Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat tapi sulit sekali mendapat kontrak dari GOODNOVEL) PAMANKU SUAMIKU MENJEMPUT ISTRIKU DUNIA MANUSIA BUAS SUAMIKU YANG BERBAHAYA KARENA KEBODOHANKU, AKU HAMPIR KEHILANGAN SUAMIKU SINGA BETINA MILIKKU (sequel lanjutan dari WANITA UNTUK MANUSIA BUAS, hanya saja kali ini wanita dari DUNIA MANUSIA BUAS yang terlempar ke DUNIA MODERN dan bertemu dengan CEO gahar.
Laporan Mang Tatang pada ArdanFlashback...Dering bunyi panggilan telefon berderu di saku jaket Ardan, dia yang kala itu sedang dalam pembicaraan serius dengan beberapa orang. Ardan mengernyitkan dahi dan memicingkan matanya ketika membaca siapa yang memanggilnya.''Mang Tatang.'' Nama yang tertera, dan terhitung sudah lebih dari tiga panggilan. Dia hanya bisa melihat ke layar ponselnya, dia tidak bisa menjawabnya, di tengah meeting pentingnya, apa lagi ada big boss bersamanya.''Kenapa Ndra?'' tanya seorang pria dengan jas mahal tersemat di tubuhnya.''Spam!'' jawab Ardan acuh.''Jangan ilang fokus Ndra, ini misi penting!'' seru pria berjas mahal itu serius memperingatkan Ardan.''Iya, gue ngerti!'' lagi-lagi Ardan menjawab dengan lagaknya yang cuek.''Gue enggak percaya ama yang laen, kecuali elu...'' ujar pria berjas itu.''Gue tauk!'' seru Ardan menyahut dengan nada ketus, ''Engak usah juga diulang-ulang... Capek gue dengernya!''''Ngambek?!'' seru pria berjas itu meledek.Pria ti
Kekesalan GavinKembali di saat Ardan menginterogasi Aruna, di bab 45.''Mang Tatang yang kasih tahu, tapi, Mang Tatang enggak tahu siapa yang bikin... Runa pasti tahu. Kelakuan siapa sampe merah begini?'' tanya Ardan serius, ''Vin, elu di rumah, elu enggak tahu?!'' seru Ardan melirik serius pada Gavin.''Apa'an? Emang si Runa kenapa?'' tanya Gavin kebingungan, dia juga merasa tidak enak dengan penampakan Ardan yang sangat berbeda dari biasanya.''Elu kagak tahu...''''Enggak bang...'' jawab Aruna dengan segera, dia merasa tidak enak pada Gavin karena Ardan bertanya dengan nada yang sangat tidak enak didengar, ''Gavin emang lagi kagak di rumah, tapi, Runa enggak apa-apa kok...''''Aruna serius!'' seru Ardan menghardik Aruna dengan ekspresi serius, ''Bukan masalah Runa enggak apa-apa ato kenapa-napa! Tapi itu namanya ikut campur dalam urusan rumah tangga... Siapa dia?! Maen tampar-tampar aja suka hati dia...''''Ha?!'' pekik Gavin terkejut, ''Tampar?! Elu di tampar Run? Ama siapa?'' tan
Perseteruan dengan kerabat bag 1Ardan, Aruna, Gavin, dan si kembar kembali dari pusat perbelanjaan. Mereka makan di resto, lalu setelah itu membeli susu dan popok untuk si kembar, mereka juga membeli beberapa keperluan rumah tangga. Sekitar pukul sembilan mereka kembali ke rumah, dan ternyata, beberapa kerabat mereka telah berkumpul di teras depan rumah.Ternyata sesampainya di rumah, beberapa sanak keluarganya menunggu di rumah. Ardan sudah merasakan hal yang tidak enak melihat kehadiran mereka semua di rumah kala itu."Assalamualaikum..." sapa Ardan pada mereka yang tengah duduk di teras rumahnya."Waalaikum salam..." jawab mereka hampir berbarengan."Abis dari mana Dan?" tanya Aminah, dia salah satu sepupu Ardan dari pihak kakek ayahnya, dia seumuran dengannya."Belanja kebutuhan di rumah, tadi susunya bocah abis, jadi sekalian..." jawab Ardan.Ardan kemudian memberi mereka kode untuk tenang karena Gavin hendak keluar membawa Raffa, lalu Aruna juga menyusul turun, Ardan membantunya
Perseteruan dengan kerabat bag 2''Yah... Enggak sih... Dan! Gavin!'' jawab Toto dengan wajah terkejut dan malu.''Enggak apa-apa sih...'' ujar Rico yang juga memiliki ekspresi tidak jauh berbeda.''Iya... Ini pan rumah bapak lu juga, Dan, sebelumnya...'' ujar Hasan dengan wajah kecewa, ''Sekarang ya di tempatin ama elu, ama Gavin juga.''''Lah, pan emang dari dulu juga Om Ardan di sini?!'' sahut Gavin menimpali.''Iya, kita juga tahu, entu... Tapi, pan si Ardan udah lama enggak ada di rumah...''''Biarpun begitu, pan ada Gavin... Gavin enggak punya niatan mau kemana-mana...'' sahut Gavin lagi, dengan tegas dia menegaskannya.''Iya... Iya... Vin, kita tauk...''''Nah, terus apa masalahnya?'' tanya Gavin dengan sengaja, ''Gavin bukan bocah... Udah gede, udah kagak lagi kudu di momong kek bayi!''''Lah kok elu nyolot Vin?!''''Kagak nyolot, Cing... Gavin cuma ngasih tahu... Jangan Baper napa!'' seru Gavin tidak mau kalah.Dia sudah jengah, dia ingin segera menyudahi pembicaraan yang dia
Perseteruan dengan kerabat bag 3Ketegangan di antara Ardan, Gavin dan para kerabatnya semakin menjadi, perdebatan mereka juga jadi semakin panas. Tampak jelas mereka sudah semakin emosi walau begitu kedua paman dan keponakan ini saling menyemangati untuk berusaha menghadapi mereka dengan tenang dan tidak terpancing oleh amarah.''Lu jangan pura-pura bego, Dan! Kenapa, mentang-mentang elu punya pendidikan tinggi sok-sok'an mau ngetes kita?!''Mereka menghardik Ardan dengan ekspresi marah, nada suara mereka juga sudah tidak lagi terdengar lembut.''Bukan begitu bang... Kita pan dari tadi muter-muter enggak ketemu ujungnya. Biar clear aja, jadi kita juga enggak salah paham!'' Ardan mengalah, dia tetap tenang agar masalah bisa segera selesai.''Iya, cang... Kan kagak enak, kalo kita-kita sodara tapi malah pada tegang gegara masalah yang belom jelas...'' sahut Gavin ikut bicara.''Elu Gavin, biarpun elu juga bukan anak-anak. Tapi, tetep aja... Elu masih bego sama hal kek gini. Sedikit, gue
Istri di depan mataArdan kemudian dengan kode tangannya dia meminta Aruna bangun dan mengikutinya. Aruna menurut dan mengikuti Ardan berjalan ke kamarnya. Dengan lembut Ardan menarik Aruna duduk di tempat tidurnya. Aruna menurut, dia duduk bersila di atas tempat tidur berhadapan dengan Ardan.''Sedih?'' tanya Ardan sambil menyibak rambut Aruna, tapi Aruna hanya mengangkat bahu menjawabnya.''Jangan!'' seru Ardan, Runa gak boleh sedih, marahnya, juga di tahan yah...'' tambah Ardan sambil membelai rambutnya.''Terus bang Ardan?!'' seru Aruna bertanya, dia melihat wajah Ardan yang tegang.''Sama, lagi mencoba bersabar...'' jawab Ardan kemudian menepuk puncak kepala Aruna dan tersenyum padanya.''Sabar... Ini cuma sementara, mereka salah paham... Pelan-pelan entar abang beresin,'' ujar Ardan lagi menambahkan kalimatnya.''Eum...'' jawab Aruna singkat, dia mengangguk tanpa ada kata-kata atau ekspresi yang berarti dari wajahnya.''Mo kemana?'' tanya Ardan yang langsung memegang lutut Aruna
Peringatan Karsih untuk Aruna''Run, Om Ardan pergi?'' tanya Gavin saat menyeruput mocachinonya pagi itu.''Iya,'' jawab Aruna singkat.''Kemana? Pantesin, subuh tadi gue cariin, enggak keliatan...''''Biasa...'' jawab Aruna menjeda kalimatnya, ''TUGAS!'' tambah Aruna lagi tapi hanya menggerakkan mulutnya saja tanpa bersuara.Atas permintaan Aruna, Ardan juga telah menceritakan pada Gavin, kalau Ardan masih aktif sebagai perwira militer. Hanya saja sejak tujuh tahun yang lalu, Ardan bergerak di lapangan dengan misi khusus. Dia melakukan tugas khusus penyamaran, menjadi salah satu anggota mafia kerah putih yang paling disegani.Awalnya, Gavin sempat bergembira, tapi, setelah tahu risiko yang akan di dapat pamannya, Gavin di buat dilemma. Aruna yang paling di cemaskan olehnya, pernikahannya karena di jodohkan, tapi, ternyata, Aruna harus selalu siap jika Ardan gugur sewaktu-waktu ketika menjalankan tugas. Seperti sekarang, mata Gavin sayu menatap Aruna yang masih sangat belia untuk menja
Kemarahan Kartiah bag 1Riuh ramai terlihat di dalam sebuah rumah bergaya Banten yang juga terdapat sentuhan modern di sebuah perkampungan. Keributan terdengar bahkan sampai keluar rumah, keributan yang di buat oleh tiga wanita yang terlibat adu mulut dari dalam rumah.''Cing... Tolong cing, apa enggak bisa di omong bebaek?!'' seru Aruna bertanya, dia masih berusaha bernegosiasi dengan kerabatnya yang sudah terbakar emosi.''Kan, gue udah bilang kemaren... Malah lu komporin apa si Ardan?!'' seru Kartiah memekik tidak peduli pada ucapan Aruna.''Teh! Tenang dulu, pelan-pelan...'' ujar Karsih menenangkan Kartiah yang sejak dia masuk rumah tadi sudah marah-marah dengan Aruna.''Alah!''seru Kartiah menghardik sembari menepis tangan Karsih yang memintanya duduk, ''Tenang apanya?!'' seru Kartiah sembari melotot pada Karsih, ''Lu juga Sih, kenapa malah lu belain ni perempuan sundel...''''Bukan negbelain...'' seru Karsih yang akhirnya juga meninggikan suaranya, ''Baru juga mo di tanyain, nah