Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat tapi sulit sekali mendapat kontrak dari GOODNOVEL) PAMANKU SUAMIKU MENJEMPUT ISTRIKU DUNIA MANUSIA BUAS SUAMIKU YANG BERBAHAYA KARENA KEBODOHANKU, AKU HAMPIR KEHILANGAN SUAMIKU SINGA BETINA MILIKKU (sequel lanjutan dari WANITA UNTUK MANUSIA BUAS, hanya saja kali ini wanita dari DUNIA MANUSIA BUAS yang terlempar ke DUNIA MODERN dan bertemu dengan CEO gahar.
Peringatan Karsih untuk Aruna''Run, Om Ardan pergi?'' tanya Gavin saat menyeruput mocachinonya pagi itu.''Iya,'' jawab Aruna singkat.''Kemana? Pantesin, subuh tadi gue cariin, enggak keliatan...''''Biasa...'' jawab Aruna menjeda kalimatnya, ''TUGAS!'' tambah Aruna lagi tapi hanya menggerakkan mulutnya saja tanpa bersuara.Atas permintaan Aruna, Ardan juga telah menceritakan pada Gavin, kalau Ardan masih aktif sebagai perwira militer. Hanya saja sejak tujuh tahun yang lalu, Ardan bergerak di lapangan dengan misi khusus. Dia melakukan tugas khusus penyamaran, menjadi salah satu anggota mafia kerah putih yang paling disegani.Awalnya, Gavin sempat bergembira, tapi, setelah tahu risiko yang akan di dapat pamannya, Gavin di buat dilemma. Aruna yang paling di cemaskan olehnya, pernikahannya karena di jodohkan, tapi, ternyata, Aruna harus selalu siap jika Ardan gugur sewaktu-waktu ketika menjalankan tugas. Seperti sekarang, mata Gavin sayu menatap Aruna yang masih sangat belia untuk menja
Kemarahan Kartiah bag 1Riuh ramai terlihat di dalam sebuah rumah bergaya Banten yang juga terdapat sentuhan modern di sebuah perkampungan. Keributan terdengar bahkan sampai keluar rumah, keributan yang di buat oleh tiga wanita yang terlibat adu mulut dari dalam rumah.''Cing... Tolong cing, apa enggak bisa di omong bebaek?!'' seru Aruna bertanya, dia masih berusaha bernegosiasi dengan kerabatnya yang sudah terbakar emosi.''Kan, gue udah bilang kemaren... Malah lu komporin apa si Ardan?!'' seru Kartiah memekik tidak peduli pada ucapan Aruna.''Teh! Tenang dulu, pelan-pelan...'' ujar Karsih menenangkan Kartiah yang sejak dia masuk rumah tadi sudah marah-marah dengan Aruna.''Alah!''seru Kartiah menghardik sembari menepis tangan Karsih yang memintanya duduk, ''Tenang apanya?!'' seru Kartiah sembari melotot pada Karsih, ''Lu juga Sih, kenapa malah lu belain ni perempuan sundel...''''Bukan negbelain...'' seru Karsih yang akhirnya juga meninggikan suaranya, ''Baru juga mo di tanyain, nah
Kemarahan Kartiah bag 2Perdebatan dua wanita berbeda generasi itu semakin memanas, suara mereka yang melengking mengganggu dua bayi kecil yang tertidur. Karsih berusaha mendiamkan dan menenangkan mereka kembali, tapi, usahanya tampak sia-sia karena Aruna dan Kartiah tetap saja saling meneriaki satu sama lain.''Kenapa?! Suka apa enggak, itu kenyataan! Lu, itu cuma perempuan sundel murahan, Cabe-cabean! Cuma, si Arga aja yang beg0, dia kepincut ama rayuan emak lu... Pake duit 'kan?! Dia nutup-nutupin kesalahan lu... Emak sama anak sama-sama tukang ngerayu...''''Jaga tu mulut, Cing!'' seru Aruna menyambar, memotong ucapan Kartiah, ''Encing emang lebih tua, tapi, bukan berarti bisa seenaknya!'' seru Aruna sembari melotot menatap Kartiah, ''Runa enggak suka Encing jelek-jelekin emak ama bapak, kalo enggak tahu apa-apa mending DIAM! Jangan ngomong sembarangan! Runa juga bisa main kasar...''''Main kasar?! Coba aja, kau kira gua aku takut, L0nte murahan kek lu, bukan lawan gue...''Seketik
Aruna di arakMendengar ucapan Kartiah mereka yang tadinya merasa simpati dengan Aruna, sekarang mulai kasak-kusuk dan membenarkan apa yang di katakan Kartiah. Orang yang berkumpul berkerumun itu mulai melihat Aruna dengan tatapan berbeda, beberapa bahkan sudah mulai mengeluarkan kata-kata merendahkan Aruna. Hal itu membuat Aruna semakin terpojok, dia sendirian, di tuding tuduhan telah berzina.''Enggak... Itu semua... Enggak bener... Itu bohong... Aruna... Enggak begitu... Aruna sama Bang Ard...''Aruna berusaha membela diri dengan suara parau yang terbata-bata, nafasnya tersengal-sengal menghadapi penghakiman banyak orang yang berkerumun. Tubuhnya terus gemetaran tak kuasa menghadapi puluhan orang yang menatapnya dengan pandangan merendahkan dirinya sebagai seorang wanita.''Heh... Maling mana yang mau ngaku!'' seru Kartiah kembali memotong kalimat Aruna yang berusaha membela diri.Nenek Halimah tak kuasa menenangkan kemarahan Kartiah yang memprovokasi masyarakat yang akhirnya berkum
Ardan KalapSuasana riuh penuh sorak sebelumnya tiba-tiba senyap dengan bisik ketakutan mengiringi, orang-orang yang berkumpul terhenyak dengan pemandangan mengerikan Ardan yang siap mematahkan leher Fahri. Menjejal kaki dan tangannya meronta ingin melepaskan diri dari cengkeraman tangan Ardan.''Fahri, buat Aruna, Gua enggak bakal diem sama kelakuan lu! Lu mau lagu apa juga selama ini gua diemin aja ... Tapi, enggak! Kalo lu cari perkara ama keluarga gue...'' seru Ardan memperingatkan tanpa melepaskan cengkeraman tangannya di leher Fahri.Apa yang Ardan lakukan membuat mereka yang melihat bergidik ketakutan, aura yang terlihat darinya sangat mengerikan.Gavin terkesima, dia terperangah melihat pamannya yang terbiasa berkelakar dengan Aruna dan dirinya tampak mengerikan dengan kemarahan. Aruna tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya bisa menitikkan air mata melihat suaminya yang kalap.''Riki, Rio. Jan diem aja, kalo enggak mati si Fahri nanti ama si Ardan!'' seru Karsih sembari memeluk
Aruna masuk rumah sakit lagi**Ardan duduk di samping Aruna yang tertidur tak sadarkan diri di tempat tidur IGD Rumah Sakit. Gavin mengambil alih tugas mengurus keperluan administrasi untuk Aruna."Belom juga seratus hari, apa yang di pikirin Bang Arga bener kejadian... Maafin abang, Run. Harusnya, abang bisa cegah semuanya..." keluh Ardan menyesali semuanya."Om... Bukan maksud kita buat sembunyiin, emang timingnya aja yang enggak pernah ada... Ya, kali, kita mau gelar resepsi nikah pas lagi berkabung!'' seru Gavin menanggapi keluhan Ardan.''Iya, Runa juga ngerti... Niatnya, gue cuma mau selametan kecil-kecilan tapi entar kalau udah lewat empat puluh hari...'' sahut Ardan.''Huft...'' Gavin mendengus kasar, ''Enggak kebayang, gimana jadinya kalau Cing Karsih enggak ngabarin.''''Lu ngebut?!'' seru Ardan melihat tubuh Gavin kotor dan penuh luka di satu sisi.''Hum!'' seru Gavin sambil mengangguk, ''Jatoh tadi, untungnya pas di belokan sepi... Enggak konsen bawa motor,'' jawab Gavin d
Pindah kamarSegera setelah kejadian Aruna di arak, Kakek Wawan, Nenek Halimah, Karsih, Darman, mereka sibuk klarifikasi sana-sini. Sampai akhirnya, Ardan dan Gavin meminta Pak Ustad dan Pak Amil mengumpulkan hampir seluruh warga setelah selesai shalat Isya. Pak RT tidak hadir karena sedang puang kampung. Segera setelah warga berkumpul, Pak Amil, dan juga Pak Ustad bertausiyah menasihati mereka semua agar tidak lagi melakukan persekusi seperti yang mereka lakukan siang tadi. Pak Ustad dan Pak Amil juga menggunakan moment itu, untuk mengumumkan dan menjelaskan bagaimana kejadian yang sebenarnya saat Aruna dan Ardan menikah secara mendadak.Segera setelahnya, Kartiah dan Rustam yang paling malu. Mereka terlalu gengsi untuk meminta maaf dan malah selalu beralasan untuk membela diri. Pada akhirnya, mereka hanya bisa menunduk saat melewati orang-orang yang mulai selalu bergunjing atau pun mencibir saat melihat Rustam, Kartiah, atau pun Fahri.Aruna pulang dari rumah sakit setelah tiga hari
Pembicaraan Ardan dan GavinGavin bingung dengan kejadian tadi sore yang membuat hatinya tidak nyaman, sampai setelah selesai sholat Isya berjamaah dimasjid, akhirnya Gavin membulatkan tekad. Di tengah kebingungannya, Gavin akhirnya memutuskan untuk mendekati pamannya. Sebetulnya untuk sekarang ini, apa lagi setelah melihat bagaimana wajah asli Ardan saat marah beberapa hari yang lalu. Gavin lebih nyaman bicara dengan Aruna. Tapi, dia sadar, Aruna bukan lagi adiknya sekarang, tapi, seorang istri. Dia harus mulai jaga jarak, karena adiknya telah menjadi hak pria sudah menjadi suaminya.TOK TOK TOK''Om, Gavin mau ngomong...''''Masuk, Vin!''Setelah mendengar aba-aba, Gavin membuka pintu kamar Ardan kemudian duduk di atas tempat tidur Ardan.''Kenapa Vin?'' tanya Ardan yang sibuk di atas meja belajarnya memperhatikan laptop dan gawai, kemudian menuliskan sesuatu di atas kertas, entah apa yang sedang di kerjakan Ardan.''Om, maaf... Gavin enggak maksud ikut campur. Tapi, berhubung nama G