Saat itulah baru BJ tersadar bahwa ia memang secara asal saja melantunkan reffrain lagu “Sorry” dari penyanyi yang tadi disebut Lichelle.
“Gue suka. Tapi gak hafal semua lirik.”
Lichelle yang semula bersemangat jadi lemas. “Sama dong. Gue juga gak hafal semua. Hanya bagian-bagian tertentu aja.”
BJ mencibir lucu dan kemudian duduk di sofa yang lain daripada yang Lichelle duduki. Ia merebahkan diri sambil meregangkan tubuhnya di sandaran sofá. “Nggak berasa kita udah lewat waktu dari seharusnya. Latihan hari ini bikin capek.”
“Tapi gue semangat nih diajar sama lu.”
“Ngeliat orang yang gue ajarin ternyata bisa ngikutin, capek gue jadi gak ada apa-apanya,” kata BJ sambil menyeruput teh yang disediakan.
“Muji lagi.”
“Yang jelas gue bisa liat bahwa lu bukan cuma punya bakat musik. Bakat vokal lu malah lebih bagus. Waktu tadi
“Kalian tinggal di ruko?” “Kami buka usaha toko kayu.” Lichelle meng-ooo tanpa bersuara. “OK, bilang sama nyokap terima kasih untuk makan malamnya. Menu malam ini yaitu nasi goreng baso bener-bener maknyus,“ BJ bersiap pergi. “Itu sosis,“ Lichelle mengoreksi. “Iya, maksud gue nasi goreng sosisnya enak. Begitu juga kerupuk udangnya.“ “Itu kerupuk bawang.“ “Nasi goreng enak, kerupuk enak, sambel terasinya juga.“ “Itu sambel kacang.“ Lichelle mendengus. “BJ, lu gak bisa bedain sambel terasi sama sambel kacang?“ “Kok gue disalahin melulu?“ walau jelas salah BJ tak malu untuk protes. “Lu tu ye, udah salah melulu masih ngotot juga!“ BJ tertawa mengakak. Tapi setelahnya diam lagi. Bukan apa-apa. Ini sudah saatnya untuk pulang. Tapi sama seperti pertemuan sebelumnya cuaca hujan menghalangi kepulangan. Ini membuat BJ mau tidak mau jadi lebih lama di rumah Lichelle. Waktu menunjukkan bahwa ia sudah hampir
Setitik keringat dingin muncul. Ini jelas tidak mudah. BJ ingin segera merevisi ucapannya. Ingin membatalkan. Tapi ia ragu untuk melakukannya karena melihat Lichelle kini begitu antusias untuk sebuah slow dance yang akan dilakukan sebentar lagi. Menolak, bisa berarti sebuah kekecewaan akan kembali terbangun dalam diri Lichelle dan itu bisa menghancurkan kemitraan atau persahabatan yang ia baru saja bangun. Dan BJ tak ingin itu terjadi. Ia tidak mau bodoh dengan membiarkan konflik kembali terjadi. Terlalu besar kehilangan yang akan ia rasakan seandainya Lichelle tak lagi bersahabat dengannya.“Done. Udah siap nih,“ Lichelle mengklak-klik lagi ponselnya. “Berhubung kamu tuh sepertinya penggemar Justin Bieber makanya aku pilih lagu Yummy dari penyanyi yang sama.“Ia menempatkan ponsel di meja, melangkah ke tengah ruangan, dan berhadapan dengan BJ.“J, kamu pernah slow dance sebelumnya?“
Lichelle bisa merasa bahwa tangan BJ bergetar. Tapi tak ada waktu untuk menanyakan atau kepo hal itu. Pula tak ada waktu untuk berpikir hal lain. Musik sudah makin mengalun dan mereka harus mulai bergerak.‘Yeah, you get that yummy yum. That yummy-yum, that yummy-yummy. Say the word, on my way. Yeah babe, yeah babe.‘Dalam posisi melenggok, BJ melangkahkah kaki kiri dua kali ke arah kiri dan kemudian berhenti. Langkah ini dibarengi Lichelle dengan kaki kanan bergerak dua kali melangkah ke kanan. Saat BJ berhenti melangkah ia juga berhenti. Berikutnya, BJ bergerak ke arah berlawanan dan Lichelle pun mengikuti. Gerak satu-dua-stop ke kiri dan kanan berlanjut sesuai dengan prinsip dasar slow dance yang kebetulan mereka berdua sudah sangat tahu. Setelah mulai terbiasa, Lichelle memberi aba-aba dan mereka melakukan variasi pertama. Dari gerakan dan kelenturan tubuh Lichelle bisa menilai bahwa BJ memang bukan newbie
Maura yang baru saja datang dan kini ada di belakang Lichelle bisa ikut menguping ketika mendengar BJ yang berteriak kesenangan di ujung telpon sana. Suara BJ bisa cukup terdengar karena mereka berdua berada di kelas yang suasananya sepi. Mengenai band, Maura juga tahu keberadaan atau rencana pembentukannya karena Lichelle dalam dua pertemuan sempat menyinggungnya. Bagi Maura itu hal yang bagus dan ia siap membantu manakala dibutuhkan.“Makasih banget, Lies. Kita bakal jadi grup band yang hebat dengan kehadiran kamu sebagai vokalis.”“Jangan terlalu muji. Beban mental tauk.”“Menurut gue, beban mental kami berkurang dengan kehadiran kamu.”“Muji teruuuuss…”“OK, itu aja yang gue mau sampein. Sekali lagi thank you. Bye.”“Bye, mmuuuahhh….”Pembicaraan telpon pun berakhir. Dan sedetik sehabis telpon dimatikan, Lichelle tersadar. Mengapa i
“Bayu? Kok bawa mobilnya begitu? Hampir gue celaka.”Bukannya meminta maaf, Bayu malah langsung berbicara dengan intonasi tinggi.“J, lu bener-bener nggak suka orang lain seneng ya? Mau ngerusak rencana gue?”Ekspresi tidak mengerti menguasai wajah BJ ketika Bayu terus berbicara.“Kemarin, hari minggu gue telpon Lichelle. Lichelle ngomelin gue abis-abisan karena dia pikir gue sengaja kirim popok bekas ke dia. Bayangin coba. Popok bekas! Kasus ini benar-benar bikin gue malu, BJ. Gara-gara kejadian ini hampir mustahil buat gue ngedapetin gadis itu. Peluang gue hampir nol. Mungkin minus malah. Semua upaya gue untuk pendekatan ke Lichelle sia-sia semua gara-gara lu salah ngasih barang. Kok bisa gue nitip ngasih makanan malah lu bawain popok bekas?”BJ menjaga jarak dengan Bayu. Bukan apa-apa. Bayu itu kalau mengucap keras-keras ludahnya sering terperc
“Gue nggak percaya lu sependek itu pikirannya. Come on, lu ganteng. Kenapa masih ngincer dia untuk lu jadiin cewek kesekian?” Ada nada marah ketika BJ berujar demikian. “Lu terlalu naif sih. Ini kota besar. Gue ngejar Lichelle bukan karena dia cakep doang. Lichelle itu…” Bayu terdiam sejenak. “She is a three billion girl.” “Maksud lu?” “Denger ni ya, bokap gue lagi ngincer proyek senilai 3 M di kantor dinas Pekerjaan Umum.” Bayu mendekat ke arah telinga BJ dan berkata setengah membisik. “Bokap gue bisa menang tender kalo Lichelle gue deketin.”
Bak mendengar alarm kebakaran, buru-buru BJ, Happy dan Charlie berlari ke luar gedung. Di antara tempat parkir dan taman mereka melihat Dedot didamprat si pemilik studio. Ketiganya merubungi Dedot untuk mengetahui apa yang terjadi. Melihat itu si pemilik studio langsung menanyai Happy. “O jadi ternyata kalian temennya orang ini?” Happy sebetulnya tidak mau mengaku. Tapi percuma karena BJ dan Charlie sudah terburu mengiyakan. “Kalo gitu kalian nggak usah latihan di sini! Pergi! Cari aja tempat lain!" "Lho?" Charlie, BJ dan Happy terperanjat. Dedot hanya menunduk. "Tadi kan bapak setu
Mendengar kata-kata penyemangat BJ malah sebal mendengarnya. Kalimat itu adalah ucapan penguatan yang BJ sampaikan sendiri sewaktu mereka masih di halte. Artinya, Happy sebetulnya sedang menyindir dirinya! “Sialan. Lu nyindir?“ BJ tertantang dan berdiri di bagian depan sehingga posisinya kini bisa terlihat hampir semua orang di dalam kabin bis. “Gue buktiin sekarang juga.““Buktiin apa?““Di depan semua orang yang ada, gue mau buktiin kejantanan gue.““Jangaaaan!“ Happy keceplosan berbicara keras. Saat tersadar ia kembali menurunkan volume suara. “Lu buktiin keberanian aja.““Emang itu maksud gue. Lu kira apaan?““Ups.“BJ seka