“Kamu istirahat di sini ya, ada pakaian bersih punya cucu saya … kamu pakai aja dulu … nanti makan malam akan di antar asisten rumah tangga ke sini,” kata nenek Aura kepada Kevin, sungguh mulia sekali hati beliau.“Bu ….” Kevin menahan langkah nenek Aura yang telah membalikan badannya.Nenek Aura tidak jadi melangkah tapi juga tidak memutar tubuhnya kembali untuk bisa berhadapan menatap wajah Kevin.“Maafkan saya, Bu ….” Kevin berlutut menggunakan kedua kakinya hanya berjarak beberapa langkah dari belakang nenek Aura.“Pak Haris sudah puluhan tahun bekerja dengan kami, beliau sangat royal … jarang sekali cuti kecuali saat ada acara penting seperti saat kedua orang tua kamu menikah … pak Haris adalah orang kepercayaan keluarga Gunadhya … saya pikir kamu, cucunya juga akan seperti beliau ….” Nenek Aura menghentikan kalimatnya lantaran tidak sanggup menahan kesedihan yang tengah bergemuruh di dada.“Tapi saya salah … calon cicit saya harus kehilangan nyawa di tangan kamu, Kevin …,”
“Baby ….” Daddy King langsung bangkit dari kursinya, duduk di kursi samping mommy Kalila lalu membawanya dalam dekapan. “Ada apa? Apa yang terjadi?” cecar daddy King penuh rasa ingin tahu. “Kita kehilangan cucu kita … bahkan sebelum dia lahir ke dunia.” Mommy Kalila menjawab tapi malah membuat daddy King semakin bingung. Mommy Kalila menegakan punggung, tangannya terulur menarik tissue dari tempatnya di atas meja lantas mengeringkan jejak air mata di wajahnya setelah itu barulah menceritakan apa yang diceritakan kakek Narendra kepadanya. Daddy King sampai melongo, dia tidak percaya kalau Sienna tega melakukan itu. Beliau mengerti kalau nama baik keluarga Howard memang harus dijaga tapi keluarga Alterio maupun keluarga Gunadhya bisa menangani anak itu tanpa perlu publik tahu kalau itu adalah anaknya Evrard. Andaikan Sienna membiarkan anak itu tetap hidup, mungkin mommy Kalila dan daddy King akan bersimpati kepadanya dan mendukungnya dengan cara memberi nasihat kepada E
“Bodoh kamu! Kenapa kedua orang tuanya Evrard bisa tahu kalau aku yang membunuh janin itu? Apa kamu tidak bisa melakukan pekerjaan mudah ini dengan benar!” Sienna membentak seseorang di ujung panggilan telepon.Dia kesal sekali karena rencananya malah diketahui calon mertuanya.“Evrard memiliki paman seorang mafia, dia berhasil membantai habis orang-orangku … dan sepertinya orang yang aku suruh untuk meracuni wanita itu yang membocorkan semuanya … aku sedang mencarinya dan keluarganya sekarang …,” kata pria itu tidak ingin disalahkan dan dia juga sangat dendam kepada Kevin.“Aku enggak akan membayarmu, kamu enggak becus! Kamu menghancurkan hidupku!” Sienna menjerit histeris sembari menghentakan kakinya ke lantai mobil.“Habisi si jalang itu dengan cara paling masuk akal, buat seolah-olah kalau kematiannya seperti kecelakaan dan natural sehingga mereka tidak bisa menuduhku kalau kamu ingin aku membayarmu.” Sienna memutus sambungan telepon sepihak tanpa menunggu respon dari lawan bi
“Jadi kita pindahkan Lula menggunakan ambulance, drivernya adalah orang kepercayaan Om … kita akan kecoh mereka menggunakan dengan ambulan lain.” Om Arkana memberi tahu rencananya.Evrard menganggukan kepala setuju, dia pasrah menerima ide omnya mengingat om Arkana adalah mafia seperti daddy Bianco.“Kamu gunakan mobil Om untuk mengikuti Lula, ada di basement khusus Ditektur rumah sakit.” Om Arkana memberikan kunci mobilnya.“Kamu parkir di dekat pintu keluar, nanti akan ada kode dari driver ambulance yang harus kamu ikuti,” sambung om Arkana memberikan instruksi.“Iya Om.” Evrard menyimak dengan serius instruksi tersebut kemudian mereka berpisah.Evrard menuruni beberapa lantai menggunakan tangga darurat sedangkan om Arkana kembali ke ruang operasi.Om Arkana mendapati istrinya sedang memberikan pengarahan kepada beberapa petugas medis yang akan membawa Qailula dan yang akan menjadi pengecoh.Bagi mereka, suasana rumah sakit malam ini begitu mencekam karena tidak bisa membedak
Om Arkana sampai bersama mobil ambulan dan pihak medis untuk menindaklanjuti kecelakaan tersebut.“Bangun Ev, kita cari Lula sekarang.” Om Arkana menarik tubuh Evrard agar bangkit berdiri.“Lula dibawa orang-orang jahat itu Om … sepertinya mereka membawa Lula.” Evrard sudah tidak karuan, wajahnya sama kusut dengan kemejanya saat ini.“Om akan kerahkan orang untuk mencari Lula … kamu pulang sekarang, ya?” “Mana bisa aku tenang Om … anak aku mati, wanita yang aku cintai juga enggak jelas nasibnya … mana bisa aku pulang sekarang, Om!” seru Evrard dengan nada tinggi karena frustrasi.“Hubungi Sienna, bujuk dia agar setidaknya mau membiarkan Lula hidup … hanya itu jalan satu-satunya, Ev!” Om Arkana memberi saran.Evrard menundukan pandangan, tidak langsung mengikuti saran om Arkana karena dia sudah sangat membenci Sienna sampai ke tulang jadi tidak mungkin membujuk Sienna secara baik-baik.Bahkan bertemu atau mendengar suara Sienna saja saat ini Evrard tidak sudi.“Ev! Waktu terus
Qailula mengerjapkan mata perlahan, tubuhnya terasa lemah dan lemas saat sadarkan diri.Entah sudah berapa lama dia tertidur dan dia juga lupa apa yang terakhir kali terjadi sebelum kehilangan kesadaran. Sakit terasa menyengat di bagian intinya membuat ringisan pelan lolos dari bibir bersama pejaman mata erat.Terdengar suara heels mendekat, refleks Qailula membuka mata untuk mencari tahu sedang bersama siapa dan di mana dia saat ini.“B-bu Kalila ….” Suara Qailula bergetar, netranya membulat.Dia terlihat shock, yang ada di dalam benaknya mommy kesayangan Evrard itu ingin membuat perhitungan dengannya karena telah berani mengandung cucu beliau.“Istirahat aja,” kata mommy Kalila saat melihat gerak-gerik Qailula yang hendak bangun.Qailula lantas menyadari sesuatu, dia memindai sekeliling ruangan kemudian keningnya mengerut dalam.“Sa-saya di mana?” Qailula bertanya bingung.“Kamu ada di Italia … tepatnya di desa Bard, Valley d’Aosta dan kamu akan tinggal di sini … mungkin u
Mommy Kalila dan dady King keluar dari kamar, di ruang tamu rumah kecil itu ada Bianco yang kemudian bangkit dari sofa.Mereka bersama-sama masuk ke dalam mobil SUV mewah berwarna hitam meninggalkan rumah yang akan di huni Qailula entah sampai kapan.Mobil itu cukup luas dengan dua baris jok yang saling berhadapan di kabin belakangnya sehingga mereka bertiga bisa melanjutkan diskusi tentang Evrard dan Qailula.“Aku sudah menempatkan banyak orang terbaik untuk melindungi dia, setidaknya dia hidup meski tidak bisa bersama Evrard.” Bianco buka suara.“Sebenarnya aku enggak masalah kalaupun Evrard menikahi Lula tapi Evrard harus menyelesaikan dulu segala urusannya dengan Sienna … kalau memang Evrard merasa tidak mencintai Sienna lagi maka dia harus bisa membuat Sienna menerima itu.” Daddy King menimpali.“Dan menghilangnya Qailula seharusnya bisa membuat Sienna mengerti kalau keputusan yang diambil Evrard untuk berpisah karena memang sudah tidak mencintainya lagi bukan karena tergoda
“Kakek sudah menyembunyikan Kevin dan keluarganya, untuk sementara mereka aman—“ Kalimat kakek berhenti.“Kenapa Kakek menolong orang yang telah membunuh anak aku dan nyaris membunuh Lula, Kek.” Evrard tidak terima.“Kevin telah mengaku bersalah … dia cucu dari pak Haris-mantan kepala asisten rumah tangga Kakek yang telah mengabdi sampai empat puluh tahun lamanya … dan dia bisa jadi saksi bila dibutuhkan.” Kakek memberitahu alasannya.“Sienna enggak akan bisa kita tuntut, Kek … akan banyak korban lagi nanti ….” Evrard mengesah, punggungnya bersandar pada sandaran kursi meja makan.Sementara itu asisten nenek sedang menghidangkan sarapan pagi di meja makan.“Padahal Lula baik banget sama si Kevin, sering belain dia … aku enggak nyangka si Kevin tega.”“Lalu apa rencana kamu sekarang?” Kakek mengubah topik pembicaraan.“Seperti kata kakek tadi, aku harus menyelesaikan urusanku dengan Sienna.” Rahang Evrard mengetat tampak emosional.“Kamu bisa minta bantuan om Arkana ….” Kalima
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b