di bumi," Jelas Bidadari Air kepada Alena."Ternyata begitu," Alena hanya berkata singkat mendengar penjelasan bibinya."Sebagai orang tua wajar mereka mencemaskan dirimu, oh ya apa yang ada di tangan kamu?" Bida
Alena mengaduk-aduk minuman yang ada di gelasnya, sementara Bagus diam saja dan hanya memandang apa yang dilakukan Alena.Pikiran Alena melayang-layang pada perjalanan gaib yang barusan dia lakukan, warna gedung dan lambang dari gedung mengganggu perhatiannya, namun yang lebih menarik perhatiannya yakni patung yang ada di ruang terakhir dia masuki.Pikirannya berputar-putar sehingga makanan yang terhidang di depannya tidak ada satupun yang dia makan.Mengingat semua kejadian dalam perjalanan gaib yang tak sengaja dia lakukan selera makannya menjadi hilang.Hanya kopi di meja yang sudah dua kali di tambahkan kedalam gelas Alena, Baguspun sepertinya tidak mau mengganggu bidadari yang menjadi majikannya itu."Makan dulu non, nanti baru dipikirin kasusnya, kalau tidak makan nanti bisa sakit," seru Bagus yang mengagetkan Alena."Heeh..." Alena menjawab singkat sam
Malam harinya yang datang menyelimuti Kota Palembang, Alena habiskan menatap langit hitam di teras samping rumahnya.Dia mengingat satu persatu kejadian yang dia temukan pada kasus yang dia selidiki, mulai dari patung sampai pada sosok misterius yang dia temukan di rumah makan.Sampai akhirnya dia terngiang lagi apa yang pernah di katakan oleh bibinya Bidadari Air "..... pesanku coba kamu ingat kembali peristiwa hilangnya pedang kuasa dewa....."Alena seperti tersentak ketika ingatannya akan apa yang di katakan bibinya itu masuk ke dalam ruang kepalanya."Aku harus mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi pada hari pedang kuasa dewa yang hilang dari penyimpanannya," Gumam Alena ."Kenapa dari kemarin aku lihat non lebih banyak melamun?" Tanya Bagus yang tiba-tiba muncul di dekat Alena."Aku sedang memikirkan hari kejadian hilangnya pedang kuasa dewa, apakah a
Begitu sampai di rumah sakit Alena melihat Kapten Japar sudah menunggu dengan perasaan bingung, tanpa buang waktu untuk menjelaskan Alena mengajaknya langsung menuju kamar Jenazah.Kebetulan sekali jenazah korban pembunuhan itu belum di ambil oleh pihak keluarga, jadi masih berada di ruang pembeku rumah sakit.Setelah Kapten Japar berbicara sengan pihak rumah sakit, akhirnya Alena bisa melihat jenazah korban, yakni perempuan yang menjadi korban di Kambang Iwak."Bisakah kalian menunggu di luar, untuk sementara biarkan aku sendiri bersama jenazah di ruangan ini?" tanya Alena kepada semua yang ada di sana."Maksudnya bagaimana?" Dokter itu bertanya dengan bingung sebab selama ini dia selalu mendampingi jika ada pihak yang ingin melihat korban."Tidak apa-apa dokter aku yang akan bertanggung jawab semuanya," Kali ini Kapten Japar yang mencoba meyakinkan Dokter Anugerah. 
Dusun Gasing yang berada di pinggir Kota Palembang terlihat adem ayem, sebagian besar masyarakatnya merupakan petani karet, namun siapa mengira kalau di desa ini terdapat seorang dukun sakti yang terkenal di mana-mana di kenal dengan nama Mbah Tarjo.Nama Mbah Tarjo memang terkenal di dunia perdukunan terlebih pada orang-orang yang memang gemar mencari sesuatu pada dukun.Seperti siang menjelang sore itu rumah Mbah Tarjo kedatangan seorang tamu yang menggunakan mobil mewah, dari penampilannya kelihatan kalau laki-laki itu berasal dari Kota Palembang."Bagaimanapun caranya aku memohon bantuan mbah, bisnisku hampir bangkrut namun aku tidak mau jatuh miskin," ucap pemuda yang bernama Bustomi itu dengan serius kepada Mbah Tarjo."Itu masalah gampang, namun kamu harus menyediakan tumbalnya untuk itu, jika tumbal sudah di berikan maka bisnis yang kamu alami akan meroket dengan tinggi," jawab Mbah Tarjo sam
Alena yang sudah bersiaga, dengan cepat membungkus dirinya dengan sinar berwarna merah terang.Ketiga lawan melihat tubuh Alena terbungkus sinar merah terang sejenak terkesiap namun tetap nekat meneruskan serangannya.Ketika tubuh ketiga orang itu menghantam cahaya terang yang membungkus tubuh Alena dalam sekejap ketiga tubuh itu terbanting kebelakang."Sudah aku bilang kalian tidak ada apa-apa sebab kalian tidak lebih dari kacung, namun kalian masih nekad menyerangku," ejek Alena melihat ketiga orang itu terbanting.Mendengar ejekan Alena dengan cepat ketiga penyerang tanpa memperdulikan rasa sakit dari hantaman Alena segera bangkit dan kembali menyerang Alena.Namun kali ini Alena memakai Cahaya merah yang berbentuk tali namun pada ujung cahaya itu berbentuk lancip.Lawan yang menyerang Alena begitu tali cahaya tersebut bergerak segera berhamburan untuk men
"Mbak, gawat kenapa mbak?" tanya Alena di telpon."Warga mengamuk tanpa sebab, pasukan kewalahan menghadapinya kami sudah mendatangkan pasukan cadangan namun belum bisa menangani situasi," jelas Mbak Devi dengan napas yang memburu sama seperti Kapten Japar."Kalau begitu ada baiknya bawa mundur pasukan, dan adakan penjagaan di luar lokasi warga mengamuk, sambil selamatkan warga yang tidak mengamuk," jelas Alena lagi."Ini sedang kami upayakan, kamu di mana?" tanya Mbak Devi."Aku sedang menuju pusat kota, dimana lokasi warga mengamuk?" tanya Alena."Sekarang hampir di semua wilayah kota warga mengamuk, kita harus mencari solusinya," jawab Mbqk Devi."Baik mbak, aku menuju ke pusat kota membantu menangani wilayah itu," jawab Alena sambil mematikan hanphonenya.Dengan cepat Alena bersandar dikurdi penumpang mobil yang di kemudikan Bagus, se
Suara ledakan keras yang di timbulkan benda itu memekakkan telinga Alena dan Bagus.Dengan cepat Alena meloncat untuk berlindung, air yang tadi ada di dalam baskom membasahi tempat itu.Benda yang ada di dalam air itu meledak tidak meninggalkan sisa sedikitpun, seperti menguap di udara benda itu menghilang begitu saja.Alena yang keluar dari balik kursi karena berlindung menggelengkan kepalanya menyaksikan benda di hadapan mereka itu meledak tanpa sebab.Begitu dia bangkit dia melihat di pintu seperti ada kelebat orang berlari meninggalkan runah kediamannya.Dengan cepat Alena berlari menuju pintu dan mengejar ke arah bayangan orang tersebut hilang.Cukup lama Alena mengejarnya namun sampai di ujung lorong yang tak jaih dari rumahnya dia tidak menemukan orang yang dia kejar.Merasa kesal karena orang yang dia kejar tidak dapat di temukan,
Malam hari yang menyelimuti Kota Palembang membuat aktifitas siang hari yang semarak berganti dengan malam yang begitu berbeda.Alena yang sedang ada di kamar kaget mendengar teriakan Bagus dari luar, dengan cepat Alena buru-buru keluar kamar."Ada apa Bagus?" Tanya Alena dengan suara lembut."Ada orang yang datang non dia bilang utusan," Jawab Bagus.Alena melihat tangan kanan Bagus seperti mencengkram leher seseorang, orang itu terlihat sangat menderita karena leherbya tercekik tangan bagus."Lepaskan, orang itu bisa mati," Alena berkata kepada Bagus.Setelah tangan Bagus lepas dari lehernya terlihat pemuda itu dengan terburu-buru menarik napas untuk memenuhi paru-parunya dengan oksigen."Kawan sekarang kamu bisa mengatakan apa yang kamu bawa," Alena berkata lembut."Baaiik," Jawab Pemuda itu dengan tubuh gemetar.
Pagi-pagi sekali Bagus dan Alena sudah kelihatan duduk di teras depan, Alena sedang seksama mendengarkan penjelasan Bagus mengenai hasilnya dari hutan Purwosari.Ketika mereka sedang berbincang di teras rumah tiba-tiba dari arah gerbang terlihat satu sosok tubuh yang memencet bel berapa kali."Sepertinya ada tamu dari jauh, buka gerbang dan ajak tamu kita masuk," Alena berkata kepada Bagus.Mata Alena terbelalak melihat sosok setengah baya yang ada di belakang Bagus, di tangan sosok itu terlihat memegang sesuatu."Ada apa non?" tanya Bagus bingung melihat reaksi Alena ketika melihat tamu yang ada di belakangnya.Alena tak menghiraukan pertanyaan dari bagus, dia langsung berdiri dan membungkuk hormat terhadap tamu yang abru datang itu.Bagus yang bingung mengernyitkan keningnya melihat melihat reaksi yang di tunjukkan oleh Alena."Dewa Kur
Bersama dengan suara ledakan itu tersebut ikut juga meledak tubuh Bidadari Kuning yang membuat tubuh bidadari itu juga ikut lebur.Alena yang sudah menarik kekuatannya badannya langsung jatuh berlutut badannya bergetar menunjukkan dia menangis karena kematian sahabatnya itu.Bersamaan dengan itu juga samapi di tempat itu Bagus bersama dengan Adisaka."Dimana Bidadari Kuning?" tanya Adisaka."Dia sudah menebus semua kesalahannya," jawab Alena sambil menghapus air matanya."Itu bukan kesalahan kamu, Bidadari Kuning Sudah menerima akibat dari perbuatannya, lebih baik sekarang kamu tenangkan diri kamu dahulu sebab masalah ini belum akan selesai dengan matinya bidadari kuning," Adisaka mencoba menghibur Alena."Iya aku tahu, masih ada Raja Kegelapan yang harus di hancurkan," jawab Alena."Baiklah aku akan melaporkan ini pada paman, mungkin sek
"Ada apa?" tanya Adisaka kepada Alena yang mematikan telponnya."Nampaknya ada kejadian gawat di kantor polisi, kita harus menuju ke sana," jawab Alena tegang.Tanpa di minta Adisaka dan Bagus langsung mengikuti Alena.Sekitar lima belas menit kemudian mobil yang mereka kendarai sudah meluncur cepat di jalanan Kota Palembang menuju kantor polisi.Sampai di kantor polisi mereka semua membelalakkan matanya, mereka hampir tidak percaya melihat apa yang ada di depan mata.Kantor polisi berada dalam keadaan yang berantakan, berapa gedung hancur api masih terus membakar gedung sisa namun pemadam kebakaran belum datang."Apa yang terjadi?" tanya Alena dengan tegang."Ruang penyimpanan barang bukti meledak keras dan merambat ke gedung lain," jawab orang yang di tanya."Apakah mobil pemadam belum datang?" tanya Alena lagi."Kantor pemadam juga mengalami hal yang sama," jawab Orang itu yang kelihatan ingin buru-buru pergi dari san
Bagus memarkirkan mobil di tempat pertemuan dengan Adisaka, dari jauh dia melihat kakak sepupunya sedang duduk minum.Dengan tenang Alena bersama Bagus menghampiri Dewa Gerbang Timur duduk santai dan duduk di bangku yang ada di samping kakaknya itu."Sesuatu yang gawat seperti apa yang kakak katakan di telpon?" tanya Alena kepada Adisaka."Aku rasa kamu perlu membaca sendiri tulisan yang ada di batu ini," jawab Adisaka sambil mengeluarkan batu persegi panjang dari dalam tas yang dari tadi dia letakkan di sampingnya.Alena dengan hati-hati menerima batu itu dan membaca apa yang di tunjukkan oleh Kakaknya itu kepadanya.Ketika kami hadir.Kegelapan akan kembali meraja.Kami akan datang di tempat tertinggi.Tempat tertinggi dan bercahaya.Yang pendar cahayanya menerpa langit.Dari sana permula kehancuran di mulai.Darah persembahan akan meme
"Ratap Bidadari?" Tanya Alena bingung.Adisaka menatap Alena lebih dalam lagi melihat adik sepupunya tidak tahu apa yabg terjadi di atas langit tadi."Apakah kamu benar-benar lupa dengan Ratap Bidadari?" tanya Adisaka menyelidiki."Aku sedang mengingat apa sebenarnya Ratap Bidadari, namun sampai sekarang otakku buntu," jawab Alena."Ratap Bidadari merupakan tarian tantangan buat Dewa-Dewi di langit, adapun yang membawa tarian itu merupakan salah seorang bidadari yang tak lain kawan kamu yakni Bidadari Kuning atau Padmi," Jelas Dewa Gerbang Timur."Ternyata Padmi, aku tidak akan memaafkan dia yang sudah membuat aku terbuang ke dunia ini," Alena berkata sambil mengepalkan tangannya."Apakah ada petunjum yang mungkin di katakan seseorang yang kamu lupakan?" Tanya Adisaka kepada Alena."Petunjuk apa yang aku lupakan?" Tanya Alena bingung.