PAPA MUDA 20 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDyra melangkah begitu mantap penuh keyakinan, tanpa meninggalkan jejak meski samar. Akan tetapi, baru saja roda dua melaju beberpa meter tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di depannya sambil merentangkan kedua tangan. "Jangan ngalangin bisa nggak? Aku mau lewat," ucap Dyra setelah menarik rem mendadak. Pria yang berpakaian asal dengan gaya rambut tidak tahu etika malah menyeringai sinis. Kedua mata pun terlihat sayu seperti orang mabuk. "Bagi duit dulu kalau mau lewat, Cantik! Dari pagi gue belum beli rokok!" jawabnya, lalu mendekat dengan langkah sempoyongan. Kedua tangan mendadak gemetar melihat wajah yang kalah tampan dengan Alsaki berada tepat di depannya. Bau alkohol bahkan tercium kuat, membuat perut seperti diaduk. Mual. "A--aku nggak punya duit! Aku juga bukan ibumu! Ngapain kamu minta duit sama aku? Salah alamat, Maseehh!" Dyra mencoba sok kuat untuk menyingkirkan rasa takut. Akan tetapi, semua percuma ketika tangan kasar itu
PAPA MUDA 21 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTidak selamanya keadaan buruk meninggalkan penyesalan. Bisa saja sebuah kejadian tidak enak malah membawa ke ujung momen yang terbilang romantis. Ketika tragedi justru membuka terang keadaan hati yang sebenarnya dipenuhi kepedulian dan kekhawatiran. Bahkan mungkin terbaca jelas ada perasaan cinta. Karena sejatinya selalu ada kemudahan di balik kesusahan. Begitu juga selalu ada cara tidak terduga untuk mengetahui rasa.Dyra masih tidak percaya dengan apa yang terjadi di depan mata. Di mana seorang Alsaki terlihat begitu khawatir keadaannya. Sikapnya begitu terbaca jelas jika rasa yang bersemayam kemungkinan sama. Hal itu sukses menyihir rasa sakit tidak lagi terasa menghimpit. "Udah, Mas Al, makasih ... udah nggak sakit." Hanya itu yang bisa keluar dari bibir tipisnya. Setidaknya cara ini bisa menghentikan kelakuan berlebihan pria di depannya. Walaupun tidak memungkiri debar dada semakin menggila tidak karuan. Bahkan meski masih ada nyeri, Al
PAPA MUDA 21 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraAlsaki mencoba menghela napas dalam lalu membuangnya perlahan. Mungkin beginilah rasanya apabila menebak perasaan tanpa sebuah pernyataan. Hanya bisa menerka tanpa kejelasan. Situasi seperti ini ternyata lumayan bisa menyesakkan dada. "Haruskah aku mencari tahu sendiri perasaan seperti apa yang sekarang mengusik?" batinnya. Pria berstatus papa muda itu menggeleng beberapa kali. Meski ada niat menggebu, tetapi mental belum sekuat itu. Alsaki belum menyiapkan kekuatan jika harus ada pukulan untuk sebuah penolakan. Kesakitan kedua kali dengan porsi berbeda belum pernah terbayangkan sama sekali. Akan tetapi, jika perasaan tidak diungkapan hanya akan menyisakan ketidaktahuan sampai kapan pun. "Baiklah, setelah sampai rumah Dyra, aku akan mencoba mengatakan apa yang bergejolak dalam dada. Masalah diterima atau tidak biarlah urusan nanti," ucapnya disertai kemantapan hati. Keduanya masih mengendarai roda dua secara beriringan, persis seperti rat
PAPA MUDA 22 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendapat jawaban tidak sesuai atas perasaan pasti cukup membuat dada sesak kepanasan. Bahkan raga seakan tertusuk sembilu. Perih. Apalagi tidak ada alasan menguatkan untuk sebuah penolakan. Semisal ada alasan yang pasti pun hanyalah sebuah pembelaan agar bisa lari dari suatu hubungan. Sungguh, hal itu adalah suatu kesedihan bagi seorang jiwa yang tengah mengubah masa pendekatan menjadi kepemilikan satu ikatan. Alsaki masih tidak percaya apa yang baru saja didengar telinganya. Tidak mungkin ia akan melakukan hal yang sama untuk kedua kali. Dulu memang tidak bisa berbuat apa pun saat Arista memilih mengejar impiannya. Ia hanya bisa mencoba merelakan meski harus terjebak luka sekian tahun. Bahkan semua itu tanpa sadar menghitamkan hati tentang sucinya perasaan setelah adanya kesakitan."Kenapa kamu tidak bertanya lebih dulu apakah aku masih membenci penulis? Kenapa kamu hanya mengambil jawaban dari satu sisi, Ra? Padahal aku sudah mulai berusah
PAPA MUDA 22 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSelama beberapa bulan ini ia kerap memperhatikan ilmu tentang menulis sebuah cerita dan novel di beberapa grup menulis. Hanya tinggal memantapkan mental untuk membuat dan mengunggah di grup menulis. Setidaknya itu bisa membuat hati tahan banting untuk sebuah kritik dan saran.Dyra menghirup napas sejenak lalu membuangnya perlahan sebelum jemari lentiknya menari di atas keyboard ponsel. Entah berawal dari mana kepalanya terpikirkan satu judul untuk kejadian hari ini. 'Maafkan Cinta' seakan mewakili isi hatinya. Paragraf demi paragraf mulai tertulis satu per satu hingga menjadi cerita. Berbagai rasa dan ekspresi di wajah seakan memberi tahu kalau yang ditulis itu nyata dari hati, bukan sekedar khayalan. Karena untuk seorang Andyra Arsha menulis itu bisa dijadikan tempat pelarian mengungkapkan isi hati yang tertahan. "Ditambah quotes di bawah pasti tambah kena," pikirnya untuk mempermanis cerita. 'Cinta terkadang tak butuh ungkapan, melainkan
PAPA MUDA 23 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMengobati luka lalu memang harusnya bukan dengan cara melupakan atau menghindar apalagi meratapi, melainkan harus menghadapi. Karena berhadapan dengan hal yang memberi sakit setiap hari bisa membuat terbiasa. Meskipun mungkin membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Akan tetapi, kadang jika dibarengi melakukan hal-hal yang menenangkan jiwa pastilah hati akan lebih cepat sembuh kembali.Alsaki baru menyadari hal itu hari ini. Di mana dirinya mulai terbawa oleh pesona seorang Andyra Arsha—wanita yang membuka luka lama sekaligus mengoleskan penawar. Ia juga sadar ada sesuatu yang berbeda jika membaur bersama tulisan. Seolah ada satu hal yang menarik jiwa untuk ikut merasakan nyawa dari sebuah aksara. "Apakah dulu seperti ini yang dirasakan Arista? Andai dulu meminta baik-baik, pasti Gala bisa memiliki kasih sayang utuh. Tapi, caranya meminta buatku murka," lirihnya. Akan tetapi, sedetik kemudian akalnya tersadar bahwa wanita yang kini merajai hati
PAPA MUDA 23 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Merasa gagal tidak bisa membuka hati sang pemilik konter, Adrian memilih mengikuti pria di depannya. Berjalan beriringan hingga sampai di pintu belakang. Keduanya melambaikan tangan sebagai basa-basi sebelum pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, Adrian berbalik sejenak sebelum langkah semakin jauh. "Kalau ingin bercerita tentang Dyra, aku siap kapan aja, Mas! Aku tidak akan mengambil atau pun menikungnya dari belakang! Karena aku tahu, Dyra hanya melihatmu, bukan aku!" teriaknya sembari melambaikan tangan sekali lagi. Seyum manis pun terukir di kedua sudut bibir. Entah kenapa hatinya merasa tenang apabila merelakan Dyra untuk pria seperti seorang Alsaki Mahendra. Bukan tidak ingin memperjuangkan, hanya mencoba melepaskan sesuatu yang belum kuat tergenggam tangan. Alsaki mengacungkan dua ibu jari sebagai jawaban. Mungkin jika raga dan jiwanya sudah tidak kuat, ia akan mempertimbangkan ucapan pria yang kini mulai menjauh dari pandang
PAPA MUDA 24 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBerhadapan dengan kemauan buah hati akan selalu melemahkan perasaan. Banyak rasa tidak tega apabila keinginannya tidak bisa diwujudkan. Berbeda jika untuk seseorang yang menghuni hati. Walaupun ada rasa tidak tega yang melemahkan dan melumpuhkan perasaan, tekad untuk menahan akan selalu diusahakan. Akan tetapi, jika sang anak sudah berbicara yang ada hanya mencari bagaimana cara mengulur dan meminta waktu untuk mewujudkannya. Alsaki tahu antara anaknya dan Dyra mungkin sudah terikat suatu hubungan yang nyaman setelah mewarnai bersama. Namun, jalan yang harus ditempuh untuk lebih mendekat padanya mulai rumit. Entah alasan apa yang harus dikatakan agar tidak melukai hati sang anak. "Papa ...." Gala kembali bersuara untuk mendapat jawaban atas pertanyaannya. Sudah beberapa hari yang lalu tidak bermain di konter dan bertemu dengan Kak Dyra. "Em ... gimana, ya, Sayang ... Kak Dyra ada di konter, tapi, kan harus kerja." Pria bergelar papa muda