Biasanya, Victor tidak begitu tertarik dengan dada setiap wanita yang pernah dia tiduri sebelumnya. Namun, ketika bersama Mary, rasanya Victor tak ingin berhenti. Dia terus ingin menghisapnya hingga puas. Tok! Tok! Tok! Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar begitu menyebalkan di telinga Victor.
*** Mary awalnya berencana untuk berendam, tetapi tiba-tiba rasa malas menyergapnya, dan rencananya pun batal. Ia memilih untuk mandi seperti biasa, menikmati sensasi air hangat yang mengalir di tubuhnya yang telanjang. ‘Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika tadi aku tidak mengunc
Mary tertawa pelan sambil menyentuh lembut lengan atas Lucy. "Terima kasih banyak, Lucy. Tapi seharusnya kamu tidak perlu repot-repot begini. Aku bisa menyiapkan apapun yang aku mau sendiri. Aku bukan wanita sakit, dan aku sudah terbiasa mengurus semuanya sendiri," ucapnya. "Ah, saya minta maaf, No
Victor dan Mary keluar dari dapur menuju meja makan. Tiba di meja makan, Victor dengan sigap menarik salah kursi dan meminta Mary segera duduk. Kemudian ia menyusul. “Selamat pagi, Mrs. Marson,” seru Olso menyapa Mary dengan panggilan menggoda. Mrs. Marson? Mary segera mengalihkan pandangan kepada
*** Kehadiran Kylie pagi ini di kediaman Victor sontak merusak suasana yang sebelumnya tampak begitu damai dan menyenangkan. Kebiasaan buruk wanita itu adalah senang melakukan sesuatu sesuka hati tanpa memperdulikan bahwa orang disekitarnya merasa risih dengan tingkah lagunya. "Apa yang kau lakuka
Olso tahu bahwa ini bukan urusannya. Dia tidak berkewajiban untuk memberi penjelasan apapun kepada Mary. Namun, dia mengerti dari ekspresi yang terlihat di wajah wanita itu. Kehadiran Kylie pasti mengejutkan bagi Mary. Wanita itu pasti berpikir yang bukan-bukan tentang sahabatnya Victor. Meskipun O
Mary tertawa tanpa suara. Dia mengangguk pelan setuju dengan pemikiran gadis itu. Gadis muda yang menurut Mary sangat cerdas dan pemikirannya dewasa. Bahkan Mary juga menyadari jika pemikiran Lucy jauh lebih dewasa dibandingkan dirinya yang usianya lebih tua dari gadis itu. "Kamu benar, Lucy. Stres
Mary terdiam, mendengar cerita gadis itu dengan perasaan yang campur aduk. ‘Apa iya Victor sebaik itu? Dia tidak meniduri Lucy, tapi justru menyelamatkannya. Hem... hampir sama dengan kisahnya bersama Jihan. Dia mencintai Jihan, tapi tidak pernah memaksa Jihan. Padahal jika dia ingin, ada banyak sek
*** Hari itu penuh dengan aktivitas seru. Mereka menjelajahi jalur hiking pendek yang mudah untuk anak-anak, melewati hutan mangrove yang teduh. Zack bersama Calvin dan Valentin tampak kagum melihat kepiting kecil di sela-sela akar pohon, sementara Katty dan Cassandra sibuk mengumpulkan daun-daun u
*** Setibanya di lokasi camping, keluarga Victor dan Mary langsung terpukau oleh keindahan alam yang terbentang di hadapan mereka. Taman itu memiliki pemandangan yang memanjakan mata: pepohonan mangrove yang rimbun, udara segar dengan aroma laut yang khas, dan suara burung-burung yang berkicau merd
*** "Katty sudah dibantu oleh Daddy, Mom," jawab Zack sambil menunjuk ke arah luar rumah. Mary hanya mengangguk pelan, merasa lega mendengar semua sudah terkendali. Sementara itu, di halaman depan, Katty yang berusia tiga tahun tampak bersemangat membantu Victor memuat barang-barang ke dalam mobil
*** Empat Tahun Kemudian… Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah lima tahun usia pernikahan Mary dan Victor. Kehidupan mereka dipenuhi kebahagiaan, berkat cinta yang terus tumbuh dan keluarga kecil yang mereka bina bersama. Dari pernikahan mereka, Tuhan menganugerahi dua buah hati yang menj
*** Victor kemudian menegakkan tubuh, berdiri menjulang di hadapan Mary yang tengah terengah-engah. Kedua tangannya bergerak menurunkan celana serta boxer, kemudian berlanjut dengan kaos hitam yang melapisi tubuh atletisnya. Hingga kini, Victor berdiri dengan tubuh polos tanpa sehelai benang yang m
*** "Victor!" pekik Mary terkejut, tubuhnya memantul ringan saat ditempatkan di permukaan kayu yang dingin. Refleks, tangannya mencengkeram bahu kokoh suaminya, mencari keseimbangan. Victor menatapnya lekat, wajahnya begitu dekat hingga Mary bisa merasakan hangat napasnya. Ada intensitas di matany
*** Mary mengalihkan pandangannya ke dinding kamar, memperhatikan jam besar di sana. Jarum jam menunjukkan waktu yang sudah cukup larut. Ia menghela napas, menyadari suaminya masih saja sibuk di ruang kerja. "Sudah jam segini, tapi dia masih bekerja," gumamnya pelan, nada suaranya seperti protes ke
*** Langit Miami, Florida, kini telah diselimuti kegelapan malam. Mary, baru saja menyelesaikan ritual malamnya setelah menidurkan putra kecilnya, Zack. Anak lelaki itu telah lelap di kamarnya, meninggalkan keheningan di rumah mereka. Mary melangkah masuk ke dalam kamar mandi, membasuh wajahnya d
Dominic menghela napas panjang, seolah beban berat terangkat dari pundaknya. “Syukurlah,” gumamnya, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. Namun, matanya melirik sekilas ke arah Michael, seolah ingin memastikan reaksi menantunya. Michael, yang sedari tadi memperhatikan dengan seksama, memicing