Home / Romansa / One Day In Your Life / Harga Sebuah Pernikahan

Share

Harga Sebuah Pernikahan

Author: Red Maira
last update Last Updated: 2021-02-20 07:15:57

Camilla membuka jendela hotel saat matahari mulai meninggi dan menyiram langit menjadi warna biru yang pudar. Udara pagi langsung menerpa wajahnya, terhirup oleh hidungnya lalu memberinya rasa segar yang nyaman. Ini adalah oksigen pertama yang keluar sebelum nantinya terkontaminasi oleh asap kendaraan dan asap dari cerobong pabrik. Meski begitu, suhu di pagi hari selalu terasa cukup dingin, membuat orang-orang harus tetap memakai mantel sekalipun hanya untuk membeli sabun di toko sebelah.

Camilla memandang ke bawah dari unit kamar hotelnya di lantai lima, tampak genangan air di beberapa ruas jalan akibat rembesan dari gorong-gorong yang tidak ditangani dengan baik. Seorang pria berjas hitam berjalan di trotoar dengan terburu-buru. Ia tak mempedulikan sepatunya yang basah karena menginjak setiap area yang becek. Seorang perempuan berjalan santai. Sambil merapatkan mantelnya, ia melihat-lihat barisan toko sayuran yang baru dibuka di ujung jalan sana. Sebuah mobil sedan lewat dengan kecepatan cukup kencang, menyisakan cipratan yang tak sengaja mengenai seorang remaja yang sedang berjalan di trotoar, hendak berangkat sekolah.

"Putta!" pekik remaja itu, dongkol. "Setan!" Ia mengusap-usap seragam putihnya yang menjadi kotor berlumuran bercak berwarna cokelat. Air mukanya sinis.

Camilla menggelengkan kepalanya melihat semua pemandangan itu. Ia mendongak ke atas, beberapa ekor tonggaret berkelepak, mencari-cari dahan rendah. Segaris angin berayun. Sayup-sayup, didengarnya senandung kelompok anak SMP yang beramai-ramai jalan kaki pergi ke sekolah.

Aku mencintaimu, engkau mencintaiku.

Jika ada cinta, masihkah ada kesedihan?

Aku hidupmu, engkau hidupku.

Jika kita bersama, masihkah engkau kesepian?

Lagu lama. Lagu paling bagus. Legenda segala usia.

"Kita harus kembali," desak Isaac sambil memakai celana panjangnya. Entah sudah berapa lama ia terbangun dan mendapati Camilla tengah melamun di bawah jendela.

"Ann mencariku," kata Isaac lagi saat men-scroll layar ponsel lalu mendapati rentetan pesan dari istrinya.

"Apa istri kamu membuat kamu takut?" Camilla bertanya sambil menyeringai. Nyanyian anak-anak SMP masih sedikit terdengar di kejauhan.

"Ck! Mana ada aku takut sama perempuan tujuh belas tahun," cetus Isaac. Ia tak termakan pancingan Camilla. Ia memang baru mengenal Annastasia tak lebih dari sebulan, tapi intuisinya cukup tajam untuk membaca apa yang ada di pikiran istrinya, "Dia masih bocah." lanjutnya.

"Masih bocah tapi beruntung sekali ya? Dia bisa memiliki kamu secara sah."

Isaac tahu lama-lama Camilla akan menyeretnya ke dalam perselisihan. Maka ia berusaha mencegahnya. "Sudahlah. Ayo siap-siap, kita harus segera berangkat."

Tetapi Camilla tidak ingin terburu-buru. Ia ingin sekali menikmati waktu ini, detik demi detik. Di dalam takdir yang menyeretnya ke dalam skandal perselingkuhan, berduaan bersama Isaac menjadi sesuatu yang amat berharga. Camilla merasa betapa ini sangat tidak adil. Ia yang telah mengenal Isaac lebih lama, pun mencintainya, tetapi mengapa Annastasia yang menikahinya?

"Betapa pun, masyarakat akan memandang bahwa akulah yang harus tahu diri," kata Camilla, pandangannya jauh menerawang. "Mencintai seorang pria yang telah beristri?" Camilla menggelengkan kepalanya. "Apakah yang lebih menyakitkan dari dua orang saling mencintai, namun tak bisa saling memiliki?"

Isaac bisa merasakan kesedihan di mulut Camilla, juga tangisan yang nyaris tak dapat disembunyikan dari matanya.

"Dan aku akan merindukanmu lagi, Isaac," Suara Camilla parau, nyaris terisak. "Aku harus membunuh detik demi detik tanpamu, dan berpura-pura bahwa kamu bukanlah siapa-siapa."

Isaac memeluk Camilla, akhirnya. "Whatever happens, I'll always love you," ungkapnya, untuk kesejuta kalinya. Camilla tak lagi menjawab. Sisa waktunya bersama Isaac hari itu ia habiskan dengan tersedu-sedan di bahu sang kekasih.

"Bukan aku yang mengganggu rumah tangga kamu, Isaac. Tapi Ann, ya, Ann yang merebut kamu dariku hiks..." Camilla mengucapkan ini berkali-kali. Sebuah luka menganga di hatinya. Lebar dan dalam. Basah. Berdarah-darah.

***

Bagi orang-orang yang telah begitu lama tinggal di Zerubabel, bahkan beranak-pinak di seluruh penjuru North Bank. Bagi orang-orang yang telah berlumut serta berkarat menganut agama Noktah, bahkan agama Puritan, sudah menjadi adat budaya setempat untuk saling menjodohkan anak-anak mereka. Bukan sesuatu yang tabu pula jika gadis muda, masih tujuh belas tahun, masih sekolah, sudah dinikahkan. Sekolah pun sudah terbiasa menerima murid-murid yang datang diantar oleh para suami mereka, atau mereka yang belajar dalam keadaan hamil besar. Bahkan ada kelas khusus untuk para murid yang telah bersuami dan tengah mengandung, semata-mata untuk membuat mereka nyaman di tengah-tengah tugas rumah tangga dan tugas sekolah. Tidak ada sanksi sosial. Tidak ada istilah terlalu muda atau alasan ingin fokus ke pendidikan, apalagi karir. Menikah ya menikah saja. Masalah lainnya bisa dikerjakan beriringan setelahnya. Maka, dengan konsep demikian, banyak sekali gadis-gadis North Bank yang baru baligh, sudah direpotkan urusan jodoh.

"Siapa yang akan meminangku? Oh siapa yang akan berani menghadap kedua orang tuaku dan melamarku?" begitu tanya para gadis. Tak jarang, saat menstruasi pertama mereka, orang tua mereka memberikan seorang laki-laki untuk mereka, sebagai suami juga sebagai kado. Kado terindah.

Namun, masalahnya, seperti kebanyakan jalan kehidupan yang penuh masalah, tidak semua rumah tangga akan baik-baik saja. Kadang-kadang, ada diantara mereka yang dijodohkan dan merasa terpaksa untuk menikah. Seperti yang dialami oleh Annastasia. Sudah sangat jelas sekali bahwa Isaac hanya terpaksa menikahinya.

"Untuk melanggengkan keturunan kaum Noktarian," demikian dulu kata ayah Ann. Ann masih ingat kalimat-kalimat itu dengan jelas. Sejelas matahari di siang hari di bulan Extreme.

"Populasi kaum Noktarian tengah terancam, Ann. Peperangan kita dengan kaum Rotsfeller telah banyak merenggut nyawa saudara-saudara kita yang sangat berharga. Jika ini terus terjadi, maka bukan sesuatu yang mustahil kalau kaum Noktarian nanti akan punah. Dan ayah, Ann, ayah tidak ingin itu terjadi."

Lantas, demi menyelamatkan kaum Noktarian dari bencana kepunahan, akhirnya banyak dari mereka yang berbondong-bondong dinikahkan alias dijodohkan. Pengorbanan, kata mereka. Pengorbanan suci. Baik Annastasia maupun Isaac tak mampu menolak. Segala sesuatunya telah diatur. Lalu bagai sekilas mimpi, tahu-tahu Isaac dan Annastasia telah berdiri di depan mimbar Kuil. Seorang Shalaim merapal doa, mengurut tasbih lalu mengusap kedua kepala mereka. Janji suci diikrarkan. Ann bersujud di kaki Isaac dan Isaac memeluknya, serta mencium keningnya. Hanya dalam hitungan beberapa hari saja setelah orang tua Ann meninggal, Annastasia dan Isaac sudah menjadi suami istri.

***

"Er du mansen? Kau sendirian saja, Ann?" tanya salah seorang teman Ann waktu melihat Annastasia berjalan sendirian ke sekolah. Gadis itu ikut berjalan disamping Ann, mengajak ngobrol dalam bahasa Khorm. Sesama Noktarian, biasanya mereka fasih berbahasa Khorm. Sedangkan bahasa Aram biasa digunakan sebagai bahasa pengantar kedua antar negara. Sisanya adalah Common Tongue yang terdiri dari Dirty Language dan Honorable Language, yang gaya bahasanya adalah campuran dari bahasa Indonesia dan Inggris.

"Evet, Isaac la zwaya," balas Ann, seadanya. "Ya, Isaac sedang sibuk."

Seorang teman itu memiringkan wajahnya, mencoba mengamati air muka Annastasia lebih detail.

"Is marriaed wase fiene, Ann?" tanyanya lagi, penasaran. "Apakah pernikahanmu menyenangkan, Ann?"

"Haha," Ann hanya tertawa, dengan tawanya yang dipaksakan, tidak ada kegembiraan di dalam tawa itu. Ia menarik napas pelan seraya menarik tali tas gembloknya ke atas. "Evet," kata Ann. "Ya, tentu saja menyenangkan."

"Oiii, aina mah vi marriaed!" Teman Ann tersebut antusias. "Wahh, kalau begitu aku pun harus segera menikah nih!"

"Ya, pernikahan itu menyenangkan. Tapi-" Ann terdiam. Ia ingin berkata, "Tapi jika kalian berdua saling mencintai. Kalau hanya salah satu saja yang cinta, maka itu sama saja seperti menceburkan diri ke dalam neraka. Kamu akan sakit hati dan menderita." Tapi belum sempat ia mengatakan itu, mendadak ia merasakan ada segumpal batu di tenggorokannya, mencegah kata-katanya untuk keluar. Ann menjadi ragu. Kalaupun ia bercerita tentang betapa tidak enaknya menikah, temannya ini tetap saja ingin menikah kan? Dan jika Ann membujuk gadis itu untuk berpikir dua kali sebelum menikah, ia takut dianggap provokator dan ujung-ujungnya malah dihujat oleh kaum Noktarian dan juga para penduduk North Bank. Akhirnya, dengan segala pertimbangan, Ann pun memilih bungkam.

"Wie, Ann?" Teman Ann itu heran. "Kenapa, Ann? Tapi apa? Kamu mau ngomong apa?"

"Oh tidak, lupakan saja," balas Ann, cepat. "Sudah ya, aku buru-buru. Hari ini aku ada kelas menggambar. Guruku itu killer sekali. Aku harus datang tepat waktu."

Ann berlari sebelum temannya sempat menjawab satu patah pun. Ia buru-buru menggeser pintu gerbang, lalu tergopoh-gopoh melintasi lorong, mencari-cari kelas menggambarnya. Temannya itu hanya melihat Ann berlari sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Menghindar, ya memang Annastasia sengaja menghindar. Alasannya? Ya, supaya tidak ditanya yang macam-macam lagi tentang pernikahan. Setiap kali seseorang bertanya tentang pernikahan padanya, setiap itu pula Ann berbohong, dan ujung-ujungnya, ia menjadi galau sendiri. Ia tak sanggup terus berpura-pura tapi ia harus terus berpura-pura. Dan di dalam dunia yang penuh pura-pura, ia sibuk memisahkan dusta dari kata-kata.

Sudah dari kemarin abang tidak pulang dan ia berbohong, Ann membatin. Selama kelas berlangsung, Ann tak jelas menggambar apa. Ketika gurunya bertanya, Ann menjawab "Abstrak." Sang guru hanya mengalirkan napas panjang, sabar.

Related chapters

  • One Day In Your Life   Curhat Dengan Sahabat

    "O Anne..." Eli mengusap punggung sahabatnya dengan prihatin. Waktu itu jam makan siang, di sebuah aula besar dengan langit-langit melengkung yang ditancapi tiang-tiang, di salah satu sudut meja yang dihiasi patung kepala rusa dan lukisan semi-realis di dinding, Eli mendengarkan keluh kesah Ann tentang kelakuan suaminya. Di luar, gerimis membawa dingin. Sebuah suara resah datang dari pohon-pohon neem yang ranting-rantingnya berkeriang-keriut tertiup angin. Sebuah pohon tabebuya gersang tanpa bunga teronggok di pinggir kebun belakang sekolah, yang bisa dilihat dari jendela di aula makan ini; perawakannya sangat jelek, bebonggol-bonggol dan dedaunannya layu. Ketika angin dingin bertiup sekali lagi, dedaunan tabebuya itu berterbangan menimpa dinding sekolah, bercampur dengan dedaunan kuning dari pohon maple."Mungkin kalian belum terbiasa saja hidup berdua," bujuk Eli, berusaha tidak menunjukkan sentimen apapun. Ia mengiris daging asap hingga terlepas dari tulangnya dengan teram

    Last Updated : 2021-02-21
  • One Day In Your Life   Mimpi Annastasia

    Langit biru tua dan separuh ungu muda membentang luas di atas samudera, memancarkan aura murung. Suara ombak berdebur, keras bagai ledakan besar. Petir menyambar-nyambar, menampilkan atraksi pedang cahaya yang menyeramkan. Annastasia berada di bawah nyala kilat-kilat itu, mencoba berenang melawan arus."Pergi, Ann! Pergi!" Suara itu memekik di hamparan air tak bertepi. Suara entah dari siapa, dengan maksud yang juga entah apa. Annastasia terus berenang berkejar-kejaran, seakan menghindari sesuatu di belakang yang ingin menangkapnya."Pergi, Ann! Pergi dari sini!"Ann terus berkecipak dengan air. Rasanya ia telah berenang bermil-mil jauhnya melintasi samudera bolak-balik. Ann terengah-engah sendiri."Ann, pergi! Sembunyilah, Ann! Sembunyi!"Kini Ann berusaha menggerakkan kakinya, tetapi nihil. Tiba-tiba kedua kakinya terasa begitu berat, bahkan nyaris ingin lepas dari persendiannya. Tangannya juga tiba-tiba menjadi begitu pegal, seakan ia tengah men

    Last Updated : 2021-03-02
  • One Day In Your Life   Keributan-keributan kecil

    Makan malam dihidangkan dengan muram. Nasi sudah dingin, gulai sudah mengental dan es batu di dalam minuman sudah mencair, menyisakan titik-titik air di gelas kaca. Annastasia dan Isaac duduk bersebrangan. Tak ada perbincangan apapun yang keluar di antara keduanya. Hanya terdengar suara denting sendok dan garpu menggema, menjadi nyanyian paling kencang di ruangan yang luas dan sepi ini. Secara fisik, suami istri itu memang makan bersama. Namun, secara jiwa, mereka makan sendiri-sendiri.Ting! Terdengar suara notifikasi dari ponsel pintar Isaac. Saat lelaki itu melihat siapa yang mengiriminya pesan, senyumnya mengembang."Will you stay with me tomorrow night?" tanya Camilla dalam pesannya. "Maukah kamu menginap bersamaku besok malam?"Isaac mengirimkan emot senyum, yang artinya "Yes.""Good. Aku akan membuatkanmu masakan terlezat sedunia," balas Camilla lagi dengan dibumbuhi emot cium tiga berderet."Kamu paling b

    Last Updated : 2021-03-03
  • One Day In Your Life   Buku Harian Annastasia

    Kehidupan malam terasa begitu lambat dan bayang-bayang pagi tampak begitu jauh dari penglihatan. Di kamarnya, Annastasia berdiam diri di atas kursi. Ia tidak bisa tidur. Oleh karena itu, gadis itu pun memutuskan untuk membuka laci lalu membongkar buku-buku, berharap akan mendapatkan suatu bacaan sebagai pelahap waktunya."Hmmm?" Ann bergumam. "Apa ya?" Ann bermonolog dengan dirinya sendiri. "Wuthering Heights? To Kill A Mockingbird?" Ann menyebutkan judul-judul novel favoritnya, yang sebenarnya sudah ia baca berkali-kali tapi tak pernah membuatnya bosan. "The Lady With The Little Dog," lanjut Ann ketika melihat sampul buku seorang perempuan bergaun putih, berkosase, dengan topi lebar yang dipasang miring dan bunga mawar merah merekah di pinggirannya. Di samping sang perempuan itu, adalah anjing kecil dengan bulu-bulunya yang kasar. Sebuah kalung melingkar di leher sang anjing. Pengait kalung itu bersambung dengan tali panjang yang menjulur sampai ke genggaman sang perempuan.

    Last Updated : 2021-03-08
  • One Day In Your Life   Petir di Malam Hari

    Petir meledak di langit, menyambar pepohonan. Gemuruh guntur bergolak, menyelimuti suasana diantara mereka. Hujan terus turun menghujani atap rumah, sebagian besar dari hujan yang jatuh itu adalah es."Ann, ish!" Dengan kedua tangannya, Isaac mendorong Ann jauh-jauh, seakan istrinya itu adalah sesuatu yang berpenyakit dan pembawa virus sehingga mesti dijauhi. Ann terdorong, lalu akhirnya bangkit dan berdiri."Ann takut, Abang..." suara Ann, parau. Ia berdiri di sisi ranjang, memandang Isaac dengan nanar."Terus?" tanya Isaac, agak nyolot. Ia mengangkat kepalanya sedikit ke atas. Oh jangan harap adegan ini akan sama seperti di film-film, yang mana sang lelaki akan merentangkan tangannya memeluk sang perempuan. Lalu mereka berdua tertidur bersama dalam kehangatan, di tengah hujan badai yang menderu. Oh tidak. Ini bukan film. Ini kenyataan. Dan kenyatannya, Isaac tak tertarik untuk melakukan adegan romantis tersebut, bahkan ketika ia bebas melakuk

    Last Updated : 2021-03-11
  • One Day In Your Life   Whatever In Love Means

    Ketika cakrawala mulai meninggi di batas horison, Annastasia terbangun. Ia terkejut melihat tubuhnya sudah berbaring di atas kasur serta diselimuti selembar selimut hangat. Ann tidak pernah pura-pura amnesia. Ia masih mengingat dengan jelas bagaimana keadaannya terakhir kali sebelum terpejam. Seharusnya ia terbangun di bawah jendela. Jadi, siapa yang telah memindahkannya?"Abang..." gumam Annastasia pelan, sembari membayangkan suaminya membopong dirinya ke atas kasur. Tidak mungkin kan orang lain yang melakukannya? Karena tentu saja, di rumah ini hanya tinggal mereka berdua.Ann mengedari pandangannya ke sekitar, menyadari bahwa ia masih berada di kamar Isaac. Tetapi di mana suaminya? Ia tidak menemukannya. Ann mengucek-ngucek matanya, berusaha memastikan bahwa ia sudah seratus persen berada di alam nyata, bukan mimpi."Abang..." Ann turun dari kasur, lalu mencari-cari suaminya."Abang..." Ann memanggil-manggil satu nama yang sama dalam beberapa men

    Last Updated : 2021-03-12
  • One Day In Your Life   Anti Noktarian

    Ann mematut dirinya di depan cermin. Ia memperhatikan topi baret yang dikenakannya, sebuah topi yang menempel indah di atas surai panjang kecokelatannya. Ia membetulkan syal flanel yang melilit lehernya dan merapikan mantel hangat berwarna abu-abu yang membungkus tubuhnya. Tak lupa ia menyiramkan parfum bunga mawar ke pergelangan tangan, pundak dan lehernya, supaya harum tubuhnya tercium dengan maksimal. Annastasia tampak cantik dan anggun, seperti biasanya. Ia tersenyum, dan bayangannya yang memantul di cermin juga ikut tersenyum.Sudah sejak pagi Ann dicekam kebosanan. Rasanya seperti mau mati. Jadi akhirnya ia memutuskan untuk bergegas pergi ke luar, ke rumah sahabatnya, Eli.Sekali lagi, Ann merapikan lilitan syalnya. Kemudian, sambil berderap ke pintu, ia meraih tas serta ponselnya sekaligus. Ann mengetik, memberitahu Isaac bahwa dirinya pergi main sebentar. Isaac tak membalas, jadi Ann anggap itu sebagai bentuk persetujuan. Lagi pula dia juga berbohong, demikian

    Last Updated : 2021-03-13
  • One Day In Your Life   Orion Oberine, Kekasih Lama

    Orion Oberine, lelaki berwajah manis dan berambut pirang itu mengambil batu-batu kerikil yang tergeletak di jalanan. Lalu ia lemparkan kerikil-kerikil itu ke kerumunan orang yang menghina Ann sampai mereka lari tunggang langgang."PUTTA!" teriaknya, keras. "Beraninya kalian hanya kepada gadis yang tidak berdaya! Apa kalian merasa diri kalian suci sehingga berhak menghakimi orang lain? Huh?!"Tidak ada sahutan. Para pelaku terus berlari, kocar-kacir seperti kawanan bebek yang diusir pemiliknya dengan kayu. Hanya masih ada beberapa lirikan sinis dari orang-orang yang kebetulan lewat. Ori melotot kepada mereka yang melotot dan mereka langsung mengalihkan pandangan."Annastasia..." tutur Ori. Suaranya selembut tofu. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya. Nada suaranya menunjukkan perhatian yang akrab di telinga Ann, mengingatkannya pada kenangan waktu mereka masih menjadi sepasang kekasih.Ori mengelap ludah yang menempel di pipi Ann dengan saputangannya."M

    Last Updated : 2021-05-16

Latest chapter

  • One Day In Your Life   Setelah Malam Pertama

    Annastasia membuka matanya perlahan dan langsung disambut oleh pemandangan langit-langit berlampu redup yang menggantung rendah. Awalnya pemandangan itu tampak samar-samar, sebelum akhirnya menjadi jelas. Persis seperti orang yang baru tersadar dari pingsannya. Namun, Ann tidak pingsan. Ia hanya tertidur terlalu lelap. Ia merasa ia bermimpi dalam tidurnya, sepertinya ia berjalan-jalan ke masa lalunya dan mengenang kepahitan hidupnya. Tentang kecelakaan orang tuanya. Tentang pernikahannya. Tentang kebohongannya di Temple of The Prophet. Ia bahkan masih bisa mendengar sedikit bunyi gemerincing gelang kakinya di hari jadinya sebagai pengantin. Seperti sebuah suara yang mengalir di telinganya, menembus dimensi khayal. Namun, detik berikutnya ketika nyawanya benar-benar sudah pulih, semua kelebat bayangan itu lenyap. Semua bunyi menghilang dan hanya menyisakan hening. Tanpa bangkit dari tidurnya, Ann menoleh ke kanan dan melihat Isaac sedang sibuk mengetik-ngetik di balik meja ko

  • One Day In Your Life   Kesepian Ann

    Mimpi itu berlangsung lama di kepala Ann. Mimpi yang kembali memutar memorinya terdahulu, dan saat ini, Ann seakan bisa mendengar bunyi gemerincing gelang kakinya memenuhi ruangan. Waktu itu adalah pertama kalinya Ann tiba di rumah ini, rumah Isaac yang besar dan luas. Langkah Ann terhenti di ruang ibadah. Ia terpukau dengan hiasan-hiasan dinding yang terukir."Abang punya ruang ibadah. Syukurlah," seru Ann. "Ternyata rumah Isaac tidak seburuk yang aku kira. Laki-laki itu pasti setidaknya cukup perhatian dengan agamanya," batinnya.Isaac tidak menjawab, ia malah pergi ke ruang tengah, tempat segalanya terlihat lebih modern. Ia duduk disana. Tanpa ekspresi. Matanya seakan menunjukkan bahwa ia sedang memikirkan hal lain."Abang..." seru Ann. Gadis itu mencoba akrab dengan suaminya, yang kemudian dibalas oleh Isaac dengan muka masam.Ann menyerah. Satu penolakan ajakan bicara dari suaminya sudah cukup membuatnya berspekulasi bahwa Isaac bukanlah orang yang r

  • One Day In Your Life   Jodoh Dari Tuhan 2

    Akhir dari pertemuan antara Ann dan Isaac adalah... mereka semua menuju Temple of The Prophet untuk meminta kepada para Shalaim tanggal berapa dan hari apa pernikahan seharusnya dilaksanakan. Sementara Tuan dan Nyonya Mendeelev asyik berdiskusi dengan para Shalaim, Ann duduk di lantai di depan gapura Kuil. Ia khusyuk memandangi langit Amonmakh yang keemasan. "Lo bener-bener ngeliat?" tanya Isaac, yang tiba-tiba sudah ada disampingnya. Entah dari mana ia datang. Ann menoleh sebentar, tapi kemudian Isaac membuang muka, sehingga Ann kembali menatap kuil di depannya. "Gue gak denger jawaban lo," desak Isaac. "Enggak," jawab Ann. Lalu, ia diam. "Gue juga enggak ngeliat malaikat dari dalam diri lo," tegas Isaac. "Tapi gue bilang gue liat, karena...." kalimat Isaac tertahan sejenak. "Gue gak mau ngecewain orang tua gue aja." Hening. Dedaunan maple di teras berguguran terseret angin, menyusur masuk ke halaman kuil. Pepohon Mesquite ber

  • One Day In Your Life    Jodoh Dari Tuhan 1

    Di antara kelelahan dan tidurnya, di antara jeritan perang dan rudal-rudal yang menghancurkan satu kota, di antara pertengkaran suami istri dan nafsu birahi, Annastasia bermimpi. Dan mimpinya, membawanya ke masa lalu. Ke masa sebelum ia menikah dengan suaminya, Isaac. Berbagai kejadian terasa telah berlalu begitu jauh sekali, seakan semuanya terjadi dalam kehidupan yang sebelumnya, dan tiba-tiba saja kembali sambil membawa memori perasaan yang ganjil. *** Ada saat-saat dimana kamu kehilangan semua yang kamu punya. Ketika kamu gagal. Ketika orang-orang yang kamu cintai pergi meninggalkanmu, dan kamu merasa begitu sendirian. Kamu bahkan tidak tahu bagaimana harus melanjutkan hidup. Kamu hilang arah. Hilang tujuan. Kamu seperti tersesat di sebuah labirin gelap. Kamu mencoba mencari-cari cahaya, tetapi kamu tidak menemukannya. Itulah yang dirasakan Annastasia ketika orang tuanya dinyatakan meninggal. Bahkan dalam mimpi, perasaan kehilangan orang tua sama saja bur

  • One Day In Your Life   Si Vis Pacem, Para Bellum

    Lalu bersamaan dengan proses reproduksi yang terjadi antara suami istri, Isaac dan Ann, mimpi buruk peperangan kembali muncul menjadi background mengerikan dari kisah mereka. Dini hari, sekitar pukul tiga lewat tujuh, serangan udara meledak di wilayah terluar dari North Bank, tepatnya di Teluk Tengah. Kejadian ini tepat seminggu setelah Rotsfeller menyebarkan surat ancaman lewat udara yang menginstruksikan North Bank untuk menyerah, meletakkan senjata, angkat tangan dan mengibarkan bendera putih. Namun, Raja Armani tak pernah merespon ancaman tersebut dan Raja Nathaniel menganggap itu sebagai sebuah pertentangan. Maka. ia pun merasa bahwa North Bank halal diserbu. "Si Vis Pacem, Para Bellum," pesan The Holy Lord King Nathaniel dalam suatu pidatonya di hadapan seluruh pejabat dan bangsawan Meyhem. Artinya, "Jika Engkau menginginkan perdamaian, maka bersiaplah untuk perang." Sebuah pernyataan yang cukup ironi mengingat ia sendiri yang mencetuskan pera

  • One Day In Your Life   "Sekarang lo nyerah kan, Ann?"

    Ann terjatuh, tetapi ia berhasil bangkit berdiri. Dengan mata yang sama melototnya dengan Isaac, Ann mengacungkan jari tengah. "F*CK YOU!!!" Teriaknya dengan nada yang paling tinggi dan paling kasar yang pernah diteriakkan oleh seorang istri. "GUE JUGA BISA KEJAM SAMA LO, BRENGS*K!!!" Ann menjambak rambut Isaac. Keras. Kuat. Kencang. Seolah-olah seluruh kekesalannya tumpah di jambakan itu. "AARGGHH!!!" Isaac mengaduh. Ia memegangi kepalanya. Ia menginjak kaki Ann dengan kakinya sampai Ann kesakitan dan jambakannya lepas. Isaac mendorong Ann lagi. Ann terjatuh untuk ke sekian kalinya. "OKE, KALAU ITU MAU LO!!!" Seru Isaac. Ia merapihkan kerah bajunya lalu berkacak pinggang sambil mengatur napasnya yang terengah-engah. Matanya nyolot, menatap tajam. Setelah mengelap keringat dengan punggung tangannya, ia menunjuk Ann, "GUE PASTIIN KALI INI GUE GAK AKAN KALAH DARI LO!!!" Ann berdiri lagi lalu menampar Isaac. PLAAKK!!! Isa

  • One Day In Your Life   Pertengkaran Hebat 2

    "Sepertinya pernikahan benar-benar mengerikan," gumam Jordan ketika telinganya terus digempur oleh teriakan-teriakan mengerikan dari pertengkaran Isaac dan Ann di kamar sebelah. Di kamar Ann, ia tidur berderet dengan yang lain; Pascal, Mayor dan Emerald. Mayor yang mabuk berat tak bisa menanggapi gumaman Jordan dengan baik. Pascal sudah tertidur pulas, terbang melayang ke alam mimpi. Jadi, tinggal Emerald saja yang tersisa. Emerald, pria religius yang pernah ditinggal mati istrinya. Lelaki berambut ungu itu membalik posisi tidurnya jadi menghadap Jordan, seakan bersiap untuk mendengarkan perbincangan yang panjang dan penuh makna. Alkohol di dalam dirinya sudah mulai berkurang efeknya dan itu sangat membantunya untuk bisa kembali berkonsentrasi. "Abang gak pernah ngertiin, Ann!" samar-samar suara Ann meneriaki keheningan menuju pagi itu. "Jangan bawa-bawa orang tua Ann! Ann pikir Ann mau menikah sama Abang?!" "Benar-benar mengerikan," Jordan menyimpulkan. Serbuan hawa

  • One Day In Your Life   Pertengkaran Hebat 1

    "Abang kenapa sih?" Ann balas bertanya. Ia merasa tidak terima tiba-tiba dibentak begitu. Pasalnya, ia telah bertanya baik-baik dan tidak ada yang salah dengan pertanyaan itu kan? Isaac berbalik badan membelakangi meja dan laptopnya. "Ya udah sih lo tidur aja sana.," katanya tanpa merasa bersalah. "Gak usah ganggu gue. Ribet lo!" "Siapa juga yang ganggu!" Ann makin senewen. "Baz!" Isaac berkata dalam bahasa Khorm. Ia menghempaskan satu tangannya ke udara. "Diam!!" Ann mencak-mencak. "Abang egois!! Abang kasar!!" "BAZ!!!" Sampai di detik ini, Isaac mulai khawatir kalau bentakannya didengar oleh teman-temannya di kamar sebelah. Meski begitu, ia tetap saja tidak mampu menahan amarahnya dan makin melengking. "Lo denger gak sih apa kata gue tadi??!!" "ENGGAK!!!" Ann melotot ke suaminya, menantang. Ia berkacak pinggang. "Abang kenapa sih tiba-tiba galak begitu sama Ann?? Ann salah apa?? Abang sadar gak sih kalau selama ini

  • One Day In Your Life   Gaun Putih

    Annastasia berjalan mondar-mandir di kamar Isaac. Ia menggigiti kuku ibu jarinya, merasa gelisah oleh beberapa hal. Pertama, karena para sahabat Isaac sekarang berada di kamarnya. Kedua, karena dirinya sendiri sekarang berada di kamar suaminya, sebuah kamar yang sangat asing baginya. Apa jadinya sisa malam ini? Ann harus berdua dengan Isaac sampai pagi? Benar begitu? Meski pagi datang tinggal beberapa jam lagi, Ann tetap saja tak sanggup membayangkannya. Situasi begini membuatnya kalut sendiri. Prang! Terdengar bunyi botol pecah dan suara Isaac memarahi temannya. Entah siapa yang telah memecahkan botol, tapi pasti itu akan menambah kerepotan suaminya. Ann ingin menarik gerendel pintu dan keluar, tetapi ia ingat pesan Isaac tadi bahwa ia tidak boleh keluar dan harus tetap diam di dalam. Maka, ia pun diam. Terdengar suara teman Isaac yang lain meracau entah apa, namanya juga orang mabuk, kadang suka bicara hal yang tidak jelas. Terdengar juga suara Isaac meladeni oceh

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status