Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat tapi sulit sekali mendapat kontrak dari GOODNOVEL) PAMANKU SUAMIKU MENJEMPUT ISTRIKU DUNIA MANUSIA BUAS SUAMIKU YANG BERBAHAYA KARENA KEBODOHANKU, AKU HAMPIR KEHILANGAN SUAMIKU SINGA BETINA MILIKKU (sequel lanjutan dari WANITA UNTUK MANUSIA BUAS, hanya saja kali ini wanita dari DUNIA MANUSIA BUAS yang terlempar ke DUNIA MODERN dan bertemu dengan CEO gahar.
Pindah kamarSegera setelah kejadian Aruna di arak, Kakek Wawan, Nenek Halimah, Karsih, Darman, mereka sibuk klarifikasi sana-sini. Sampai akhirnya, Ardan dan Gavin meminta Pak Ustad dan Pak Amil mengumpulkan hampir seluruh warga setelah selesai shalat Isya. Pak RT tidak hadir karena sedang puang kampung. Segera setelah warga berkumpul, Pak Amil, dan juga Pak Ustad bertausiyah menasihati mereka semua agar tidak lagi melakukan persekusi seperti yang mereka lakukan siang tadi. Pak Ustad dan Pak Amil juga menggunakan moment itu, untuk mengumumkan dan menjelaskan bagaimana kejadian yang sebenarnya saat Aruna dan Ardan menikah secara mendadak.Segera setelahnya, Kartiah dan Rustam yang paling malu. Mereka terlalu gengsi untuk meminta maaf dan malah selalu beralasan untuk membela diri. Pada akhirnya, mereka hanya bisa menunduk saat melewati orang-orang yang mulai selalu bergunjing atau pun mencibir saat melihat Rustam, Kartiah, atau pun Fahri.Aruna pulang dari rumah sakit setelah tiga hari
Pembicaraan Ardan dan GavinGavin bingung dengan kejadian tadi sore yang membuat hatinya tidak nyaman, sampai setelah selesai sholat Isya berjamaah dimasjid, akhirnya Gavin membulatkan tekad. Di tengah kebingungannya, Gavin akhirnya memutuskan untuk mendekati pamannya. Sebetulnya untuk sekarang ini, apa lagi setelah melihat bagaimana wajah asli Ardan saat marah beberapa hari yang lalu. Gavin lebih nyaman bicara dengan Aruna. Tapi, dia sadar, Aruna bukan lagi adiknya sekarang, tapi, seorang istri. Dia harus mulai jaga jarak, karena adiknya telah menjadi hak pria sudah menjadi suaminya.TOK TOK TOK''Om, Gavin mau ngomong...''''Masuk, Vin!''Setelah mendengar aba-aba, Gavin membuka pintu kamar Ardan kemudian duduk di atas tempat tidur Ardan.''Kenapa Vin?'' tanya Ardan yang sibuk di atas meja belajarnya memperhatikan laptop dan gawai, kemudian menuliskan sesuatu di atas kertas, entah apa yang sedang di kerjakan Ardan.''Om, maaf... Gavin enggak maksud ikut campur. Tapi, berhubung nama G
Fix, pindah kamar!Pembicaraan antara Aruna dan Ardan masih berlangsung. Aruna yang awalnya menolak perintah Ardan sekarang mulai bingung karena semua yang telah di jelaskan Ardan, itu semuanya benar.''Run, Abang enggak mau kejadian kemaren ke'ulang lagi! Abang enggak mau ada gosip aneh lagi...'' ujar Ardan serius dengan nada santainya.Wajahnya terlihat datar dan tenang tapi suaranya terdengar bergetar. Saat bicara, Ardan mengingat insiden keributan yang sempat melukai Aruna. Ardan syok melihat Aruna yang pucat di seret-seret oleh banyak orang saat itu, pikirannya juga sempat melantur ke mana-mana kala itu."Bang, kemarin kita emang lagi apes... itu aja... Toh, semuanya udah beres sekarang, kita enggak lagi perlu buat kuatir ama yang kek gitu.''''Abang tahu, Run. Tapi, tetep aja, apa yang terjadi di masa depan nanti kita pan enggak tahu...''''Tapi, bang...'' sela Aruna, dia masih saja mencoba menunda keputusan Ardan untuk tidur dalam satu kamar yang sama.''Run, dengerin Abang!'' s
Aruna yang masih linglung, sekarang sibuk berkutat dengan pemikirannya tentang semua yang di katakan Ardan belum lama tadi. Walau dia masih memikirkan berbagai hal di kepalanya, tapi tangannya tetap cekatan meneruskan apa yang sudah jadi kegiatannya sehari-hari.Setelah perdebatannya dengan Ardan perihal pindah kamar, Ardan bersiap-siap hendak pergi. Dia berdandan dengan hati gembira ria, dia membiarkan saja tingkah istrinya yang kerepotan dengan pemikirannya sendiri di dapur.''Run, Abang harus pergi, ada urusan...'' ujar Ardan hendak berpamitan, dia sedikit mengeraskan suaranya karena dia ada di ruang tengah.''Ha!'' seru Aruna menjawab dari dapur, ''Abang mau pergi?'' tanya Aruna setelah berjalan cepat menyusul dari dapur untuk menghampiri Ardan yang berpamitan padanya.Ardan mendongak melihat Aruna yang sibuk mengelap tangannya karena sedang cuci piring tadi, lalu dia mengangguk menjawab Aruna.''Lama gak bang?'' tanya Aruna kemudian, dengan wajah sedikit cemas.''Kok, mukanya begi
Wanita cantik nan modis menerjang suami dan memeluknya di depan mata, tentu saja, itu sangat menggoda Aruna untuk segera menjambak rambut wanita tidak sopan yang dicat pirang diujung-ujungnya.Aruna menatap tajam kepada dua sejoli yang berpelukan di hadapannya. Dia diam tak berkomentar, tapi tatapan mata Aruna pada Ardan yang juga saat itu sedang menatapnya, sempat membuat Ardan terkejut. Bak sinar laser, tatapan Aruna jelas memberi peringatan keras pada Ardan tanpa harus menutup-nutupinya ataupun merasa gengsi.Degup jantung Ardan langsung bereaksi, keringat dingin juga meluncur di pelipisnya.''Mampus! Nyonya besar bisa ngamuk nih... kemaren aja, si Kojer dibentak ama nih anak... apalagi cewek tengil kek si Karissa...'' ujar Ardan bergumam di dalam hatinya memikirkan tindakan apa yang akan ambil oleh istri kecilnya.Ardan dengan cekatan segera mendorong tubuh Karissa, saat melihat Aruna bersiap mengambil tindakan.''Ihh... Indra kasar...'' ujar Karissa saat tubuhnya berusaha stabil k
Tentu saja, Ardan menepis perlakuan genit Karissa dengan kasar. Tapi, Karissa seolah tidak melihat betapa muak dan jengkelnya Ardan padanya.''Aku akan selalu ngikutin kamu, sampai kamu jadi milik aku sepenuhnya..." ujar Karissa lagi, dengan bibirnya yang tampak seksi menggoda, tersenyum mengembang, tapi suaranya terdengar jelas dan tegas, ''Makanya, Indra... Udah, dong... main tarik ulurnya... Apa kamu enggak capek terus lari dari aku...''''Rissa, gua punya mata... gua tahu, kalo lu juga nyadar kalo lu enggak akan pernah bisa dapet apa yang elo mau dari gue...'' seru Ardan sambil sekali lagi dia mendorong Karissa yang mencoba maju mendekatinya dengan genit.''Hm... enggak tuh... Karissa Ayu Mahendra... selalu dapet apa yang dia mau... kalo enggak...'' sahut Karissa masih dengan tingkah polah yang sama dan juga kepercayaan dirinya yang melambung tinggi. Kalimat terakhir Karissa terjeda dengan senyum penuh arti tersemat di bibir Karissa yang secara nyata memberi peringatan pada Ardan.
Ardan pergi setelah mengusir Karissa pergi. Tapi, kekesalan Aruna makin bertambah karena Ardan ternyata tidak pulang malam itu. Keesokan harinya hingga lewat tengah hari, puas Aruna menunggu Ardan yang masih juga belum kelihatan batang hidungnya. Hati Aruna yang kesal dengan kejadian wanita tidak dikenal memeluk suaminya dihadapannya, kalah oleh kecemasan karena suaminya tidak pulang semalam. Bukan memikirkan Karissa, tapi Aruna cemas akan keselamatan Ardan mengingat betapa berbahaya tugas yang diemban oleh suaminya. ''Lu ngapain, Run? Udah kek setrikaan konslet aja lu...'' ujar Gavin yang heran memperhatikan Aruna sejak matahari terbit. ''Resek, lu! Bukan bantuin... apa kek?!'' sahut Aruna yang jengkel. ''Nah! Apa yang mo dibantuin?! Lah gua aja kagak tauk, lu maunya apa?'' ''Bang Ardan, Om lu... kenapa kagak pulang?'' ''Baru juga semalem, Run... segitunya, lu kangen ama om gue...'' sahut Gavin, yang merasa terkecoh, dia pikir ada apa, ternyata hanya kerinduan istri, pikir Gavi
''Indra...'' lagi-lagi, Karissa melompat memeluk Ardan, ''Bagus, kamu datang. Lihat, keponakan kamu enggak sopan sama aku. Barusan aku dibentak sama dia, terus itu, adik tirinya, jutek banget sih...'' Gavin langsung ingin menjawab lagi saat mendengar rengekkan manja sikap genit Karissa yang menjijikkan di mata Gavin saat itu. Tapi, lagi-lagi di tahan oleh Ardan, ''Gavin, bawa masuk Aruna!'' seru Ardan memberi perintah pada Gavin untuk diam dan masuk saja kedalam menemani Aruna. Tentu saja Gavin kesal, tapi, sama seperti Aruna, Gavin juga tidak punya pilihan kecuali menurut. ''Ngapain lagi kamu ke sini?!'' seru Ardan dengan ketus sambil mendorong tubuh Karissa menjauh darinya. ''Indra, aku kan kangen sama kamu...'' ''Rissa, cukup!'' seru Ardan tegas, ''Aku udah bilang sama kamu, aku enggak punya rasa apa pun sama kamu.'' ''Kamu cuma malu, aku tahu kok... Ardan, aku udah bilang sama kamu. Jangan takut! Papa atau pun Kak Devon, mereka berdua enggak akan pernah menolak kemauanku. L