Maysa meringkuk di balik selimut. Keadaan tubuh yang lemah buatnya terpaksa untuk terpisah sementara dengan Inara. Arlesa yang baru saja dari melihat Inara ikut menyelinap di dalam selimutnya.
"Mualnya sudah agak berkurang?" tanya Arlesa."Iya, hanya sedikit pusing," sahutnya.
Arlesa melingkar tangan di pingging Maysa. Memberi sedikit belaian hangat pada istrinya itu. "Kamu berjuang menjadi ibu sejati, andaikan itu bisa di bagi padaku, biarkan aku saja yang menampung sakitmu," ucap Arlesa."Kita sama-sama jadi orang tua yang baik, lagi pula kamu sudah membantuku mengurus Inara, itu lebih dari cukup," pungkas Maysa."Betapa beruntungnya aku memiliki istri seperti kamu, anak kedua kita akan lahir di wandara, aku akan mendampingimu kali ini."Tercetus di benak Maysa tentang keanehan antara Jeval dan Dalisah."Tadi aku ke kamar Dalisah, dia tanya apa Kak Jeval itu orangnya baik atau tidak
Jeval mulai mendekatkan wajah ke Dalisah. Anak lugu itu berusaha menghindari setiap kecupan Jeval. Bibir seksi itu mulai menyusup ke lehernya, Dalisah yang pertama kali merasakah terbakar birahi hanya bisa menatap. Jeval mneghirup aroma tubuh Dalisah yang wangi, luar biasa memancing gairahnya.Bermain di leher Dalisah selama sepuluh menit, tanda kepemilikan Jeval nampak memerah di leher jenjang itu."Kamu pasrah saja, nanti bakalan enak kok, kamu anak pintar 'kan?" rayu Jeval padanya. Tangan nakalnya meraba lekuk-lekuk tubuh Dalisah.Jeval mulai meracau menikmat di bibir Dalisah. Menyeka-nyeka rambut gadis lugu itu. Dalisah hanya bisa menahan tangis, bila dia sampai mengeluarkan air mata, Jeval pasti akan marah. Dia yakin, Jeval akan menikahinya, saat ini dia membayangkan bahwa itu sudah jadi suaminya dan ia rela hanya pasrah di perlakukan oleh suaminya."Aku mau tanya, kenapa kau ingin menikahiku?" tanya Dalisah pada saat Jeva
Foland menarik nafas. Lelah bila dia harus bedebat dengan Jeval. Dia melirik ke Dalisah, tatapannya melotot seakan ingin menerkam. Semenjak perempuan itu ada di istana, selalu saja ada yang menggemparkan istana."Jadi kau yang ingin lagi menikahi dia?""Ya, dia sudah hamil, anakku," sahut Jeval dengan entengnya berbicara.Dalisah menyerngit. Jeval memang semaunya, bahkan itu di depan kakaknya sendiri."Ya Tuhan, kau yakin itu anakmu? bukan anak Arlesa?" tanya Foland memastikan.Jeval malah tertawa. " Bagaimana bisa? aku yang merusak perawannya," timpalnya tanpa ada rasa malu.Dalisah menutup wajahnya dengan selimut. Dia begitu malu pada Foland. Ah, Jeval memang mulutnya harus di ajar menyimpan rahasia.Foland gusar. Bagaimana kalau Ayah dan ketiga bundanya tahu dengan rencana Jeval. Media wandara akan tergguncanv lagi, mantan istri Arlesa di nikahi oleh Jeval lagi."In
Dalisah dan Jeval masih tertidur pulas. Di luat pintu kamar itu ada yang sedari tadi memencet bel. Mata Jeval mengerjap terusik dari tidurnya. Dengan langkah yang gontai tanpa sadar keseluruhan, dia beranjak membuka pintu kamar Dalisah.Wajah Bun Great yang terkejut suguhan utamanya pagi itu. Bagaimana tidak terkejut menyaksikan Jeval yang bertelanjang dada di dalam kamar seorang janda, yang tak lain janda dari adiknya sendiri. Ah, bukan hanya bertelanjang dada, pasti kedua anak manusia berbeda jenis kelamin itu tidur bersama, batin Bun Great."Bun Great, bawa makanannya masuk, tolong bawakan aku juga nanti kopi dan makanan lainnya, tapi nanti saja, kami masih mau tidur," ujar Jeval bersama rasa ngantuk yang masih menguasai dirinya.Kepala pelayan istana itu meletakkan sarapan di meja, mata mencuri ke Dalisah yang tertidur pulas. Selimut menutupi hingga lingkar dadanya, Bun Great yakin mantan madu Maysa itu tak menggunakan sehelai
Di dunia yang berbeda ..Ada Shera dan Gala keluar dari mobil. Dia mengajak Gala bertamu ke rumahnya. Adik Maysa itu senang bila dia berhadapan langsung dengan Ayah Shera yang jahat itu. Dengan langkah yakin, Gala masuk lalu duduk di ruang tamu.Saat itu rumah Shera di datangi beberapa tamu dari wandara. Tamu itu yang tak lain para pengikut Rajab yann diam-diam berkhianat pada Raja Garsan."Kamu disini ya, sepertinya Ayahku sedang ada tamu," ujar Shera, dia naik ke atas kamar untuk berganti pakaian.Gala diam-diam mengintip di ruang tengah rumah Shera. Dia melihat ada beberapa mahluk wandara yang sedang berbincang dengan Rajab. Gala mencurigai ada sesuatu yang jahat di balik perbincangan mereka.'Ya Tuhan, kenapa calon mertuaku harus dia,' lirih Gala dalam hati.Ibu Shera menyapa Gala, dia membawakan calon menantunya itu minuman dan cemilan."Shera agak lama ganti bajunya, mohon bersabar
Bagaimana mereka bisa lolos masuk ke istana?!" Raja Garsan murka pada kelengahan keamanan istana.Rexa yang sebagai komandan militer wandara merasa gagal menjaga keamanan istana. Dia bahkan sibuk dengan urusan keluarganya hingga melalaikan tugasnya."Incaran mereka adalah Maysa dan Inara, itu berarti ini juga untuk Arlesa, dan satu-satunya musuh besar Arlesa itu hanya satu, Rajab!" Foland menyimpulkan."Benar, Rajab masih mengincar untuk membahayakan Arlesa dan keluarganya," tambah Jeval.Raja Garsan mengeram. Sejahat itukah Rajab hingga tega membunuh menantu dan cucunya.:"Di istana ini ada pengkhianat! Entah dari bagian apa, tidak mungkin prajurit pembelok bisa masuk ke istana jika tidak ada orang dalam yang membantunya," kata Foland.Rexa keluar dari raungan putih itu. Dia akan mencati tahu siapa penyusup sebenarnya yang mengelabui mereka.Sementara Ratu Risani dan kedua R
Ratu Risani mulai makan. Bun Great yang menemani Inara di tempat tidur. Sedang kedua pelayan itu berdiri di samping Ratu Risani. Termasuk adik ipar Rajab, matanya mengawasi pergerakan Bun Great, menanti kelengahan perawan tua itu agar ia bisa mebusuk Inara tanpa ada halanagan sedikit pun. Jika Bun Great beranjak sebenatar saja dari samping Inara maka aksinya akan ia jalankan segera. "Kamu tahu kondisi Maysa sekarang, Gret?" tanya Ratu Risani sembari makan. "Belum yang mulia, belum ada kabar dari rumah sakit," sahut Bun Great. "Tolong bawakan ponselku di bawah bantal, aku ingin menelpon Arlesa," pinta Ratu Risani. Adik ipar Rajab tersemyum miring mendengar itu. Bun Great beranjak memberikan ponsel itu ke Ratu Risani. Kesempatan brutal adik ipar berlari ke Inara sembari mengeluarkan sebilah pisau, Bun Great yang melihatnya hanya bisa menggapai rambut perempuan itu, hingga dada Inara tidak tertancap pisau tajam melainkan
Jeval diam. Bibirnya membeku, dia bahkan tidak memiliki alasan untuk mengelak. Pasrah saja akan kemarahan Rexa. Di luar pintu, ada Foland yang cemas, dia tahu ini akan jadi bom atom bagi kerajaan wandara. Entah apa reaksi adik pertamanya itu setelah tahu kebenaran."Jika kau diam, berarti itu semua benar?" tanyanya."Tidak semuanya benar," jawab Jeval."Tidak semuanya benar? berarti ada kebenaran yang di katakan perempuan itu?" tanya Rexa agar meyakinkan.Jeval menguatkan diri untuk menjelaskan semuanya. Dia tahu sifat Rexa sangat bijaksana dalam menanggapi apapun."Awalnya aku mencuntai Maysa, jauh sebelum Arlesa menikah dengannya. Tapi setelah menikah, aku tidak pernah lagi menganggunya. Saat Maysa hamil dimana Arlesa memgkhianatinya, dia pergi di istana, kami tinggal bersama, kami berencana untuk menikah, benar, aku pernah melakukannya sekali dengan Maysa, tapi itu tak di sengaja," jelas Jeval terbata-ba
Dua hari kemudian, Arlesa turun kembali ke penjara bawah tanah. Dia ingin mengetahui kondisi tragis Cusi. Adik ipar Rajab saat itu sudah tak mampu bersuara lagi. Tiga hari dia menjerit kesakitan karena bekas gigitan serangga."Apa kau sudah melihat ajalamu?" tanya Arlesa.Cusi melempar tatapan tajam padanya. Dia bahkan belum sudi meminta ampun atas kejahatannya."Kau memang perwujudan iblis! Aku akan membuat kamu mati perlahan," kata Arlesa."Dendam kami tidak akan berhenti pada kalian, kamu seoranh calon Raja! Tapi bodoh! Kau mempertahankan perempuan yang tidak setia padamu, yang rela di nikmati tubuhnya pada pria lain!" Cusi lagi-lagi ingin mendoktrin Arlesa.Suami Maysa itu tergugu. Dia berusaha agar tidak mempercayai itu, namun perkataan Cusi selalu saja menggodanya untuk marah."Tanyakan sendiri pada Jeval, dan kedua kakakmu, apa yang mereka sudah ketahui, " lanjut Cusi."Penj