Hai, aku wolfy... Penulis cerita ini. Simak juga ceritaku yang lainnya... WANITA UNTUK MANUSIA BUAS (sudah tamat tapi sulit sekali mendapat kontrak dari GOODNOVEL) PAMANKU SUAMIKU MENJEMPUT ISTRIKU DUNIA MANUSIA BUAS SUAMIKU YANG BERBAHAYA KARENA KEBODOHANKU, AKU HAMPIR KEHILANGAN SUAMIKU SINGA BETINA MILIKKU (sequel lanjutan dari WANITA UNTUK MANUSIA BUAS, hanya saja kali ini wanita dari DUNIA MANUSIA BUAS yang terlempar ke DUNIA MODERN dan bertemu dengan CEO gahar.
Perseteruan dengan kerabat bag 2''Yah... Enggak sih... Dan! Gavin!'' jawab Toto dengan wajah terkejut dan malu.''Enggak apa-apa sih...'' ujar Rico yang juga memiliki ekspresi tidak jauh berbeda.''Iya... Ini pan rumah bapak lu juga, Dan, sebelumnya...'' ujar Hasan dengan wajah kecewa, ''Sekarang ya di tempatin ama elu, ama Gavin juga.''''Lah, pan emang dari dulu juga Om Ardan di sini?!'' sahut Gavin menimpali.''Iya, kita juga tahu, entu... Tapi, pan si Ardan udah lama enggak ada di rumah...''''Biarpun begitu, pan ada Gavin... Gavin enggak punya niatan mau kemana-mana...'' sahut Gavin lagi, dengan tegas dia menegaskannya.''Iya... Iya... Vin, kita tauk...''''Nah, terus apa masalahnya?'' tanya Gavin dengan sengaja, ''Gavin bukan bocah... Udah gede, udah kagak lagi kudu di momong kek bayi!''''Lah kok elu nyolot Vin?!''''Kagak nyolot, Cing... Gavin cuma ngasih tahu... Jangan Baper napa!'' seru Gavin tidak mau kalah.Dia sudah jengah, dia ingin segera menyudahi pembicaraan yang dia
Perseteruan dengan kerabat bag 3Ketegangan di antara Ardan, Gavin dan para kerabatnya semakin menjadi, perdebatan mereka juga jadi semakin panas. Tampak jelas mereka sudah semakin emosi walau begitu kedua paman dan keponakan ini saling menyemangati untuk berusaha menghadapi mereka dengan tenang dan tidak terpancing oleh amarah.''Lu jangan pura-pura bego, Dan! Kenapa, mentang-mentang elu punya pendidikan tinggi sok-sok'an mau ngetes kita?!''Mereka menghardik Ardan dengan ekspresi marah, nada suara mereka juga sudah tidak lagi terdengar lembut.''Bukan begitu bang... Kita pan dari tadi muter-muter enggak ketemu ujungnya. Biar clear aja, jadi kita juga enggak salah paham!'' Ardan mengalah, dia tetap tenang agar masalah bisa segera selesai.''Iya, cang... Kan kagak enak, kalo kita-kita sodara tapi malah pada tegang gegara masalah yang belom jelas...'' sahut Gavin ikut bicara.''Elu Gavin, biarpun elu juga bukan anak-anak. Tapi, tetep aja... Elu masih bego sama hal kek gini. Sedikit, gue
Istri di depan mataArdan kemudian dengan kode tangannya dia meminta Aruna bangun dan mengikutinya. Aruna menurut dan mengikuti Ardan berjalan ke kamarnya. Dengan lembut Ardan menarik Aruna duduk di tempat tidurnya. Aruna menurut, dia duduk bersila di atas tempat tidur berhadapan dengan Ardan.''Sedih?'' tanya Ardan sambil menyibak rambut Aruna, tapi Aruna hanya mengangkat bahu menjawabnya.''Jangan!'' seru Ardan, Runa gak boleh sedih, marahnya, juga di tahan yah...'' tambah Ardan sambil membelai rambutnya.''Terus bang Ardan?!'' seru Aruna bertanya, dia melihat wajah Ardan yang tegang.''Sama, lagi mencoba bersabar...'' jawab Ardan kemudian menepuk puncak kepala Aruna dan tersenyum padanya.''Sabar... Ini cuma sementara, mereka salah paham... Pelan-pelan entar abang beresin,'' ujar Ardan lagi menambahkan kalimatnya.''Eum...'' jawab Aruna singkat, dia mengangguk tanpa ada kata-kata atau ekspresi yang berarti dari wajahnya.''Mo kemana?'' tanya Ardan yang langsung memegang lutut Aruna
Peringatan Karsih untuk Aruna''Run, Om Ardan pergi?'' tanya Gavin saat menyeruput mocachinonya pagi itu.''Iya,'' jawab Aruna singkat.''Kemana? Pantesin, subuh tadi gue cariin, enggak keliatan...''''Biasa...'' jawab Aruna menjeda kalimatnya, ''TUGAS!'' tambah Aruna lagi tapi hanya menggerakkan mulutnya saja tanpa bersuara.Atas permintaan Aruna, Ardan juga telah menceritakan pada Gavin, kalau Ardan masih aktif sebagai perwira militer. Hanya saja sejak tujuh tahun yang lalu, Ardan bergerak di lapangan dengan misi khusus. Dia melakukan tugas khusus penyamaran, menjadi salah satu anggota mafia kerah putih yang paling disegani.Awalnya, Gavin sempat bergembira, tapi, setelah tahu risiko yang akan di dapat pamannya, Gavin di buat dilemma. Aruna yang paling di cemaskan olehnya, pernikahannya karena di jodohkan, tapi, ternyata, Aruna harus selalu siap jika Ardan gugur sewaktu-waktu ketika menjalankan tugas. Seperti sekarang, mata Gavin sayu menatap Aruna yang masih sangat belia untuk menja
Kemarahan Kartiah bag 1Riuh ramai terlihat di dalam sebuah rumah bergaya Banten yang juga terdapat sentuhan modern di sebuah perkampungan. Keributan terdengar bahkan sampai keluar rumah, keributan yang di buat oleh tiga wanita yang terlibat adu mulut dari dalam rumah.''Cing... Tolong cing, apa enggak bisa di omong bebaek?!'' seru Aruna bertanya, dia masih berusaha bernegosiasi dengan kerabatnya yang sudah terbakar emosi.''Kan, gue udah bilang kemaren... Malah lu komporin apa si Ardan?!'' seru Kartiah memekik tidak peduli pada ucapan Aruna.''Teh! Tenang dulu, pelan-pelan...'' ujar Karsih menenangkan Kartiah yang sejak dia masuk rumah tadi sudah marah-marah dengan Aruna.''Alah!''seru Kartiah menghardik sembari menepis tangan Karsih yang memintanya duduk, ''Tenang apanya?!'' seru Kartiah sembari melotot pada Karsih, ''Lu juga Sih, kenapa malah lu belain ni perempuan sundel...''''Bukan negbelain...'' seru Karsih yang akhirnya juga meninggikan suaranya, ''Baru juga mo di tanyain, nah
Kemarahan Kartiah bag 2Perdebatan dua wanita berbeda generasi itu semakin memanas, suara mereka yang melengking mengganggu dua bayi kecil yang tertidur. Karsih berusaha mendiamkan dan menenangkan mereka kembali, tapi, usahanya tampak sia-sia karena Aruna dan Kartiah tetap saja saling meneriaki satu sama lain.''Kenapa?! Suka apa enggak, itu kenyataan! Lu, itu cuma perempuan sundel murahan, Cabe-cabean! Cuma, si Arga aja yang beg0, dia kepincut ama rayuan emak lu... Pake duit 'kan?! Dia nutup-nutupin kesalahan lu... Emak sama anak sama-sama tukang ngerayu...''''Jaga tu mulut, Cing!'' seru Aruna menyambar, memotong ucapan Kartiah, ''Encing emang lebih tua, tapi, bukan berarti bisa seenaknya!'' seru Aruna sembari melotot menatap Kartiah, ''Runa enggak suka Encing jelek-jelekin emak ama bapak, kalo enggak tahu apa-apa mending DIAM! Jangan ngomong sembarangan! Runa juga bisa main kasar...''''Main kasar?! Coba aja, kau kira gua aku takut, L0nte murahan kek lu, bukan lawan gue...''Seketik
Aruna di arakMendengar ucapan Kartiah mereka yang tadinya merasa simpati dengan Aruna, sekarang mulai kasak-kusuk dan membenarkan apa yang di katakan Kartiah. Orang yang berkumpul berkerumun itu mulai melihat Aruna dengan tatapan berbeda, beberapa bahkan sudah mulai mengeluarkan kata-kata merendahkan Aruna. Hal itu membuat Aruna semakin terpojok, dia sendirian, di tuding tuduhan telah berzina.''Enggak... Itu semua... Enggak bener... Itu bohong... Aruna... Enggak begitu... Aruna sama Bang Ard...''Aruna berusaha membela diri dengan suara parau yang terbata-bata, nafasnya tersengal-sengal menghadapi penghakiman banyak orang yang berkerumun. Tubuhnya terus gemetaran tak kuasa menghadapi puluhan orang yang menatapnya dengan pandangan merendahkan dirinya sebagai seorang wanita.''Heh... Maling mana yang mau ngaku!'' seru Kartiah kembali memotong kalimat Aruna yang berusaha membela diri.Nenek Halimah tak kuasa menenangkan kemarahan Kartiah yang memprovokasi masyarakat yang akhirnya berkum
Ardan KalapSuasana riuh penuh sorak sebelumnya tiba-tiba senyap dengan bisik ketakutan mengiringi, orang-orang yang berkumpul terhenyak dengan pemandangan mengerikan Ardan yang siap mematahkan leher Fahri. Menjejal kaki dan tangannya meronta ingin melepaskan diri dari cengkeraman tangan Ardan.''Fahri, buat Aruna, Gua enggak bakal diem sama kelakuan lu! Lu mau lagu apa juga selama ini gua diemin aja ... Tapi, enggak! Kalo lu cari perkara ama keluarga gue...'' seru Ardan memperingatkan tanpa melepaskan cengkeraman tangannya di leher Fahri.Apa yang Ardan lakukan membuat mereka yang melihat bergidik ketakutan, aura yang terlihat darinya sangat mengerikan.Gavin terkesima, dia terperangah melihat pamannya yang terbiasa berkelakar dengan Aruna dan dirinya tampak mengerikan dengan kemarahan. Aruna tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya bisa menitikkan air mata melihat suaminya yang kalap.''Riki, Rio. Jan diem aja, kalo enggak mati si Fahri nanti ama si Ardan!'' seru Karsih sembari memeluk