Mary terdiam, mendengar cerita gadis itu dengan perasaan yang campur aduk. ‘Apa iya Victor sebaik itu? Dia tidak meniduri Lucy, tapi justru menyelamatkannya. Hem... hampir sama dengan kisahnya bersama Jihan. Dia mencintai Jihan, tapi tidak pernah memaksa Jihan. Padahal jika dia ingin, ada banyak sek
*** "Halo, Olso. Apakah kau sedang sibuk?" tanya Kylie di seberang telepon. Sejenak, Olso menghela napas berat mendengar pertanyaan wanita itu. Ia merebahkan punggung pada sandaran kursi kerjanya sambil memegang ponsel yang menempel di telinga kanan. "Ya, seperti biasa, Kylie. Aku selalu sibuk be
Dalam waktu singkat, perusahaan yang dulunya berada di ambang kehancuran mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Penjualan meningkat, dan reputasi perusahaan mulai pulih. Dominic, selaku pemilik, sangat terkesan dengan perubahan yang terjadi di bawah kepemimpinan Victor. Ia menyadari bahwa keputusa
Mary terdiam mendengar jawaban sahabatnya. "Aku tidak ingin mengatur perasaanmu, karena itu semua adalah hakmu. Namun di sini, aku hanya ingin memberi sedikit masukan padamu. Jika bisa... sebaiknya kamu belajar untuk menerimanya. Kamu sedang hamil... dan kehamilanmu bertahan sampai hari ini artinya
*** Begitu menyudahi ciumannya, Victor menegakkan tubuhnya dan melangkah mengitari tempat tidur. Kini, pria itu berdiri di depan nakas. Ia mengeluarkan ponsel dan dompet dari saku celananya, lalu meletakkannya di atas nakas. "Tidurlah kalau mengantuk," ujar Victor, melirik sekilas kepada Mary. Wa
*** Di tengah heningnya suasana yang terbangun antara Victor dan Mary, tiba-tiba ponsel milik Victor bergetar di atas nakas. Mary, yang sebelumnya memeluk Victor dengan mata terpejam, langsung membuka kelopak matanya dengan cepat. Mary menjauhkan wajahnya dan mendongak, hingga tatapannya bertemu d
Victor tersenyum puas dalam hati. Ia membuka bibirnya, menjulurkan lidah, lalu menyapu puting berwarna merah muda itu berulang kali. "Sshhh… uhhh!" Mary melenguh nikmat. Tubuh polosnya menggelinjang lembut di pangkuan Victor. Victor kemudian memasukkan puting itu ke dalam mulutnya, mengulum dengan
Mary, dengan deru napas memburu, ia membuka mata ketika Victor mendekatinya, mengungkung tubuhnya yang kini terkulai lemas dengan napas yang belum sepenuhnya normal. Victor mengecup singkat bibirnya, lalu menjauh hingga tatapan mereka bertemu. Victor menahan bobot tubuhnya dengan satu tangan, semen
Mary berdiri di tengah kamar, memandangi suasana yang berantakan—selimut yang tergeletak di lantai, bantal yang tak pada tempatnya, dan meja kecil yang dipenuhi barang-barang. Pandangannya sempat kosong, tetapi ia menarik napas panjang, memutuskan untuk mulai merapikan kamar. Ia mengambil selimut y
Lucy dan Olso duduk di sofa di ruang tengah, tampak kebingungan. Mereka saling pandang, mencoba membaca situasi, tetapi tidak berani bertanya apa-apa. Mereka tidak tahu apa-apa soal kecurigaan Mary terhadap Victor, apalagi mengenai keterlibatan suaminya dalam kecelakaan yang menewaskan Nathan. Yang
*** Tubuh Dominic seketika membeku, matanya melebar karena keterkejutan yang tak dapat ia sembunyikan. Ponsel di tangannya hampir saja terlepas, tapi Hannah dengan cepat menangkapnya sebelum benar-benar jatuh. “Sayang, ada apa?” tanya Hannah, suaranya penuh kekhawatiran saat ia melihat ekspresi Do
Taman itu dipenuhi tanaman hijau subur, bunga-bunga bermekaran dalam berbagai warna—menambah keindahan suasana. Sebuah set kursi dan meja rotan dengan bantalan empuk berada di tengah ruangan, tempat semua orang berkumpul dengan santai. Di atas meja, beberapa cangkir teh telah terisi penuh dengan te
*** Usai mandi, Mary dan Victor bergegas bersiap-siap tanpa membuang waktu. Begitu semuanya selesai, mereka meninggalkan kamar yang terlihat berantakan dan langsung turun ke lantai dasar. Tidak seperti biasanya, Mary sengaja tidak merapikan kamarnya lebih dulu. Ia tak ingin membuat Nyonya Zaria, C
Mary menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan perasaan yang perlahan meledak. Tetapi sentuhan Victor, ciumannya, dan suara napasnya yang dekat begitu menggoda, membuatnya sulit berpikir jernih. Napas Mary semakin berat, dan ia tahu Victor sengaja memperlambat waktu mereka. Tanpa berkata apa-
Lucy menghentikan kegiatannya sejenak dan beralih menatap Nyonya Zaria. Senyum ramah mengembang di wajahnya. "Tidak, Bibi," jawab Lucy sopan sambil menggeleng pelan. "Aku hanya menyiapkan sarapan untuk kita saja, yang ada di rumah ini." Mendengar percakapan itu, Chiara yang sedang mengawasi Zack di
“Bagaimana bisa?” pikir Daisy dengan sesak yang menyelimuti dadanya. Apakah semua yang mereka lalui hanyalah kebohongan? Apakah malam-malam panjang yang mereka habiskan bersama, tawa, pelukan, bahkan cinta mereka, tak ada artinya bagi Nathan? Ia merasa begitu kecil, seolah semua pengorbanannya sia-
*** London, UK... Di dalam kamar yang kacau balau, pakaian berserakan di lantai—sebuah dress merah yang tergeletak kusut, bra yang terlempar ke sudut ruangan, celana dalam, boxer, hingga jas pria yang terbuka kancingnya. Aroma pagi yang intens masih tercium samar, tetapi suasana di dalam kamar itu