PAPA MUDA 37 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraHati terkadang gampang goyah apabila dihantam beberapa penyataan yang mengarah kenyataan berdasar kebenaran. Apalagi jika itu tentang perasaan yang masih mencari arti dan tempat, pastinya akan dengan mudah terperangkap kata-kata penuh logika. Meski cinta kerap menggunakan bahasa hati, tetapi bisa saja ada saatnya logika bisa menduduki urutan pertama. Di mana kecewa mulai bicara karena hal-hal yang membuat buta sebab cemburu. Dyra masih merasakan takut ketika ucapan Adila Arista—penulis favorit sekaligus masa lalu sang pria benar-benar terjadi. Ia belum sanggup jika harus mengakhiri hubungan yang belum sama sekali terukir ikatan penuh kepastian dan kejelasan. Sekadar melihat bersama yang lain saja rasanya hati tersayat ribuan belati, apalagi jika harus kehilangan seseorang yang menjerat akal sehat. Pasti hidup serasa tidak bernyawa. Mati. "Apa yang harus aku lakukan? Apa memang orang baru akan selalu kalah dengan masa lalu? Tapi, hati ini su
PAPA MUDA 37 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraTiga puluh menit berlalu, keduanya terlalu mendiamkan dengan kesibukan masing-masing. Gala yang sibuk tidur siang, Alsaki juga sibuk meneliti semua laporan. Entah kenapa hari ini melihat beberapa angka dan kata membuat kepalanya pening. Rasanya seperti ditusuk duri. Sakit. Akan tetapi, Alsaki tetap melanjutkan pekerjaan dengan sisa tenaga yang ada. Pasalnya hanya tinggal beberapa lembar saja. Tidak biasanya merasa seperti ini dalam bekerja, padahal sejak pagi merasa baik-baik saja. "Aku kenapa rasanya enggak enak gini ya? Perasaan tadi biasa aja. Kenapa mendadak kepala terasa berat?" ucapnya pada diri sendiri sembari memegangi kepala. Tangannya pun ikut meremas rambut karena pening mulai tidak tertahankan. Perlahan, Alsaki berjalan keluar ruangan meski dengan langkah sempoyongan. Biarlah jagoan kecil itu tetap istirahat setelah lelah bermain. Ia tidak ingin mengganggu tidur siangnya. Jadi, lebih memilih mencari obat atau bantuan terdekat.
PAPA MUDA 38 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMelihat seseorang yang menguasai setengah hati terbaring lemah mampu menyulam beberapa kemungkinan usaha untuk membuatnya kembali seperti sedia kala. Bahkan akal bisa dengan mudah memutuskan bahagianya sendiri agar sang pria bisa tidak tersakiti lebih sakit. Ibarat kata tidak mengapa diri sendiri terluka, asal jangan orang yang kita sayang. Bukankah lebih baik menelan semua luka sendirian tanpa harus melampiaskan? Akan tetapi, hal itu adalah kemungkinan yang mengangkat genderang perang antara hati dan logika. Wanita yang tengah berperang melawan kesakitan di antara pilihan masih terombang-ambing ombak ketidakpastian. Ya, Dyra tidak tahu harus memutuskan seperti apa dan bagaimana caranya melanjutkan hidup bila akhirnya harus merelakan. Apalagi tatapan mata bening bocah di depannya seakan perih mengiris hati. Rasa tidak tega terus menghujam bertubi-tubi hingga melemaskan nyali.Dyra mencoba merendahkan tingginya, mengusap pipi lembut yang mula
PAPA MUDA 38 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDengan tersenyum simpul, Pak Agus menatap semua orang yang berada di sisinya. Mungkin mereka penasaran sakit apa yang Alsaki derita. "Kalian tenang saja. Alsaki cuma kelelahan dan banyak pikiran. Jadi badannya langsung drop. Kalian tidak usah khawatir. Insyaallah setelah minum obat nanti lebih baik. Ini saya kasih obat beberapa untuk meredakan panas dan juga pusing di kepalanya. Diminum sehari tiga kali," jelasnya sembari meletakkan beberapa bungkus plastik bening berisikan obat bentuk tablet. "Alhamdulillah ... terima kasih, Pak." Adrian menyahut lega penjelasan pria yang cukup lama mendedikasikan hidupnya pada urusan kesehatan. "Sama-sama, Ri ... saya pamit pulang dulu. Harus ke tempat pasien lain." Pak Agus melangkah pergi setelah berjabat tangan dengan Adrian. Kadang selain bekerja sebagai tenaga kesehatan, beliau juga mau menerima panggilan orang yang sakit. Seperti sekarang contohnya. Adrian sengaja mengantar kepulangan Pak Agus hin
PAPA MUDA 38 COleh: Kenong Auliya Zhafira"Halo, assalamu'alaikum ...," jawabnya lancang karena yang punya ponsel tengah tertidur setelah minum obat. "Wa'alaikumsalam ... ini Dyra ya? Alsaki mana, Ra? Ibu mau ngomong, kok, jam segini Gala belum dianterin pulang. Kan, belum mandi." Suara di seberang sana terdengar setengah kecewa karena cucunya belum berada di rumah. Padahal langit hampir menggelap. "Em ... begini, Tante ... Mas Al-nya lagi kurang sehat. Tapi, udah diperiksa Pak Agus tadi. Nah, yang jadi masalahnya tidak ada yang nganterin Gala pulang. Adrian dan Malik masih sibuk di depan. Saya sendiri sedang menunggu Mas Al, takut butuh sesuatu. Apa Ibu bisa ke konter untuk menjemput Gala? Kasian ini hampir gelap. Kalau bisa udah saya anterin sejak sore, Tante ...," jelas Dyra panjang kali lebar. "Ya sudah. Kamu tungguin aja Alsaki. Dia pasti kelelahan. Biar Ibu aja yang ke situ buat jemput Gala. Titip Alsaki ya, Ra ... entar kalau masih belum kuat pulang, kamu mau temenin di sit
PAPA MUDA 39 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraKetahuan mencuri pandang wajah pujaan itu ibarat bertemu mantan baik hati yang pernah disakiti. Malu. Dalam pikiran hanya ada satu keinginan, yakni bisa berlari sejauh mungkin atau bersembunyi di suatu tempat agar menghindari bertatap muka. Akan tetapi, jika semua itu hanya perumpamaan, maka satu hal yang harus dilakukan adalah menghadapi. Meskipun ada setengah harga diri yang dipertaruhkan atau bahkan terjatuh berceceran. Ya, begitulah perasaan Andyra Arsha ketika sang pria memergoki dirinya mencuri belaian juga tatapan. Ia masih belum bisa mengatur debaran dadanya. Jawaban untuk pertanyaan sang pria pun mendadak lenyap. "Duh, aku harus jawab apa ... kenapa harus ketahuan begini," rutuknya lagi untuk kesekian kali. Menelan ludah sendiri saja terasa berat, seperti ada bongkahan batu yang menyumbat di tenggorokan. Alsaki yang menunggu jawaban dengan sabar mulai tidak bisa menahan tawa. Akan tetapi, ada rasa tidak ingin menggoda lebih parah
PAPA MUDA 39 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraBelum sempat menyempurnakan jawaban, sesuatu yang lembut dan hangat terasa begitu saja tanpa aba di atas bibir tipis sang wanita. Tanpa kata apalagi permisi, pria yang mulai dikuasai iblis memberikan kecupan mesra dan penuh gairah. Debar yang mulai tidak bisa menahan gejolaknya mendadak seperti mendapat guyuran air langit. Sejuk. Alsaki terus melumat belah bibir tipis itu penuh cinta, lebih tepatnya terjerat sorakan iblis yang mengalahkan nurani. Pelan, lidah mulai ikut bermain begitu santun. Mengetuk pertama sebagai tanda menginginkan lebih untuk menjelajahi segala kenikmatan tentang ciuman yang sempat meneteskan air mata. Wanita yang mulai bisa mengikuti permainan sang pria mulai kewalahan karena kehilangan setengah napasnya. Berciuman tanpa jeda penuh cinta dan terbungkus nafsu membuatnya benar-benar tidak berdaya. Kedua lidah yang bertemu dan saling menggelitik dan menggigit semakin menambah gairah melambung tinggi. Bahkan air liur yang
PAPA MUDA 39 C Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ya, Adrian terpaksa menutup pintu kembali agar tidak mengganggu kebersamaan mereka. "Hampir saja aku jadi nyamuk," ujarnya sembari mengusap dadanya, lega. Namun, tidak bagi Malik. Ia justru merasa penasaran kenapa temannya hanya berdiri saja di depan pintu. "Kok, enggak masuk? Buruan biar kita bisa pulang. Toh, Mas Al kemungkinan tidur di sini," ucap Malik heran melihat tingkah pria di depannya. "Enggak apa-apa. Kita pulang aja. Biar Mas Al istirahat. Laporan ini gampang lah, besok pagi aja. Sekarang kita pulang." Adrian sengaja langsung melangkah keluar setelah berpura-pura tidak melihat apa pun di ruangan itu. Biarlah apa yang ia lihat menjadi rahasia untuk dirinya sendiri. "Oi, tunggu! Main tinggal aja!" teriak Malik, lalu berlari mengejar pria yang juga mempercepat langkahnya. Keduanya sengaja mengunci konter untuk menjaga keamanan. Adrian tidak khawatir karena Alsaki memiliki kunci cadangan yang selalu ia bawa dalam kantongnya.
PAPA MUDA 49LAST EPISODEOleh: Kenong Auliya ZhafiraTanpa pikir panjang, begitu bibir wanita di depannya berhenti bicara, Alsaki segera memberikan kecupan mesra dan santai. Bibir yang saling bertemu seakan tahu jika luka dulu masih ingin diberi penawar. Mencairkan segala luka yang terjebak kesalahan lalu. Perlahan, kecupan itu kian tenggelam bersama kehangatan yang begitu mereka rindukan saat hati merasa ingin pergi tapi kenyataan menawan kuat perasaan. Sungguh sesuatu yang membuat jiwa sekarat. Alsaki menarik diri setelah lima menit berlalu menyelam indahnya cinta berbalut rindu. Ya, meski bertemu setiap hari tapi rindu itu justru semakin menggebu. Apalagi jika tentang menguraikan bahasa paling indah dari cinta. Hal itu dipastikan melumpuhkan debaran dalam sekali tarikan napas. "Aku mencintaimu ... menikahlah denganku, Andyra Arsha," pinta sang pria sekali kali. "Aku juga sangat mencintaimu. Jangankan menikah denganmu, hidup dan mati bersamamu pun aku mau," jawab Dyra tanpa l
PAPA MUDA 49LAST EPISODE HOleh: Kenong Auliya ZhafiraDyra sengaja berjalan lebih cepat untuk memastikan keberadaan Malik di taman belakang. Takutnya itu hanya tipuan belaka. "Aku lihat Malik dulu ada apa enggak, Mbak. Bentar," ujarnya sembari mengintip dari balik tembok. Ia dapat melihat pria bernama Malik itu tengah memainkan ponselnya. "Oke, Mbak ... Malik beneran ada di sini," ucapnya lagi setelah memastikan kebenarannya. Arista tanpa ragu menuju taman belakang dengan pose layaknya bintang. Meskipun pakaian sederhana, tetapi ada niatan untuk mencari perhatian dari pria yang sibuk menatap layar ponsel. Namun, semua itu percuma. Pria bernama Malik itu tidak melirik sama sekali. "Haduh ... aku ini kurang cantik apa gimana? Wajahnya datar begitu tanpa ekspresi," kesalnya. Dengan mendekat beberapa langkah, Arista mencoba mengajak bicara. "Biarlah urusan hati bisa dipikirkan sambli jalan atau biar menjadi bagian dari masa lalu. Karena hati emang tidak bisa dipaksa," ucapnya lagi dis
PAPA MUDA 49LAST EPISODE GOleh: Kenong Auliya ZhafiraPria yang ingin melibatkan apa pun yang ada di konter sebagai sarana bagian dari kejutan itu berbalik, lalu menjelaskan apa yang terbayang dalam benaknya. "Jadi, begini. Nanti, ponsel second yang ada di etalase dinyalakan semua. Aktifkan senter dan masukkan ke botol minum plastik. Lalu bentuk lambang hati di sini. Kita akan berada di dalam lambang itu saat mereka datang. Nanti minta Malik menutup mata mereka. Setelah kedua wanita itu melihat kita, kita bergantian mengatakan apa maunya kita. Gimana?" terang Alsaki sebagai pemilik ide yang cukup menghemat biaya. Adrian sendiri cukup mengagumi pola pikir pria di depannya. Soal memperlakukan wanita yang dicintai memang Alsaki bisa dikatakan sebagai juara. Hanya keadaan yang tidak mendukung hingga hatinya tersakiti dan terluka dalam. Akan tetapi, semua itu telah berlalu. "Boleh, Mas. Mau mulai sekarang, atau gimana? Takut mereka keburu datang." "Ya udah. Kita mulai sekarang." Ked
PAPA MUDA 49LAST EPISODE FOleh: Kenong Auliya ZhafiraMereka bergegas merapikan semua, lalu berjalan bersama layaknya teman. Tidak ada lagi rasa ingin menyaingi atau pun tersaingi. Tuhan memang Maha Pembolak-balik Hati manusia. Arista dan Dyra melihat dengan jelas para pria duduk lesehan di lantai konter tanpa alas sembari menyantap mi ayam bersama. Hal sederhana tapi terasa istimewa. "Punya kita, mana?" celetuk Dyra tiba-tiba yang membuat mereka berhenti mengunyah. "Ada. Duduk dulu. Ambil sendiri, tuh, di dekat Malik," jawab Alsaki sambil menelan mi yang telah berada di mulut. Mereka membaur bersama tanpa ada batasan sosial apa pun. Bahkan perasaan seakan mengerti bahwa ini bukan waktunya untuk bicara. Sekarang adalah waktu untuk menikmati kebersamaan tanpa ada celah kebencian. Sungguh pemandangan luar biasa untuk manusia yang pernah terluka karena masa lalu bisa duduk bersama tanpa saling mengingatkan luka. Hidup mungkin aslinya sederhana, hanya pikiran yang membuatnya rumit ta
PAPA MUDA 49 LAST EPISODE EOleh: Kenong Auliya ZhafiraKetika para wanita asyik bercerita, para pria justru baru selesai setelah beberapa jam menggadaikan waktu untuk sebuah tanggung jawab akan pekerjaan. Ketiganya saling menyandarkan punggung pada tembok untuk menopang sebentar rasa lelah. Sesekali tubuh menggeliat guna melemaskan otot-otot. "Tumben banget hari ini ramai. Sampai kewalahan begini," keluh Malik yang merasakan lelah kaki. "Iya. Aku aja tumben merasa lelah," timpal Adrian. Alsaki paham apa yang mereka katakan. Tanpa basa-basi, ia segera melakukan panggilan telepon untuk memesan mi ayam langganan di sebelah selatan konter. Meski sedikit jauh, tetapi rasanya enak. "Halo, Pak ... pesen mi ayam spesia lima porsi ya? Bisa dikirim ke konter seperti biasa, kan?" pinta pria yang kerap melakukan pemesanan dadakan kalau perut mengajak bercanda pada jam kerja. "Siap, Mas Al!" sahutnya singkat. "Terima kasih sebelumnya." Sambungan telepon terputus. Dua pria yang mendengar
PAPA MUDA 49LAST EPISODE DOleh: Kenong Auliya ZhafiraOrang-orang di sekitar terdiam mendengar bisikan Adrian yang masih terdengar jelas untuk telinga normal. Mereka berpikir sesuai asumsi masing-masing. Akan tetapi, satu doa mengaminkan untuk sesuatu yang belum pasti antara Adrian dan hatinya. Tanpa mereka sadari dari arah lain pun ada wanita yang diam-diam mematung tanpa bisa beranjak. Ya, kehadiran Arista cukup bisa menyaksikan perdebatan manis itu. Ia hanya sengaja menunggu dua pria itu berhenti dari pertikaian kata. Akan tetapi, sikap Adrian justru membuatnya berpikir lagi tentang salam yang disampaikan Dyra waktu itu. Ia tidak memungkiri ada desiran setitik melihat pria yang biasa saja bisa berubah semarah demikian. Namun, ia tidak ingin gegabah menjalin kedekatan setelah kejadian kemarin. "Apa mungkin Adrian suka padaku? Bagaimana bisa?" batinnya masih menerka penuh rasa tidak percaya. Bertepatan tubuh Ghava yang berbalik, semuanya baru menyadari akan kehadiran orang lain
PAPA MUDA 49LAST EPISODE COleh: Kenong Auliya ZhafiraAngin sepoi-sepoi memberi sejuk hati di sepanjang perjalanan. Bentuk angin yang tidak terlihat, tetapi bisa dirasakan membuatnya memahami bahwa tentang ketulusan hati itu sama seperti angin, tidak terlihat tapi bisa terasa.Sementara wanita yang baru memasuki keputusan baru dalam hidup penuh pertimbangan hati dan rasa, di tempat lain justru ada orang yang tidak pernah menimbang hari dan perasaan para pembeli. Siapa lagi kalau bukan Dyra dan dua pria yang sudah seperti penjaga.Entah berawal dari mana, tiba-tiba ada salah satu pembeli yang komplain tentang penanganan Gala Cell. Dyra mulai lelah dan jenuh mendengar alasan yang menurutnya tidak masuk akal."Pokoknya saya mau ganti rugi, Mbak! Masa pulsa tidak masuk suruh bayar?! Professional dong, Mbak! Ini kan, bukan salah saya. Saya sudah menulis nomor dengan benar loh ...," ujar pria berkaos hitam itu dengan kekeh."Tapi, aku hanya menurun dari tulisan ini, Mas ... sepertinya Mas
PAPA MUDA 49LAST EPISODE BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSang pria yang tengah bermain dengan Gala menjadi tertarik untuk mendekat. Entah kenapa melihat dua wanita itu berpelukan seperti gersangnya bumi yang basah tersiram derasnya hujan. Sejuk. Sungguh tidak pernah menyangka akan dipertemukan dengan titik ini. Titik di mana bisa melepas masa lalu tanpa harus berpura-pura kuat. Ada sesal kenapa tidak dipertemukan dan jatuh cinta lebih awal. Seandainya itu terjadi mungkin cerita akan lebih berbeda dan berwarna. Akan tetapi, kembali lagi pada Tuhan Yang Maha Baik adalah sumber segala kisah makhluk bumi. "Sayang ... ke sana yuk?" Alsaki seketika mengajak sang anak untuk bertemu dengan mamanya setelah hampir lelah bermain. Gala melirik bersama arahan dagu sang pria yang menyerahkan seluruh hidup hanya untuknya. Dua wanita yang memiliki peran sama tengah saling tersenyum dalam pelukan. Hati bocah kecil itu sungguh ingin berada di tengah mereka. Tanpa pikir panjang, ia pun mengangguk tanda
PAPA MUDA 49 LAST EPISODE A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mendapati pertanyaan tentang setengah kehidupan yang tengah berusaha dilupakan meski sejenak tetaplah membuat hati terbelah. Bukannya tidak ingin kembali pada dunia yang telah memberikan hidup kedua, tetapi rasa ingin menepi sendiri karena sebuah tragedi masih begitu besar menggerogoti nurani. Walaupun ada niat ingin kembali, tetapi bukan untuk saat ini. Belum ada persiapan dan pemulihan mental sama sekali setelah diterpa badai beberapa hari yang lalu. Arista belum seberani itu memilih kembali masuk dunia literasi. Meski kenyataan ada lubang sunyi kehilangan hobi dan pembaca yang pernah mendukung juga menunggu karya tidak seberapa. Akan tetapi, hasrat menulis masih tenggelam di dasar jiwa bersama rasa bersalah telah berbohong tentang keadaannya sebelum menjadi sang bintang di hati pembaca. Dengan menarik bibir menjadi lengkungan manis, Arista memberi satu jawaban. "Maaf, Ra ...," ujarnya penuh nada sesal, "saat ini aku belu