Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat tapi sulit sekali mendapat kontrak dari GOODNOVEL) PAMANKU SUAMIKU MENJEMPUT ISTRIKU DUNIA MANUSIA BUAS SUAMIKU YANG BERBAHAYA KARENA KEBODOHANKU, AKU HAMPIR KEHILANGAN SUAMIKU SINGA BETINA MILIKKU (sequel lanjutan dari WANITA UNTUK MANUSIA BUAS, hanya saja kali ini wanita dari DUNIA MANUSIA BUAS yang terlempar ke DUNIA MODERN dan bertemu dengan CEO gahar.
Aruna yang masih linglung, sekarang sibuk berkutat dengan pemikirannya tentang semua yang di katakan Ardan belum lama tadi. Walau dia masih memikirkan berbagai hal di kepalanya, tapi tangannya tetap cekatan meneruskan apa yang sudah jadi kegiatannya sehari-hari.Setelah perdebatannya dengan Ardan perihal pindah kamar, Ardan bersiap-siap hendak pergi. Dia berdandan dengan hati gembira ria, dia membiarkan saja tingkah istrinya yang kerepotan dengan pemikirannya sendiri di dapur.''Run, Abang harus pergi, ada urusan...'' ujar Ardan hendak berpamitan, dia sedikit mengeraskan suaranya karena dia ada di ruang tengah.''Ha!'' seru Aruna menjawab dari dapur, ''Abang mau pergi?'' tanya Aruna setelah berjalan cepat menyusul dari dapur untuk menghampiri Ardan yang berpamitan padanya.Ardan mendongak melihat Aruna yang sibuk mengelap tangannya karena sedang cuci piring tadi, lalu dia mengangguk menjawab Aruna.''Lama gak bang?'' tanya Aruna kemudian, dengan wajah sedikit cemas.''Kok, mukanya begi
Wanita cantik nan modis menerjang suami dan memeluknya di depan mata, tentu saja, itu sangat menggoda Aruna untuk segera menjambak rambut wanita tidak sopan yang dicat pirang diujung-ujungnya.Aruna menatap tajam kepada dua sejoli yang berpelukan di hadapannya. Dia diam tak berkomentar, tapi tatapan mata Aruna pada Ardan yang juga saat itu sedang menatapnya, sempat membuat Ardan terkejut. Bak sinar laser, tatapan Aruna jelas memberi peringatan keras pada Ardan tanpa harus menutup-nutupinya ataupun merasa gengsi.Degup jantung Ardan langsung bereaksi, keringat dingin juga meluncur di pelipisnya.''Mampus! Nyonya besar bisa ngamuk nih... kemaren aja, si Kojer dibentak ama nih anak... apalagi cewek tengil kek si Karissa...'' ujar Ardan bergumam di dalam hatinya memikirkan tindakan apa yang akan ambil oleh istri kecilnya.Ardan dengan cekatan segera mendorong tubuh Karissa, saat melihat Aruna bersiap mengambil tindakan.''Ihh... Indra kasar...'' ujar Karissa saat tubuhnya berusaha stabil k
Tentu saja, Ardan menepis perlakuan genit Karissa dengan kasar. Tapi, Karissa seolah tidak melihat betapa muak dan jengkelnya Ardan padanya.''Aku akan selalu ngikutin kamu, sampai kamu jadi milik aku sepenuhnya..." ujar Karissa lagi, dengan bibirnya yang tampak seksi menggoda, tersenyum mengembang, tapi suaranya terdengar jelas dan tegas, ''Makanya, Indra... Udah, dong... main tarik ulurnya... Apa kamu enggak capek terus lari dari aku...''''Rissa, gua punya mata... gua tahu, kalo lu juga nyadar kalo lu enggak akan pernah bisa dapet apa yang elo mau dari gue...'' seru Ardan sambil sekali lagi dia mendorong Karissa yang mencoba maju mendekatinya dengan genit.''Hm... enggak tuh... Karissa Ayu Mahendra... selalu dapet apa yang dia mau... kalo enggak...'' sahut Karissa masih dengan tingkah polah yang sama dan juga kepercayaan dirinya yang melambung tinggi. Kalimat terakhir Karissa terjeda dengan senyum penuh arti tersemat di bibir Karissa yang secara nyata memberi peringatan pada Ardan.
Ardan pergi setelah mengusir Karissa pergi. Tapi, kekesalan Aruna makin bertambah karena Ardan ternyata tidak pulang malam itu. Keesokan harinya hingga lewat tengah hari, puas Aruna menunggu Ardan yang masih juga belum kelihatan batang hidungnya. Hati Aruna yang kesal dengan kejadian wanita tidak dikenal memeluk suaminya dihadapannya, kalah oleh kecemasan karena suaminya tidak pulang semalam. Bukan memikirkan Karissa, tapi Aruna cemas akan keselamatan Ardan mengingat betapa berbahaya tugas yang diemban oleh suaminya. ''Lu ngapain, Run? Udah kek setrikaan konslet aja lu...'' ujar Gavin yang heran memperhatikan Aruna sejak matahari terbit. ''Resek, lu! Bukan bantuin... apa kek?!'' sahut Aruna yang jengkel. ''Nah! Apa yang mo dibantuin?! Lah gua aja kagak tauk, lu maunya apa?'' ''Bang Ardan, Om lu... kenapa kagak pulang?'' ''Baru juga semalem, Run... segitunya, lu kangen ama om gue...'' sahut Gavin, yang merasa terkecoh, dia pikir ada apa, ternyata hanya kerinduan istri, pikir Gavi
''Indra...'' lagi-lagi, Karissa melompat memeluk Ardan, ''Bagus, kamu datang. Lihat, keponakan kamu enggak sopan sama aku. Barusan aku dibentak sama dia, terus itu, adik tirinya, jutek banget sih...'' Gavin langsung ingin menjawab lagi saat mendengar rengekkan manja sikap genit Karissa yang menjijikkan di mata Gavin saat itu. Tapi, lagi-lagi di tahan oleh Ardan, ''Gavin, bawa masuk Aruna!'' seru Ardan memberi perintah pada Gavin untuk diam dan masuk saja kedalam menemani Aruna. Tentu saja Gavin kesal, tapi, sama seperti Aruna, Gavin juga tidak punya pilihan kecuali menurut. ''Ngapain lagi kamu ke sini?!'' seru Ardan dengan ketus sambil mendorong tubuh Karissa menjauh darinya. ''Indra, aku kan kangen sama kamu...'' ''Rissa, cukup!'' seru Ardan tegas, ''Aku udah bilang sama kamu, aku enggak punya rasa apa pun sama kamu.'' ''Kamu cuma malu, aku tahu kok... Ardan, aku udah bilang sama kamu. Jangan takut! Papa atau pun Kak Devon, mereka berdua enggak akan pernah menolak kemauanku. L
***** ''Run, siapa tuh cewek cakep?'' tanya Gavin saat masuk ke dalam menghampiri Aruna yang masuk ke dalam kamarnya. ''Kupinglu belom dikorek?!'' sahut Aruna ketus dengan ekspresi jengkel yang jelas terlihat, ''Kan tadi dia udah bilang, calon nyonya rumah.'' ''Yeey... lu sewot, sewot aja... Tapi, jan ama gua dong! Gue polos, lugu... Noh, ama Om gue, kakandamu, kalo mau ngamuk...'' ''Nah, lu ponakannya!'' ''Gue mah cuma ponakannya... nah, lu, bininya... kecolongan ama cabe kriting, ngamuknya ama gue...'' jawab Gavin tidak mau kalah. ''Cowok! Kagak yang mana, yang mana... sama aja... terong!'' umpat Aruna melampiaskan kekesalannya pada Gavin. ''Iya, cowok terong, cewek cabe... udah! Nih, serius gue... Lu tauk tuh cewek, Run? Siapa dia?'' ''Kagak! Tapi juga tauk...'' ''Buset dah, nih cewek... tauk, pa kagak?!'' ''Gue baru ketemu dia kemaren, persis kek gitu. Dia langsung nyerang om lu...'' ''Wuih, ganas juga, Run!'' sahut Gain santai menanggapiu Aruna, ''Elu, sih... kurang ag
Air mata yang menggantung ditahan sekuat tenaga agar tidak jatuh oleh Aruna. Tapi, sayangnya, batinnya tidak tahan dengan dilema yang tengah dirasakan hatinya.Tetes air mata pertama telah jatuh membuat Ardan semakin terenyuh dengan keadaan Aruna yang tertekan dengan tubuh gemetar.Ardan mengambil tindakan, dia bergerak secara perlahan, memeluk istri kecilnya yang sedang bersedih sekaligus juga kesal. Seorang wanita yang sedang dalam dilema, antara mempertahankan suaminya atau melepaskannya pada wanita yang pernah berhubungan dengan suaminya, sebelum mereka menikah karena keadaan.''Jangan begini bang!'' seru Aruna dengan suara lirih dalam dekapan Ardan, padahal ini adalah pelukan pertama, semenjak Ardan menikahi Aruna.''Apanya?'' tanya Ardan, dia sedikit terkejut dan juga bingung dengan ucapan Aruna barusan, ''Apanya yang jangan?!''''Kalau begini... Runa, akan semakin berat buat ngelepas Abang.''Ardan langsung memegang kedua bahu Aruna, melepaskan pelukannya dan menatap Aruna deng
''DIAM DI TEMPAT!'' seru salah satu aparat yang datang menggerebek salah satu gudang yang disinyalir menjadi tempat transaksi ilegal.''Kalian sudah dikepung, menyerahlah!'' tambah aparat lain.Terbelalak mata mereka melihat para petugas datang dengan penuh persiapan mengelilingi mereka dalam berbagai posisi siaga.DUARBeberapa senjata akhirnya meletus, entah karena reflek karena panik atau memang di sengaja karena ingin mempertahankan diri.''Bos, polisi!'' seru mereka hampir bersamaan sekaligus segera mencari tempat perlindungan dari peluru-peluru yang telah meluncur dari sarangnya.''Cabut!'' seru Daming memberi perintah.''Kemana?! Kita udah di kepung...''''Mau kabur kemana?!''''Brengsek!''''Bangsat!''''Sialan! Gimana bisa jadi begini...''Beberapa yang lain menggerutu dengan kesal, karena mereka tidak bisa kemana-mana lagi.''Pasti ada pengkhianat!''''Kenapa ngeliat ke gue, mesti ini dari elu!''''Enggak mungkin, pasti kerjaan elu, ini.''Dua kubu gangster yang hendak di gr