Di dunia yang berbeda, ada Shera kembali ke rumahnya. Studio karaokenya di padati pengunjung. Dia begitu puas malam ini, ini balasan atas sakit hati yang menimpanya karena telah di putuskan oleh Gala.
Shera naik ke kamarnya. Ibu dan Ayahnya memang sudah lebih dulu tidur. Shera memang selalu pulang larut malam. Di ponselnya dia melihat fotonya bersama Gala memenuhi memori. Dia menintikkan air mata, tapi jemarinya lincah menghapus foto-foto kenangan itu hingga tak bersisa."Kita memang tak bisa bersatu, hiduplah lebih baik, aku juga akan demikian," lirihnya.Shera menyadari kesalahan dia dan keluarganua begitu fatal. Tak ada yang bisa membenarkan tingkah keji mereka. Tapi inilah hidup, semua harus di perbaiki.Mulai esok, takkan ada nama Gala lagi yang jadi pengusik jiwanya. Dia akan bangkit dari kegagalan bercinta. 'Semua pria sama saja, Gala tidak pernah mau berjuang dan tak mau memaafkan kesalahanku.'Shera trauma lagRatu Flora mengetuk pintu kamar Maysa. Saat terbuka, dia langsung menyeruduk masuk ke dalam Maysa."Bunda ingin tanyakan sesuatu sama kamu, Bunda mohon kamu jujur Maysa," ucap Ratu Flora.Sebagai Bunda tertua di istana, Maysa tak bisa menolak itu. Meski kejujurannya akan mengejutkan Bunda Jeval itu."Kau kenapa dengan Jeval?" tanyanya.Maysa tergugu. Dia malah menundukkan wajah."Maysa, Bunda mohon jawab, kamu dan Jeval kenapa?" Ratu Flora memaksa.Maysa mengeleng. Dia tak mau jujur bila hal itu. Ini aib baginya, bagi pernikahannya."Bunda tahu rencana pernikahan kalian, Jeval sudah menceritakan semua padaku. Maysa, kamubdan Jeval ada masalah apa sekarang? kenapa dia memohon-mohon sama kamu? tolong Maysa, saya ibunya, sata harus tahu yang terjadi dengan anakku," kata Ratu Flora.Maysa kasihan dengan Ratu Flora. Dia mulai berani mengangkat wajahnya.
Para pelayan itu hanya mengangguk tanpa mengerti apa yang di katakan Foland tentang Jeval. Sementara Bun Great diam tak berkutik. Mata kepalanya menyaksikan peristiwa Jeval dan Maysa itu. Dia ingin menolong Maysa saat itu tapi takut bila malah menggemparkan istana. Hjngga dia hanya bisa bersembunyi di balik tiang menyaksikan tangis Maysa."Bailklah, kalian kembali istirahat, tapi bila ada yang sampai berbohong, awas saja!" Foland mewanti-wanti pelayannya.Foland keluar dari ruangan itu. Dia berpapasan dengan Arlesa yang sedang mencari Bun Great, sedari tadi dia menelpon Bun Great tapi tak ada jawaban. Foland sejenak menatap nanar Arlesa. Dia memang iri pada adiknya itu, tapi bagaimana pun Arlesa saudaranya, dia memiliki rasa kasihan karena musibah rumah tangga adiknya itu.Arlesa merasa aneh pada tatapan Foland. Dia membuang pandangan, sikap kaku membuat rasa keduanya berjarak. Foland berlalu meninggalkannya. Ada Bun Great k
Shera memeluk Gala. Sudah tak mau menolak lagi. Dia ingin kembali pada Gala. Menjadi kekasih yang baik seperti dulu. "Aku tahu, kita tidak bisa berpisah, tapi bagaimana dengan keluarga kita?" tanya Shera. Gala mengusap rambut wanitanya itu. "Untuk sementara kita jalani secara diam-diam saja." "Maafkan aku dan keluargaku, ya, aku saat itu terlalu berambisi jadi ratu, tapi tidak menyadari takdir seseorang itu berbeda-beda," ucap Shera. Gala menghela nafas. Memaafkan ayah Shera memang sulit baginya, namun bila itu untuk Shera, ia akan lakukan sepenuh hati. "Aku sudah maafkan kalian," sahut Gala. Tapi memaafkan bukan berarti dia tidak akan menyelidik ayah Shera itu. Gala akan menyembunyikan identitasnya dari Rajab. Di wandara ayah Shera itu memiliki andil, tapi bila di dunia nyata, dia harus mematuhi peraturan yang telah ada. "Bisakah kita ke rumahmu nanti malam? ayahmu tidak mengenalk
Bukti perawan?! Apa maksud pangeran Jeval?' batin Dalisah. Dia berjalan mundur dengan sigap Jeval menangkap tangannya. "Aku tidak ingin menikahi gadis kalau tidak perawan, apa kau masih perawan?" tanya Jeval makin liar. Entah setan apa lagi yang merasukinya hingga pada Dalisah pun dia berkata liar. "Pangeran saya masih perawan, tapi saya tidak ingin menikah dengan pangeran, saya mau pergi setelah Ratu Maysa mengizinkan saya," ucap Dalisah. Jeval berpikir sejenak, dengan membalas perlahan rasa Maysa dan Arlesa, doa bisa memanfaatkan Dalisah, menikahi dia dan menjadikan dia ratunya sementara tentu akan buat orang tua Inara itu akan terkejut, merasa sakit hati. Tak ada perempuan lain yang bisa memerikan keduanya pelajaran hati tidak enak selain Dalisah, pikir Jeval. "Aku tidak akan menyentuhmu, tapi aku mau buat persetujuan sama kamu, kita menikah untuk sementara waktu, aku akan memberimu kedudukan ratu dan hartaku sebagian, m
Maysa meringkuk di balik selimut. Keadaan tubuh yang lemah buatnya terpaksa untuk terpisah sementara dengan Inara. Arlesa yang baru saja dari melihat Inara ikut menyelinap di dalam selimutnya. "Mualnya sudah agak berkurang?" tanya Arlesa. "Iya, hanya sedikit pusing," sahutnya. Arlesa melingkar tangan di pingging Maysa. Memberi sedikit belaian hangat pada istrinya itu. "Kamu berjuang menjadi ibu sejati, andaikan itu bisa di bagi padaku, biarkan aku saja yang menampung sakitmu," ucap Arlesa. "Kita sama-sama jadi orang tua yang baik, lagi pula kamu sudah membantuku mengurus Inara, itu lebih dari cukup," pungkas Maysa. "Betapa beruntungnya aku memiliki istri seperti kamu, anak kedua kita akan lahir di wandara, aku akan mendampingimu kali ini." Tercetus di benak Maysa tentang keanehan antara Jeval dan Dalisah. "Tadi aku ke kamar Dalisah, dia tanya apa Kak Jeval itu orangnya baik atau tidak
Jeval mulai mendekatkan wajah ke Dalisah. Anak lugu itu berusaha menghindari setiap kecupan Jeval. Bibir seksi itu mulai menyusup ke lehernya, Dalisah yang pertama kali merasakah terbakar birahi hanya bisa menatap. Jeval mneghirup aroma tubuh Dalisah yang wangi, luar biasa memancing gairahnya.Bermain di leher Dalisah selama sepuluh menit, tanda kepemilikan Jeval nampak memerah di leher jenjang itu."Kamu pasrah saja, nanti bakalan enak kok, kamu anak pintar 'kan?" rayu Jeval padanya. Tangan nakalnya meraba lekuk-lekuk tubuh Dalisah.Jeval mulai meracau menikmat di bibir Dalisah. Menyeka-nyeka rambut gadis lugu itu. Dalisah hanya bisa menahan tangis, bila dia sampai mengeluarkan air mata, Jeval pasti akan marah. Dia yakin, Jeval akan menikahinya, saat ini dia membayangkan bahwa itu sudah jadi suaminya dan ia rela hanya pasrah di perlakukan oleh suaminya."Aku mau tanya, kenapa kau ingin menikahiku?" tanya Dalisah pada saat Jeva
Foland menarik nafas. Lelah bila dia harus bedebat dengan Jeval. Dia melirik ke Dalisah, tatapannya melotot seakan ingin menerkam. Semenjak perempuan itu ada di istana, selalu saja ada yang menggemparkan istana."Jadi kau yang ingin lagi menikahi dia?""Ya, dia sudah hamil, anakku," sahut Jeval dengan entengnya berbicara.Dalisah menyerngit. Jeval memang semaunya, bahkan itu di depan kakaknya sendiri."Ya Tuhan, kau yakin itu anakmu? bukan anak Arlesa?" tanya Foland memastikan.Jeval malah tertawa. " Bagaimana bisa? aku yang merusak perawannya," timpalnya tanpa ada rasa malu.Dalisah menutup wajahnya dengan selimut. Dia begitu malu pada Foland. Ah, Jeval memang mulutnya harus di ajar menyimpan rahasia.Foland gusar. Bagaimana kalau Ayah dan ketiga bundanya tahu dengan rencana Jeval. Media wandara akan tergguncanv lagi, mantan istri Arlesa di nikahi oleh Jeval lagi."In
Dalisah dan Jeval masih tertidur pulas. Di luat pintu kamar itu ada yang sedari tadi memencet bel. Mata Jeval mengerjap terusik dari tidurnya. Dengan langkah yang gontai tanpa sadar keseluruhan, dia beranjak membuka pintu kamar Dalisah.Wajah Bun Great yang terkejut suguhan utamanya pagi itu. Bagaimana tidak terkejut menyaksikan Jeval yang bertelanjang dada di dalam kamar seorang janda, yang tak lain janda dari adiknya sendiri. Ah, bukan hanya bertelanjang dada, pasti kedua anak manusia berbeda jenis kelamin itu tidur bersama, batin Bun Great."Bun Great, bawa makanannya masuk, tolong bawakan aku juga nanti kopi dan makanan lainnya, tapi nanti saja, kami masih mau tidur," ujar Jeval bersama rasa ngantuk yang masih menguasai dirinya.Kepala pelayan istana itu meletakkan sarapan di meja, mata mencuri ke Dalisah yang tertidur pulas. Selimut menutupi hingga lingkar dadanya, Bun Great yakin mantan madu Maysa itu tak menggunakan sehelai