Robert mengeratkan kepalan tangannya. Nafasnya naik turun karena emosi.
"Karena keluarga mereka yang telah membunuh ibumu Katya!!"
"Ayah!!" Kyle berteriak.
Katya memandang Kyle dan Ayahnya bergantian.
"Kakak.. apa benar?" Suara Katya tercekat saat bertanya pada Kyle. Katya memegang tangan dan menyorotnya tajam meminta penjelasan.
Kyle tidak menjawab, dia juga tidak membantah. Katya kemudian melihat Aeron. Air mata sudah mengalir dari sudut matanya. Kenapa situasinya jadi begini.
"Katya! Aku yakin itu tidak benar." Aeron berteriak maju, tapi masih ditahan Bodyguard Robert. "Tidak mungkin ayahku membunuh ibumu, mereka tidak saling mengenal."
"Cih.. tanyakan pada Ayahmu!" Robert mencibir, emosi kembali naik keatas kepalanya.
"Ayah, tapi ibu meninggal karena kecelakaan, Bukan karena dibunuh." Katya bergumam tidak percaya.
"Benar, dan kau tahu siapa yang di dalam mobil saat kecelakaan itu terjadi?" Robert sedikit termenung me
Danadyaksa Family MansionAeron masuk kedalam rumahnya dengan raut wajah penuh amarah."Dimana ayahku?" tanya Aeron pada salah satu pelayan di rumahnya."Tuan diruang kerja den." Jawabnya.Tidak menunggu lama Aeron bergegas keruang kerja ayahnya.Dengan membuka kasar pintunya Aeron menerobos masuk tanpa permisi."Ada apa?" Tanya Asher tanpa melihat kearah anaknya."Apa betul ayah yang membunuh tante Karen?" Tanya Aeron penuh emosi, ia menatap ayahnya. Menunggu jawaban.Asher hanya melirik sekilas dan matanya kembali pada berkas didepannya."Dengar dari mana kau?""Ayah Katya yang memberitahuku! Apa benar?!" Aeron berteriak sambil menggebrak meja kerja ayahnya.Asher hanya diam dan menyenderkan badannya kebelakang."Katakan padaku kalau semua itu bohong Ayah!" Aeron mulai frustasi.Asher melihat anaknya dan menghela nafas sebelum menjawab."Aku tidak membunuhnya, itu kecel
"Ibumu, Karenina Salim adalah pacarku sebelum ia bertemu ayahmu."Robert menatap marah pada Asher karena teringat masa lalu."Apa?""Mungkin itu yang ku pikirkan, karena aku tidak pernah menyatakan cinta padanya. Kami begitu saja menjalani hubungan tanpa komitmen apapun." lanjut Asher"Baiklah, akan ku jelaskan.""Aku dengan Karen teman saat SMA, aku sangat menyayangi Karen karena dia wanita yang baik dan lembut." ujar Asher.Asher mulai mendekati Katya dan duduk disebelah. "Tapi aku sudah meninggalkannya, karena ego ku.""Aku pergi untuk melanjutkan pendidikanku keluar negeri dan tidak memberinya kabar karena aku pengecut. Aku tidak mau menjanjikan apa-apa pada Karen karena aku sendiri tidak yakin pada perasaanku sendiri saat itu. Tapi setiap kali aku mengingatnya, setiap kali itu juga aku merindukannya. Tapi lama kelamaan aku terlalu sibuk dengan duniaku sendiri dan melupakannya. Bertahun-tahun aku pergi, sempat berfikir untuk menghubun
Martin Family MansionSemua orang terdiam saat Asher selesai berbicara. Termasuk Robert yang sedikit Shock.Apa benar begitu? Apakah Karen tidak mengkhianatinya? Atau ini hanya akal-akalan Asher yang tidak ingin disalahkan? Apa dia berbohong atau ini kebenarannya? Robert meragu sekarang."Ayah..." Katya mulai melihat ayahnya diujung kursi."Jadi ayah berfikir ibu telah mengkhianati ayah sampai ia meninggal?"Robert melihat Katya dengan sedih."Jadi semua ini karena perasaan kecewa ayah terhadap ibu?" tanya Katya lagi."Apa kau percaya dengan perkataannya, Bisa saja dia berbohong!" Robert mengelak."Kenapa tidak?! Siapa lagi yang bisa kita percayai Sedangkan ibu sudah meninggal! Kita tidak bisa menanyai orang yang sudah mati, ayah!" Katya sedikit emosi.Robert mulai terpancing."Apa karena dia ayah dari suami dan menerimamu dengan tangan terbuka, jadi kau membelanya dibanding ayahmu sendiri K
Martin Family MansionAeron berbalik dan menatap Katya tajam, "jadi apa maumu Katya?!" Tanyanya.Katya tidak terima karena Aeron bertanya dengan nada tinggi padanya. Tapi ia tidak bisa menahan keinginannya."Aku mau kamu disini menemaniku dikamar ini!" Teriaknya frustasi sambil menangis.Aeron terdiam beberapa saat, yang terdengar hanya isak tangis Katya yang menelusupkan kepalanya diantara kakinya yang terlipat.Aeron menghela nafas."Katya, kenapa kau menangis?" Aeron bertanya sedatar mungkin."Kenapa kau tidak mengerti Aeron?!" Jawabnya dengan terisak.Aeron memejamkan matanya agar tidak emosi, "baiklah.." hanya itu yang dikatakan Aeron kemudian ia berjalan keluar kamar.Katya mendengar suara langkah Aeron menjauh, iapun cepat mengangkat kepalanya dan melihat Aeron akan keluar."Mau kemana?" Tanyanya dengan suara menuntut."Aku akan meletakan ini dibawah dan memberitahu Axel." Aeron berbic
Kamu selalu berhasil membuatku hilang akal Katya!" Kemudian Aeron melumat bibir Katya setelah sekian lama, dibawah guyuran hangat air Shower.Tubuh Katya berbalik dan berhadapan dengan tubuh tinggi Aeron. Ia menerima ciuman Aeron dan membalasnya tidak kalah liar. Tangannya sudah melingkar di belakang leher suaminya itu. Lama mereka berciuman disertai guyuran air Shower.Sebelah Tangan Aeron berada di pinggang Katya menahan tubuhnya dan sebelahnya lagi terlepas dan mematikan air shower. Kemudian ciuman mereka berhenti karena kehabisan udara.Katya dan Aeron saling menatap mata masing-masing dengan nafas yang memburu naik turun. Serta rambut dan tubuh mereka yang basah membuat mereka masing-masing terlihat seksi.Aeron kembali mendekatkan wajahnya dengan Katya secara perlahan. Bibirnya kembali mendaratkan ciuman-ciuman kecil menggoda pada bibir Katya. Katya tersenyum kecil, kemudian perlahan membuka kancing baju Aeron Satu persatu dan membukanya.
International Hospital"Danadyaksa, bawa istri dan anakmu pergi dari sini sekarang juga!" Kembali perintah ayahnya terasa begitu menyakitkan untuk Katya.Tidak perlu waktu lama Katya mulai meneteskan Air mata, dan pergi berbalik keluar dari ruangan."Mommy..." Axel mengikuti Katya keluar dari ruangan perawatan Kakeknya.Aeron tidak langsung menyusul, ia melihat pada Robert dengan tatapan kecewa."Seharusnya anda tidak perlu berkata seperti itu pada putri anda sendiri om."Ujar Aeron.Robert tidak suka dengan nada bicara Aeron padanya."Tidak usah mengguruiku anak muda, lebih baik kau juga pergi dari sini secepatnya." Ucap sinis Robert."Tanpa anda suruh pun saya akan keluar. Tapi saya berharap anda tidak berkata dan melakukan hal yang dapat menyakiti Katya lagi. Semua yang dia lakukan, menyembunyikan kehamilannya, membesarkan cucu anda dan tidak memberitahu anda semua ini karena ia tidak ingin membebani an
Dharmawangsa Ballroom Hotel Para tamu sudah mulai berdatangan ke sebuah Ballroom Hotel ternama di Jakarta. Mereka akan menghadiri Ulang tahun perusahaan Diers Global yang telah berdiri hampir 50 tahun lamanya semenjak kakek buyut Aeron Danadyaksa mendirikan Diers Global. Disalah satu meja bulat disana, sudah berkumpul para rekan bisnis dari Diers Global. Seperti perwakilan perusahaan ayah Katya yang diwakilkan oleh Kyle Martin dan Dokter Dini. Ada juga Nino Fernandez dari Harold Inc. Dan juga kakak beradik Hartono sebagai perwakilan perusahaan ayah mereka. Tepat di meja samping mereka, meja untuk para pemilik perusahaan Diers Global. Diatas meja sudah tertulis nama nama siapa saja yang akan menempati kursi tersebut. "Kakak, lihat nama diatas meja itu." Sabina menunjukan sesuatu pada Biyan dengan dagunya. Otoma
Dharmawangsa Ballroom Hotel.Setelah acara utama akhirnya mereka bisa menikmati pesta dan makan makanan yang telah disediakan.Katya yang sedari tadi hanya duduk dan mendengarkan sekarang sudah mulai pegal dan mengelus perutnya dengan refleks. Aeron sedikit melirik dan mendekatkan wajahnya. "Kenapa? Apa ada yang sakit?" Tanya Aeron berbisik ditelinga Katya. Ia terlihat sedikit khawatirKatya menggeleng pelan. "Aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar." Jawabnya kemudian berdiri."Mau kemana?""Aku ke Toilet.""Tunggu, aku temani!" Aeron sudah setengah berdiri tapi ditahan Katya, "tidak perlu, kau jaga saja Axel disini." Katyapun langsung pergi dari meja keluar ballroom.Katya berjalan melewati meja yang berisi orang orang dan melihatnya dengan tatapan kagum karena kecantikannya.Didalam toilet