Dalisah dan Jeval masih tertidur pulas. Di luat pintu kamar itu ada yang sedari tadi memencet bel. Mata Jeval mengerjap terusik dari tidurnya. Dengan langkah yang gontai tanpa sadar keseluruhan, dia beranjak membuka pintu kamar Dalisah.
Wajah Bun Great yang terkejut suguhan utamanya pagi itu. Bagaimana tidak terkejut menyaksikan Jeval yang bertelanjang dada di dalam kamar seorang janda, yang tak lain janda dari adiknya sendiri. Ah, bukan hanya bertelanjang dada, pasti kedua anak manusia berbeda jenis kelamin itu tidur bersama, batin Bun Great."Bun Great, bawa makanannya masuk, tolong bawakan aku juga nanti kopi dan makanan lainnya, tapi nanti saja, kami masih mau tidur," ujar Jeval bersama rasa ngantuk yang masih menguasai dirinya.Kepala pelayan istana itu meletakkan sarapan di meja, mata mencuri ke Dalisah yang tertidur pulas. Selimut menutupi hingga lingkar dadanya, Bun Great yakin mantan madu Maysa itu tak menggunakan sehelai
Di dunia yang berbeda ..Ada Shera dan Gala keluar dari mobil. Dia mengajak Gala bertamu ke rumahnya. Adik Maysa itu senang bila dia berhadapan langsung dengan Ayah Shera yang jahat itu. Dengan langkah yakin, Gala masuk lalu duduk di ruang tamu.Saat itu rumah Shera di datangi beberapa tamu dari wandara. Tamu itu yang tak lain para pengikut Rajab yann diam-diam berkhianat pada Raja Garsan."Kamu disini ya, sepertinya Ayahku sedang ada tamu," ujar Shera, dia naik ke atas kamar untuk berganti pakaian.Gala diam-diam mengintip di ruang tengah rumah Shera. Dia melihat ada beberapa mahluk wandara yang sedang berbincang dengan Rajab. Gala mencurigai ada sesuatu yang jahat di balik perbincangan mereka.'Ya Tuhan, kenapa calon mertuaku harus dia,' lirih Gala dalam hati.Ibu Shera menyapa Gala, dia membawakan calon menantunya itu minuman dan cemilan."Shera agak lama ganti bajunya, mohon bersabar
Bagaimana mereka bisa lolos masuk ke istana?!" Raja Garsan murka pada kelengahan keamanan istana.Rexa yang sebagai komandan militer wandara merasa gagal menjaga keamanan istana. Dia bahkan sibuk dengan urusan keluarganya hingga melalaikan tugasnya."Incaran mereka adalah Maysa dan Inara, itu berarti ini juga untuk Arlesa, dan satu-satunya musuh besar Arlesa itu hanya satu, Rajab!" Foland menyimpulkan."Benar, Rajab masih mengincar untuk membahayakan Arlesa dan keluarganya," tambah Jeval.Raja Garsan mengeram. Sejahat itukah Rajab hingga tega membunuh menantu dan cucunya.:"Di istana ini ada pengkhianat! Entah dari bagian apa, tidak mungkin prajurit pembelok bisa masuk ke istana jika tidak ada orang dalam yang membantunya," kata Foland.Rexa keluar dari raungan putih itu. Dia akan mencati tahu siapa penyusup sebenarnya yang mengelabui mereka.Sementara Ratu Risani dan kedua R
Ratu Risani mulai makan. Bun Great yang menemani Inara di tempat tidur. Sedang kedua pelayan itu berdiri di samping Ratu Risani. Termasuk adik ipar Rajab, matanya mengawasi pergerakan Bun Great, menanti kelengahan perawan tua itu agar ia bisa mebusuk Inara tanpa ada halanagan sedikit pun. Jika Bun Great beranjak sebenatar saja dari samping Inara maka aksinya akan ia jalankan segera. "Kamu tahu kondisi Maysa sekarang, Gret?" tanya Ratu Risani sembari makan. "Belum yang mulia, belum ada kabar dari rumah sakit," sahut Bun Great. "Tolong bawakan ponselku di bawah bantal, aku ingin menelpon Arlesa," pinta Ratu Risani. Adik ipar Rajab tersemyum miring mendengar itu. Bun Great beranjak memberikan ponsel itu ke Ratu Risani. Kesempatan brutal adik ipar berlari ke Inara sembari mengeluarkan sebilah pisau, Bun Great yang melihatnya hanya bisa menggapai rambut perempuan itu, hingga dada Inara tidak tertancap pisau tajam melainkan
Jeval diam. Bibirnya membeku, dia bahkan tidak memiliki alasan untuk mengelak. Pasrah saja akan kemarahan Rexa. Di luar pintu, ada Foland yang cemas, dia tahu ini akan jadi bom atom bagi kerajaan wandara. Entah apa reaksi adik pertamanya itu setelah tahu kebenaran."Jika kau diam, berarti itu semua benar?" tanyanya."Tidak semuanya benar," jawab Jeval."Tidak semuanya benar? berarti ada kebenaran yang di katakan perempuan itu?" tanya Rexa agar meyakinkan.Jeval menguatkan diri untuk menjelaskan semuanya. Dia tahu sifat Rexa sangat bijaksana dalam menanggapi apapun."Awalnya aku mencuntai Maysa, jauh sebelum Arlesa menikah dengannya. Tapi setelah menikah, aku tidak pernah lagi menganggunya. Saat Maysa hamil dimana Arlesa memgkhianatinya, dia pergi di istana, kami tinggal bersama, kami berencana untuk menikah, benar, aku pernah melakukannya sekali dengan Maysa, tapi itu tak di sengaja," jelas Jeval terbata-ba
Dua hari kemudian, Arlesa turun kembali ke penjara bawah tanah. Dia ingin mengetahui kondisi tragis Cusi. Adik ipar Rajab saat itu sudah tak mampu bersuara lagi. Tiga hari dia menjerit kesakitan karena bekas gigitan serangga."Apa kau sudah melihat ajalamu?" tanya Arlesa.Cusi melempar tatapan tajam padanya. Dia bahkan belum sudi meminta ampun atas kejahatannya."Kau memang perwujudan iblis! Aku akan membuat kamu mati perlahan," kata Arlesa."Dendam kami tidak akan berhenti pada kalian, kamu seoranh calon Raja! Tapi bodoh! Kau mempertahankan perempuan yang tidak setia padamu, yang rela di nikmati tubuhnya pada pria lain!" Cusi lagi-lagi ingin mendoktrin Arlesa.Suami Maysa itu tergugu. Dia berusaha agar tidak mempercayai itu, namun perkataan Cusi selalu saja menggodanya untuk marah."Tanyakan sendiri pada Jeval, dan kedua kakakmu, apa yang mereka sudah ketahui, " lanjut Cusi."Penj
Rajab dan Istrinya di bawah ke penjara bawah tanah. Di samping sel mereka ada Cusi yang merintih kesakitan karena tubuhnya di penuhi luka gigitan berbagai macam serangga. Istri Rajab berusaha menagajak adiknya itu bicara."Cusi, ini Kakak Cia, Dek," kata Istri Rajab pada adiknya itu.Cusi mendengar suara kakaknya membalikkan wajah. Dia merayap sedikit demi sedikit ke arah pembatas sel yang mengantarai mereka."Kak, badanku semua sakit," keluh Cusi. Istri Rajab melihat tubuh adiknya bentol di di penuhi darah. Semuat itu masih banyak menempel di tubuh Cusi."Cusi, maafkan Kakak, karena kami, kamu tersiksa seperti ini," lirih Cia menyesal melibatkan adiknya.Cusi menangis tersedu-sedu. Dia tidak menyesali semuanya. Melainkan karena mengapa harus gagal membantu kakaknya. Karena dia gagal sehingga mereka semua tertangkap."Rajab, adikku kesakitan, itu karena kamu!" Cia membentak suaminya. Ini baru pertama kali
Dalisah masih tetap terkurung di kamar tamu, dia belum berani menampakkan diri pada keluarga istana. Hanya Jeval yang sesekali menjenguknya, membawakan makanan. Dalisah juga sudah tahu dengan apa yang menimpa Maysa dan Inara. "Dalisah," suara Jeval nampak di balik pintu kamarnya. "Keadaan Kak Maysa dan Inara baik-baik saja 'kan?" tanyanya. "Keduanya sudah membaik,aku dari melihat Inara, lukanya masih nyeri tapi kata dokter sisa menunggu kering saja," sahut Jeval. Dia menghempaskan tubuhnya di atas kasur itu. Dua hari tak tidur di kasur Dalisah buat dia rindu berlebihan. Mengurus dan memikirkan resiko kemarahan Arlesa, Jeval hampir gila saat ini, reaksi Arlesa penuh misteri, tak ada yang bisa menebak apakah adiknya tahu atau hanya berpura-pura tidak tahu. "Dalisah, pijit kepalaku," pinta Jeval. Perempuan cantik itu hanya mematung. Dia tahu keinginan Jeval lagi, Dalisah enggan beranjak ke arah Jeval.
Dua hari berselang, Maysa sudah lebih baik. Dia sudah di perbolehkan untuk kembali ke istana. Namun dokter akan setiap saat mengecek kondisinya yang masih dalam pemulihan secara total. Begitu bahagianya, sebentar lagi dia akan bertemu Inara.Sebagai suami yang baik, Arlesa tetap mendampingi. Dia begitu gesit mengarahkan semua kebutuhan istrinya."Jangan terlalu begitu, Kak. Aku sudah merasa tidak perlu di tuntun jalannya," ujar Maysa. Arlesa tetap saja menuntunnya. Dia hanya bisa mengeleng dengan perhatian suaminya yang berlebihan.Di istana penyambutan kedatangannya di adakan secara meriah, seluruh keluarga kerajan menyambutnya penuh suka cita. Sebagai calon Ratu utama Wandara, Maysa begitu di hormati.Setibanya di pintu gerbang, Maysa di hujani bunga-bunga dari rakyat wandara. Suara seru namanya menggelegar terucap oleh bibir rakyatnya."Aku sepertu berasa jadi Ratu sungguhan," gumma Maysa."