Beranda / Romansa / PAPAKU MASIH BUJANGAN / 25. MULAI DARI AWAL

Share

25. MULAI DARI AWAL

Penulis: Zifi Kani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-18 20:42:46

“Akung sakit apa, Pa?” tanya Dinaya sambil berbisik. Mereka sedang di rumah sakit mengunjungi Ayah Dirga. Sayangnya sang ayah masih belum bisa diajak berkomunikasi meski sudah sadar. Tubuh rentanya hanya bisa terbaring di tempat tidur dan hanya bisa merespon lewat gerakan mata.

“Dulu sempat stroke dua kali, terus syarafnya jadi bermasalah dan sebagian tubuhnya lumpuh. Kemarin kambuh lagi, tapi alhamdulillah sekarang kondisinya mulai membaik,” jawab Dirga sambil berbisik.

Ayah sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Dan sekarang harus beristirahat. Jam berkunjung sudah habis dan mereka semua harus meninggalkan ruangan. Hanya boleh ada satu orang keluarga saja yang berjaga.

“Yang lain pulang aja, biar aku di sini jagain ayah. Besok aku juga nggak kerja, libur.” Nina memberitahu semuanya dan meminta mereka pulang.

“Ya udah, besok pagi pagi gantian jaga sama Mas Rafif dan aku ya Nin,” sahut Gia diiyakan Nina. Mereka pun akhirnya pulang.

Gia pulang ke rumahnya, sementara Dista, suami, serta
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   26. PROBLEM BERANTAI

    “Kenapa lagi Ga? Bukannya semua udah beres? Ayah udah baikan, keluarga udah tau tentang Dinaya dan mereka menerima dia. Terus apa lagi sih yang bikin kamu mendadak ngajak rapat darurat lagi?” tanya Farez. Dia datang berdua Dillo dan mereka masih mengenakan baju kerja.Kali ini mereka berempat berkumpul di café yang tak jauh dari rumah Dirga. Padahal baru tadi siang pesawat yang ditumpangi Dirga dan Dinaya mendarat mulus kembali ke Jakarta, tapi sore ini Dirga sudah tak tahan lagi memendam kegelisahannya sendirian lagi lagi ia mengajak ketiga sahabatnya rapat darurat.“Apa ini masalah Cindy lagi?” tanya Rio.“Oh bukan. Makhluk astral itu sudah nggak pernah lagi muncul. Udah kelar urusanku sama dia,” jawab Dirga cepat. Ia mengusir bayangan Cindy yang tiba tiba muncul di kepala dan membua trauma.“Terus ada masalah apalagi? Masalah pernikahan? Kan kemarin sudah kami kasih trik dan strategi, dan katanya berhasil?” tanya Dillo.Kemarin Dillo, Rio, dan Farez memang memberi Dirga semacam tri

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   27. JALANI SAJA

    “Hei, Alfan Desrio! Makanya kalau denger gosip jangan setengah setengah, minimal pakai logika. Aku ini dokter patologi forensik. Ngapain aku dimutasi ke desa terpencil yang susah sinyal? Memangnya rumah sakit kita sekalian mau bikin laboratorium di sana juga? Memangnya desa terpencil itu setiap hari ada mayat yang harus kuanalisa?” bentak Dirga.“Lah iya juga ya,” Rio menggaruk kepalanya yang tiba tiba terasa gatal.“Aduuh kamu nambahin beban pikiran aja.”“Tapi, Ga. Sebentar lagi mau nggak mau berita kalau kamu sudah duda pasti menyebar di rumah sakit.”Dirga terdiam mendengar pertanyaan Rio. Betul juga. Selama ini Dirga dikenal masih bujangan. Kenapa tiba tiba saja jadi ayah dari anak umur 16 tahun? Bagaimana bisa jadi duda tapi masih bujangan? Dirga menghela nafas dengan frustrasi.“Udah gini aja, Ga. Jangan pikirin yang belum terjadi. Jalani saja dulu. Apa yang kita pikirkan belum tentu benar benar akan terjadi kan? Yang penting sekarang kamu siapkan semua yang dibutuhkan untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   28. LELAKI SELANJUTNYA

    “Pagi, dok,” sapa Dirga pada Dokter Rahman, kepala departemen forensik di rumah sakit tempatnya bekerja. “Pagi Dokter Dirga, silahkan duduk.” Dokter Rahman mempersilahkan Dirga untuk duduk di kursi kosong yang diletakkan persis di depan mejanya.Penyejuk udara di ruangan menunjukkan temperatur 25 derajat celcius. Sebenarnya itu terasa dingin, tapi titik titik keringat membasahi kening Dirga seolah dia berada di dalam sauna yang panas dan pengap. Selalu seperti itu saat dia merasa gugup dan cemas.Kegugupan Dirga bukan tanpa alasan. Pagi ini entah kenapa kepala departemen forensik memanggilnya secara langsung. Biasanya kalau ada keperluan, beliau meminta salah satu bawahannya untuk memanggil Dirga ke ruangannya. Tapi kali ini tidak. Dokter Rahman langsung menemui Dirga di ruangannya dan memintanya berbicara empat mata. Dirga jadi ingat ucapan Rio kemarin sore. Jangan jangan benar apa yang dikatakan Rio? Jangan jangan aku memang diminta jadi ketua tim humas departemen forensik? Itu ar

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   29. KENAPA JADI BEGINI?

    “Hai Dirga, kata Papiku kamu duda ya? Udah pengalaman dong. Mau nambah pengalaman lagi sama aku nggak? Aku suka pria matang berpengalaman.”Dirga mematung saat disapa sosok wanita cantik dengan busana minim dan make up tebal yang tiba tiba duduk di depannya. Siapa orang ini?“Eh, sorry kita belum kenalan. Aku Maya, anaknya boss kamu di rumah sakit. Kata Papi kamu calon suamiku ya?”Hah? Jadi ini Maya, anak Dokter Fajri? Batin Dirga terkejut. Sosok wanita cantik ini sungguh berbeda dari apa yang dibayangkan Dirga.Dokter Fajri berpenampilan rapi, selalu terlihat menjaga perilaku dan image nya sebagai Direktur rumah sakit sekaligus dokter senior yang berwibawa. Dalam bayangan Dirga, sosok Maya adalah perempuan yang berpakaian sopan, kalem, tak banyak bicara, dan terlihat rapi dan menjaga image nya seperti Dokter Fajri. Ternyata yang muncul adalah sosok wanita bermake up tebal, mengenakan jeans ketat dan atasan crop top tanpa tali yang memamerkan bahu, pundak, dan tentu saja sebagian are

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   30. MEMBUNUH TANPA MENYENTUH

    “Ma-Maya tunggu dulu. Semua bisa dibicarakan pelan pelan. Jangan langsung minta mati. Serem itu. Kamu tau nggak, orang orang yang sudah mati itu pasti pengen banget hidup lagi karena beratnya siksa kubur, kamu malah minta mati. Emangnya udah siap? Mati itu mungkin gampang. Pertanggung jawaban sesudah mati itu yang berat.”“Kamu dokter apa ustad sih! Malah ceramah!”“Aku dokter. Tapi kan aku dokter forensik. Hampir setiap saat aku melihat mayat mayat berbagai bentuk, jenis, dengan berbeda sebab kematian, kondisi juga lain lain, tapi satu pelajaran berharga yang aku ambil dari mayat mayat itu. Kita semua harus menghargai hidup. Harus bersyukur sampai hari ini kita belum jadi mayat kayak mereka kan?”“Dih! Kamu tau darimana? Jangan jangan malah mayat mayat itu sebenernya happy banget bisa mati dan ninggalin semua masalah berat di dunia ini. Kita nggak tau gimana isi pikiran mayat mayat itu? Kamu cuma kerjaannya kan cuma otopsi doang, bukannya bicara sama arwah. Jadi kamu juga nggak tau g

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   31. VIRAL

    “Pembunuh berantai?” tanya dokter Rahman nyaris tak percaya. Dirga mengangguk mantap.“Ada dugaan begitu, dok. Sejauh ini sudah empat jenazah yang kita otopsi dan menunjukkan keterkaitan satu sama lain. Mulai dari usia korban yang nyaris sama, lalu semua jenazah ditemukan dalam kondisi tanpa tangan kanan, dan yang paling jelas adalah terdapat kandungan arsenik di tubuh keempat jenazah itu.” Dirga menjelaskan secara singkat dan dokter Rahmat langsung memeriksa hasil laporan Dirga.Pihak kepolisian kemudian mencocokkan data data yang diberikan Dirga untuk kepentingan penyelidikan. Dan mereka mulai menemukan kecocokan satu sama lain.Dirga dan timnya memang tengah membantu pihak kepolisian yang baru saja menemukan jenazah empat orang laki laki tanpa tangan kanan di saluran pembuangan limbah pabrik. Seminggu sebelumnya, polisi juga menemukan jenazah tanpa tangan kanan di tempat pelelangan ikan. Lalu beberapa bulan sebelumnya, polisi juga menemukan jenazah tanpa tangan kanan di dua tempat

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   32. DI LUAR PREDIKSI

    “Apa ini?”“Surat pengunduran diri, dok. Maaf saya sudah membuat kekacauan di rumah sakit ini. Saya ingin mengundurkan diri dari posisi saya sebagai tim humas departemen forensik. Sebelum itu, saya juga ingin menjelaskan kondisi kemarin antara saya dan putri dokter Fajri,” jelas Dirga panjang lebar membuat Dokter Fajri terbelalak.“Sebentar, ini apa apaan? Kenapa Dokter Dirga tiba tiba mengundurkan diri?”“Sebenarnya, sebelum artikel kemarin beredar, saya sudah ingin mengundurkan diri, Dok. Bukan karena saya lelah dengan pekerjaan, tapi karena saya nyaris kehilangan privasi. Ada banyak hal yang tidak sanggup saya jalani jika saya terus mendapat sorotan publik yang mengarah ke ranah pribadi dan di luar urusan pekerjaan, dok,” jelas Dirga cepat nyaris tanpa jeda.“Saya juga ingin menjelaskan tentang artikel yang beredar liar di media sosial, Dok. Itu semua salah paham. Saya memang kemarin ketemu dengan Maya untuk makan siang, sesuai jadwal yang dokter Fajri sebutkan. Saya datang dan kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   33. ORANG YANG SAMA

    “Dokter, apa kata abang saya?”“Hah?”“Dokter mengautopsi jenazah abang saya kan? Dokter tau penyebab kematiannya kan? Saya liat berita berita di TV dan medsos, dokter berhasil mengungkap pembunuhan berantai karena racun arsenik. Apa di tubuh abang saya ada arsenik juga dokter?”“Maaf, Mbak. Hasil autopsinya belum keluar, dan nanti kalau sudah keluar bukan saya yang berhak menyampaikan hasilnya, tapi ketua tim forensik dan pihak kepolisian. Jadi mohon ditunggu saja sampai prosesnya selesai,” Dirga menjawab dengan hati hati.“Tapi abang saya beneran dibunuh kan? Bukan meninggal bunuh diri? Nggak mungkin abang saya masuk sendiri ke ruangan pendingin terus mengurung diri di sana. Abang saya itu orang baik, dok. Nggak punya masalah hidup. Istri dan anaknya cakep cakep, keluarga harmonis, uang ada hutang nggak ada, aneh aja kalau dia bunuh diri di situ. Lagian mana ada orang bunuh diri memilih mati beku di freezer itu? Iya kan dok?”Dirga menghela nafas dan tak menjawab. Dari kemarin sosok

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22

Bab terbaru

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   S2.06 - TURUT BERDUKA CITA

    “Dia itu anak tirinya adik Mami.”“Hah? Gimana gimana?” tanya Aufa. Dia memang paling benci mengurai silsilah keluarga. Apalagi kalau sudah keluarga jauh yang rumit.“Jadi sebenarnya si Lala itu bukan sepupu langsung. Dia itu anak tirinya adik Mamiku. Jadi, Om Karel itu menikah dengan janda beranak satu. Anak janda itu ya si Lala. Salah satu bisnis Om Karel kan dealer mobil, nah si Tante ini dulu kerja jadi SPG di sana. Entah gimana, Om Karel malah nikahin dia. Hampir seluruh keluarga besar Mami nggak setuju. Bukan karena statusnya yang janda atau profesinya yang SPG, tapi karena kelakuannya ya ampuuun! Nggak banget! Belum apa apa udah keliatan banget matrenya. Oma yang paling nggak setuju. Masa dia ke acara keluarga bajunya kayak LC mau open BO? Nggak punya otak!” cibir Shelly.“Oooh, jadi bukan sepupu kandung. Cuma sepupu karena ikatan pernikahan aja. Syukurlah,” sahut Aufa sambil menghela nafas lega. Tak terbayang kalau Shelly ternyata benar benar sepupu kandung perempuan mengerika

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   S2.05 - SEPUPU KANJENG RATU

    “Hei! Bangun pemalaaaass!”Dinaya masih meringkuk di balik selimutnya yang nyaman dan hangat saat suara melengking nyaring dan sama sekali tak merdu itu tiba tiba merusak suasana. Aufa mendadak muncul dan menarik selimut Dinaya sampai gadis itu mengerang kesal.“Aaaah! Aku masih ngantuk, Fa,” protes Dinaya. Semalam dia tak bisa tidur, dan sehabis sholat subuh, Dinaya memutuskan untuk tidur sebentar dan minta bangunkan Bi Asih jam 9 pagi. Tapi bukannya Bi Asih yang membangunkannya dengan lembut, malah Aufa yang datang dengan teriakan tarzannya.“Anak gadis kok bangunnya siang, ntar jodohnya Om Om loh!” seru Aufa sambil menyibak selimut Dinaya sampai gadis itu terjaga sepenuhnya dan memelototi Aufa.“Sebentar lagi tahun 2025, kamu masih aja percaya mitos nggak masuk akal itu. Nggak ada relevansinya antara kebiasaan bangun siang dengan jodoh, Aufa! Terus kalau aku bangunnya sore jodohnya kakek kakek gitu? Gimana kalau aku bangun jam 3 pagi? Apa jodohku bocah SMP?” bantah Dinaya mematahka

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   S2.04 - LELAKI DARI MASA LALU

    Kalau ditanya kapan saat paling memalukan yang dialami Dinaya, dalam dua detik tanpa pikir panjang, dia pasti akan menjawab : tiga tahun yang lalu!Tiga tahun yang lalu, tepatnya tanggal 12 Desember adalah hari yang ingin sekali dihapus Dinaya dari ingatannya. Kalau bisa selama lamanya. Sayangnya itu mustahil. Manusia punya amygdala, dan fungsi bagian otak yang satu itu adalah mengingat dan menyimpan memory yang berkaitan dengan emosi dan itu tentu saja dalam dalam jangka waktu yang lama. Itu sebabnya Dinaya tak pernah bisa melupakan peristiwa memalukan itu walaupun setengah mati ia mengusirnya.Dan sekarang, manusia yang punya andil paling besar membentuk kejadian memalukan itu ada di hadapannya entah darimana datangnya. Baru beberapa menit Dinaya menginjak bumi setelah terbang 15 jam dari London – Singapore – Jakarta sejauh lebih dari 11.000 km, tiba tiba saja makhluk paling menyebalkan itu berdiri di depannya dengan senyum memuakkannya. Argh!“Baru landing dari pesawat?” tanya lela

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   S2.03 - PESAN MISTERIUS

    “Sayang? Udah tidur?” Dirga memanggil Reisha yang berbaring memunggunginya. Mata Dirga menatap langit langit kamar yang diterangi cahaya redup dari lampu tidur di sisi meja. Reisha yang belum tidur berbalik menghadap Dirga.“Baru mau tidur Mas. Kenapa? Mas nggak bisa tidur ya? Mas kepikiran sesuatu? Soal Naya ya?” tanya Reisha sambil berbalik menghadap Dirga. Ia kebetulan memang belum tidur.Dirga menghela nafas seolah menyimpan beban pikiran yang benar benar menghimpit dan membuat dadanya sesak. Tebakan Reisha benar, yang memenuhi beban pikiran Dirga memang Dinaya.“Rei, besok Naya pulang ke Jakarta, dan aku entah kenapa takut banget melepas dia,” ujar Dirga jujur.“Yang kamu takutkan apa, Mas?” tanya Reisha meskipun sedikit banyak ia sudah tau jawabannya.“Aku takut Naya ketemu lelaki yang salah. Di Jakarta dia sendirian, Rei. Nggak ada kita yang bisa jagain dan ngawasin dia. Apalagi kondisinya yang sering sakit setelah kecelakaan waktu itu. Tadi aja aku hampir ikut beli tiket ke Jak

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   S2.02 - MUSUH PAPA

    Jangan jangan Papa tau sehari sebelum aku berangkat ke sini, aku menginap di apartemen Ghazi hanya ... berdua? Batin Dinaya panik.“Nay?” Dirga memanggil nama Dinaya karena putrinya itu tak merespon.“Eh i-iya, Pa,” jawab Dinaya gugup.“Kamu kenapa bengong?” tanya Dirga dengan tatapan curiga. Dinaya tau Dirga punya insting tajam. Dan biasanya apapun yang disembunyikan Dinaya, Dirga pasti tau.“Nggak kok Pa. Cuma aku udah ngantuk banget, Pa,” kilah Dinaya cepat. Tapi justru kebohongannya itu makin menambah kecurigaan Dirga.“Nay? Kamu nggak lagi nyembunyiin sesuatu sama Papa kan?” tanya Dirga membuat Dinaya mengerang dalam hati.Aahh! Kan? Detektor kebohongannya menyala? Pasti Papa langsung tau aku bohong. Keluh Dinaya dalam hati. Sekarang dia pasrah seandainya Dirga pada akhirnya tau apa yang dilakukannya malam itu.“Nggak, Pa. Nyembunyiin apaan sih?” Dinaya masih mencoba mengelak.“Kamu jangan bikin Papa makin khawatir, Nay. Papa tau kamu nyembunyiin sesuatu. Nay, kamu sekarang jauh d

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   S2.01 - APA PAPA SUDAH TAU?

    (Lima tahun kemudian)“Papaaa! Tolooong! Aduuuh!” Dinaya terhuyung jatuh dan lututnya membentur lantai dengan keras. Sementara pengejarnya makin beringas berusaha menangkap Dinaya yang sudah kelelahan.“Papaaaa! Mamaaa! Tolooong!” Dinaya terus berusaha berlari dengan nafas tersengal sengal, tapi dia kehilangan keseimbangan dan jatuh. Sekarang jarak antara Dinaya dan pengejarnya tinggal beberapa langkah saja. Dinaya tak sanggup lagi berdiri, dia sudah benar benar kelelahan.Salah satu pengejarnya mulai menarik tangan Dinaya dan gadis itu tak bisa berkutik. Lalu penyerang kedua mulai mengincar pinggangnya. Lalu ...“Kitik kitik kitik...”“Aaaah! Udah deeek! Geliiii! Papaaa tolongin Paaa ... Mereka berdua keroyokan nih. Aduuuh dek, geliiii!” Dinaya tertawa terbahak bahak saat Disha terus menggelitiki pinggangnya, sementara Shaga memegangi tangannya.Dirga yang melihat itu hanya tersenyum dan membiarkan Dinaya dikeroyok dua balita itu sampai kelelahan.“Shaga, Disha ... Udah udah, kakaknya

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   97. EPILOG - PAPAKU BUKAN LAGI BUJANGAN

    Tiga bapak bapak tampak duduk di sudut gedung resepsi pernikahan dengan mata sembab. Yang satu sibuk menyusut air matanya dengan sapu tangan, yang satu pura pura batuk agar terlihat sedang flu, seolah mata yang merah dan ingus yang keluar bukan karena menangis melainkan karena pilek. Sementara yang satu lagi sejak tadi terlihat minum air mineral sesekali. Entah sudah berapa botol tandas, dan ia bolak balik ke kamar kecil.“Kita kenapa sedih?” tanya Rio sambil menghapus air matanya dengan saputangan pink buatan sang istri. Saputangan itu sudah basah karena Rio sejak akad nikah tadi tak bisa menahan tangis.“Memangnya kamu nggak sedih?” tanya Dillo sambil membuang botol air mineral yang sudah kosong ke tempat sampah di sudut.“Aku cuma terharu. Mungkin dia yang sedih,” tunjuk Rio ke arah Farez“Hatttchii!”“Jangan pura pura pilek Rez! Kalau nangis ya nangis aja. Semua orang tau itu air mata dan ingus keluar gara gara nangis dari pagi,” bentak Dillo.“Kalian juga kenapa nangis? Terharu ka

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   96. TEMPAT DI HATI

    (Satu bulan kemudian)“Naaah kaaan. Feeling saya itu tepat loh Mbak Tari. Dari awal entah kenapa saya yakin banget Dirga ini jodohnya Reisha,” ujar Bu Ambar dengan wajah sumringah. Sementara Bu Ratih duduk di sebelahnya dengan mata berkaca kaca.Dengan suasana haru yang masih menggantung di ruangan, Reisha dan keluarganya masih terlihat sumringah. Keceriaan terpancar dari setiap wajah, terutama Bu Ambar yang seakan-akan tidak berhenti mengulang kalimat penuh kepastian bahwa Reisha akhirnya bertemu dengan jodoh yang baik. Di satu sisi, Bu Ratih masih menyeka air matanya, teringat betapa berat perjalanan hidup keponakannya sejak kehilangan orang tua dan saudara kandungnya. Kini, Reisha akhirnya menemukan sosok pria yang mampu mengisi kekosongan itu, seorang pria yang tidak hanya tulus, tetapi juga datang dengan penuh niat baik. Bu Ratih menatap wajah Reisha dengan tatapan penuh kasih sayang.“Ya Allah, Nduk ... Reisha ... Ibu, Bapak, dan Mas mu pasti tenang di sana. Kamu sekarang udah ng

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   95. MENJAGA DAN MEMBAHAGIAKAN

    “Dinaya! Stop! Kalau kamu masih ketawa juga, papa potong uang saku kamu tiga bulan!!”“Hahahaha ... Iya iya maaf Papaaa. Abisnya papa lucu banget. Bisa bisanya papa mikir mau mati detik itu juga. Padahal kan papa nggak kenapa kenapa, cuma nggak bisa keluar doang. Astaga Papaaa ... Gemes banget sih papaku ini,” celoteh Dinaya saat mereka berdua sudah dalam perjalanan pulang ke rumah.Akhirnya semalam Dirga berhasil mengutarakan isi hatinya pada Reisha. Dan bisa ditebak, tentu saja Reisha mengiyakan meski dengan wajah bersemu merah.“Kamu bukannya khawatir papa hampir ketiban pohon, malah diketawain. Gimana sih?” omel Dirga sambil cemberut. Sementara Dinaya menahan tawa sampai wajahnya merah padam.“Maaf Papa. Abisnya lucu banget. Aku bukannya nggak khawatir, semalem pas denger kabar itu aku panik banget, tapi HP ku kan lowbatt. Terus kata Bu Indah semua baik baik aja dan Papa sama Miss Rei udah aman aman aja. Terus aku kan ngecharge HP, eeh ketiduran sampai pagi. Makanya nggak telepon

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status