Seandainya bisa protes ingin sekali Naufal protes atau setidaknya menunda jadwal bepergian yang sudah ditentukan oleh teman-teman istrinya. Bukan ia takut pada mereka hanya saja Naufal takut membuat istrinya bersedih, apalagi sudah bisa dipastikan jika entah kapan lagi mereka akan bertemu dan berkumpul seperti saat ini karena kesibukan masing-masing, walaupun kata mereka masih kurang dua orang karena suatu hal yang tidak bisa ditinggalkan."Bisa enggak kalau kita di kamar aja? Aa males pergi-pergian pengen begini aja," ujar Naufal semakin mengeratkan pelukannya."Bisa aja, cuma Neng yang mau pergi karena penasaran kado yang disiapin si Onta dua itu apa? Sekalian perpisahan juga, 'kan. Susah banget buat komunikasi apalagi kumpul sama mereka, A. Jadi minta tolong ini mah wayahnya Aa kudu semangat, pulang dari sana kita bikin anakanak," rayu Oncom.Perbedaan waktu di masing-masing negara membuat mereka kesulitan dalam berkomunikasi. Jika bukan acara besar seperti saat ini juga mereka tid
Kehidupan orang kaya terkadang memang terlalu merepotkan hanya untuk makan malam bagi kalangan menengah ke bawah seperti Naufal dan Hanif, karena bagi istri mereka hal yang saat ini sedang mereka lakukan sudah menjadi kebiasaan saat bersama Anak Onta. Para laki-laki memakai pakaian formal dengan setelan jas berwarna hitam, Oncom memakai gamis warna maroon sedangkan Gita memakai gamis berwarna emerald green. Tidak lupa riasan tipis menambah kecantikan kedua wanita itu. Naufal sempat berpikir jika mereka bukan untuk makan malam melainkan untuk menghadiri acara negara karena pakaian yang dikenakan.Rasa malas untuk ikut bersama dengan teman-teman istrinya ternyata adalah bentuk dari firasat akan hal yang tidak menyenangkan. Kejutan yang diberikan oleh Anak Onta membuat hati Naufal dipenuhi api cemburu akibat tingkah istrinya yang harus ia padamkan dengan senyum penuh kepalsuan. Jika tahu kejadian akan seperti ini Naufal akan mengurung istrinya di kamar agar ia bisa bermanja."Onta!" teri
Sebenarnya tempat yang sedang mereka datangi sangat romantis dengan dekorasi mengesankan apalagi untuk wanita. Suasana yang sangat cocok untuk melakukan dinner romantis bagi pasangan pengantin baru seperti Naufal dan Oncom. Namun, sayangnya suasana yang ada justru mencekam saat mereka duduk berkumpul setelah makan malam usai. Rasanya Naufal tidak pernah merasakan suasana menegangkan karena sekarang dirinya merasa seperti disidang. "Ada yang mau kita omongin sama Lu berdua," ujar Wildan mewakili Anak Onta pada Naufal dan Hanif. Naufal bisa disebut beruntung karena tidak dibuat bingung oleh mereka saat hari pernikahan. Anak Onta bahkan bersedia menjadi pengiring pengantin atau lebih tepatnya pembantu pengantin yang mau repot ke sana kemari untuk melayani kebutuhan mempelai. Berbeda dengan Hanif yang bingung saat hari pernikahannya dengan Gita karena mendapatkan ancaman dari Para Anak Onta jika dirinya berani menyakiti Gita saat mereka mengucapkan selamat. "Tegang banget sih? Jadi ta
Suami mana yang tidak insecure saat istrinya diberikan hadiah lebih mahal yang membuat wanita bahagia. Begitu pula yang dialami oleh Naufal dan Hanif yang harus merasakan kesenjangan sosial dengan para Anak Onta yang tidak harus berpikir jika untuk memberikan hadiah mahal atau liburan mewah, terutama Hanif yang bahkan bekerja di perusahaan milik Kent. Untuk Naufal sendiri memang bisa membelikan Oncom barang mewah ataupun liburan ke luar negeri, tapi ia harus memikirkan banyak hal terutama untuk masa depan mereka. Jika hanya untuk satu minggu mungkin bisa ia atur, tapi jika untuk berminggu-minggu bahkan bulan ia harus berpikir ulang demi kelangsungan hidup mereka. Bukannya pelit, Naufal juga memiliki niiatan untuk membangun kelas tambahan di area pondok hingga dalam satu kelas tidak terlalu banyak murid."Ini hadiahnya."Wildan menunjukkan dua tiket first class untuk bulan madu ke Swiss selama satu bulan full agar kesayangannya bahagia bersama orang yang dicintai y
Waktu terus bergulir hingga larut malam, rasanya tidak ingin menyudahi momen kebersamaan yang sulit sekali untuk diulang setelah mereka berpisah. Namun, menyadari jika Naufal dan Hanif tidak terbiasa akan hal itu juga Naufal dan Oncom yang merupakan pengantin baru membuat mereka harus mengakhiri pertemuan saat jam menunjukkan pukul dua dini hari. "Tidur yuk gue ngantuk," ucap GitaGita dengan bersandar pada bahu suaminya."Udah jam dua ternyata," balas Rian mengerti kode yang diberikan oleh Gita. "Ya udah lu semua istirahat kamar kita satu lantai," sambung Andra.Empat kamar khusus pemilik hotel kini semuanya terisi karena mereka akan tidur dengan pasangan masing-masing. Dua kamar sudah dihias ala pengantin baru atas instruksi dari Andra untuk Oncom dan juga Gita. Sewaktu Gita menikah mereka tidak sempat memberikan kado karena sibuk dengan patah hati hingga melupakan hadiah untuk wanita itu. Maka dari itu sekarang adalah waktu yang tepat untuk mereka memberikannya. Mereka bubar sete
Melamun di atas hamparan pasir putih dengan deburan ombak adalah ketenangan yang tak terbantahkan. Saat ia merindu cintanya menggebu seperti ombak yang membawa pasir ke dasar lautan. Namun, saat mengingat jika mereka sepupu satu kakek seperti ombak yang datang untuk mengembalikan pasir ketepian. Mereka memang tidak diharamkan untuk menikah jika sang lelaki membalas rasa cintanya, tapi keluarga pasti akan melarang karena banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan. "Naufal!!"Matanya melirik ke kanan mendengar teriakan seorang wanita yang menyebut nama sepupu sekaligus laki-laki yang dicintainya. Dalam gelapnya malam sosok itu tidak terlihat jelas dan hanya sekilas. Pantai sepi dengan berisik ombak membuat suaranya sedikit redam tapi tetap ia bisa mendengar jelas nama laki-laki yang dipanggil. "Firda?" tanya Marsih pada dirinya sendiri setelah memastikan orang yang dikenalnya.Ya, wanita itu adalah Marsih sepupu dari Naufal. Wanita yang juga memiliki perasaan pada anak dari uwak nya
Memiliki anak istimewa dalam watak seperti Oncom adalah satu hal yang mengejutkan juga membuat bangga. Menjadi ladang pahala karena harus menahan sabar setiap hari untuk tidak emosi dalam menghadapi sikap dan sifatnya. Baik Sukira maupun Sutirah tidak pernah malu memiliki anak seperti Oncom, mereka justru bangga karena walaupun anaknya bodoh menurut orang lain Oncom tetaplah kebanggaan mereka. Sejak memiliki Oncom juga rezeki keluarga itu mengalir deras hingga Sukira menyebutnya sumber rezeki."Untuk apa kalian datang karena acara sudah selesai. Sebenci itu kalian sama adik sendiri, salah apa Oncom sama kalian?" tanya Sukira.Kecewa, sudah pasti. Sebagai orang tua ia gagal mendidik anak-anaknya. Anak pertama dan kedua dirinya benar-benar tidak hadir saat acara pernikahan Oncom kemarin dengan alasan yang sangat klise yaitu sibuk. Padahal seingatnya Oncom tidak pernah membuat masalah dengan kedua kakaknya, tapi mengapa mereka sangat membenci adik bungsunya."Kan udah dibilang kami sibuk
Perasaan bahagia tidak bisa dipungkiri begitu terlihat dari mata keduanya. Pernikahan yang menurut orang lain sebuah kesalahan nyatanya berkah untuk mereka. Bukan hanya untuk Oncom yang mendapatkan suami yang dia sebut spek surga seperti Naufal, tapi untuk laki-laki itu juga sama. Nyatanya ia bahagia bisa hidup bersama dengan wanita yang menjadi pahlawan kecilnya dulu. Naufal menghitung hari setiap bangun tidur setelah ia menikah. Dua hari sudah paginya terasa lebih indah karena saat membuka mata ia melihat wajah istrinya yang masih terlelap."Sayang, udah subuh."Naufal akan menjadi alarm untuk istrinya walaupun ia juga sangat ngantuk, tapi ia tidak bisa meninggalkan kewajibannya sebagai seorang hamba yang memerlukan Tuhan untuk menuntun jalan hidupnya. Mereka baru tidur sekitar dua jam dan sekarang sudah harus bangun membuat Oncom cukup sulit untuk dibangunkan. Jam malam Naufal sudah berubah dua hari ini karena banyaknya kegiatan dunia yang seperti tidak bisa ia hindari. Biasanya l
Apa yang paling penting dalam sebuah hubungan selain komunikasi? Disaat kasih sayang berlimpah diiringi materi yang cukup belum bisa membuat suatu hubungan berjalan lancar tanpa adanya komunikasi yang baik. Bahkan untuk hal sekecil apa pun harus dibicarakan pada pasangan agar hubungan nyaman tanpa ada yang merasa bersalah atau terbebani.Untuk kali ini Naufal menyadari kesalahannya, dia yang kurang peka tentang perasaan istrinya karena terlalu bahagia atas hadirnya anak mereka. Benar memang Saka sudah banyak yang menyayangi dan memperhatikan, bahkan saat anak kecil itu menangis semua orang khawatir dan saat tertidur semua orang akan bahagia dengan terus memuji dan membangga-banggakannya. Naufal harusnya lebih memperhatikan istrinya yang sedang berjuang untuk membuat anaknya selalu dalam keadaan kenyang dan nyaman. "Maafin Aa yang enggak ngertiin perasaan, Neng."Obrolan mereka diawali dengan Naufal yang meminta maaf pada istrinya. Duduk ditepi ranjang yang entah mengapa rasanya cangg
Oncom bingung bagaimana ia harus menjawab pertanyaan mereka. Rasanya memalukan jika yang ia permasalahkan adalah rasa iri pada anaknya sendiri yang mengambil semua perhatian orang lain. Sikap mereka tetap sama menyayangi dirinya tapi mereka semua selalu tertuju pada Saka. Suaminya bahkan sering tidak mendengar panggilan darinya saat sedang bermain dengan bayi itu."Gue enggak tau kenapa, cuma gue ngerasa iri sama anak sendiri. Kadang-kadang gue mikir kalau anak gue itu ngerebut semua perhatian orang. Setiap orang yang datang aja langsung berebut entah cuma pengen liat atau pengen gendong. Bahkan suami gue juga perhatiannya kayak cuma terpusat sama, Saka."Naufal yang mendengar jawaban istrinya sangat merasa bersalah. Ia tidak tahu jika sang istri merasakan hal seperti itu karena selama ini sikapnya biasa saja. Ia memang terlalu bahagia dan menyayangi anaknya hingga benar-benar memusatkan perhatian pada malaikat kecil itu. Gita langsung memeluk sahabatnya yang kini sedang menangis ka
Selain hamil, masa menyusui adalah masa-masa paling berat yang dialami oleh seorang ibu. Air susu sedikit, anak yang terus menangis bahkan banyak wanita kurang beruntung yang tidak mendapatkan dukungan dari orang terdekat adalah masa paling berat untuk dijalani. Maka dari itu banyak wanita mengalami baby blues bahkan sampai membahayakan nyawa anaknya karena terlalu lelah jika berada dilingkungan tanpa support yang baik. Untuk Oncom sendiri gejalanya berbeda, asi nya deras, anaknya tidak terlalu cengeng, keluarganya mendukung penuh apa yang ia lakukan dan selalu ikut menjaga Saka hingga ia tidak lelah sendirian. Suami siaga bahkan mertua juga orang tua yang dua puluh empat jam menjaga dirinya juga bayinya. Jika Saka sedang rewel mereka tidak akan membiarkan Oncom bergadang sendirian dan sebisanya menenangkan membuat Oncom bersyukur. Namun, satu hal menyerang Oncom selama ia dalam masa menyusui di mana ia iri pada anaknya sendiri. Oncom merasa anaknya mengambil perhatian semua orang t
Untuk Oncom hari menjadi seorang ibu yang sesungguhnya dimulai saat pertama kali dirinya memberikan asi pada putranya. Susah dan penuh perjuangan walau sudah mencoba beberapa kali. Air susu yang belum keluar juga puting yang kecil menjadi tantangan karena putranya bingung."Udah bisa yeay!!"Oncom sedikit bersorak saat bayi kecil itu berhasil menyedot putingnya walau belum keluar air susu, tidak apa-apa karena itu untuk rangsangan."Alhamdulillah, pinternya anak, Abba.""Tangan Aa luka."Oncom baru sadar saat ia melihat tangan kanan suaminya yang terluka dan mengeluarkan darah yang sudah kering. Oncom tahu itu luka karena apa dan sangat sadar jika dirinya yang melakukan tadi saat sedang berjuang melawan rasa sakit untuk mengeluarkan anak mereka. Padahal kukunya pendek tapi tetap menggores tangan suaminya."Enggak apa-apa, Sayang. Ini enggak sakit kok," balas Naufal karena sakit yang dirasakan istrinya berkali-kali lipat dibandingkan luka kecil yang ia rasa. "Bu bidan, tolong ke sini
Naufal benar-benar menunjukkan sisi lemahnya tanpa peduli jika ada orang lain di dalam ruangan itu. Jika tidak melihat istrinya dan berusaha sekuat tenaga untuk bersikap tegar sudah pasti ia akan luruh ke lantai karena jujur saja kakinya bergetar saat melihat proses istrinya berjuang. Genggaman tangannya bahkan belum lepas dengan sorot mata penuh rasa bahagia sekaligus bangga. "Laper, A."Setelah berjuang mengeluarkan tubuh anak lelakinya dengan mata yang sangat berat kini perut Oncom terasa sangat keroncongan. Oncom juga merasakan keanehan pada perutnya yang kini seolah kosong apalagi setelah bidan selesai membersihkan dan menjahit bagian intimnya. Dua jahitan dalam dan tiga jahitan luar karena posisi Oncom yang bagus jadi tidak ada sobekan tapi tetap dijahit untuk proses percepatan."Mau makan apa, Sayang?" tanya Naufal semangat."Nasi padang enak kayaknya.""Ustadz anaknya boleh diadzani dulu," sela bidan membawa anaknya yang sudah rapi dengan kain bedong berwarna biru muda."Adz
Terlahir menjadi seorang wanita memang tidak bisa menghindari rasa sakit dari banyak hal. Dari sakit ringan saat datang tamu bulanan bahkan sampai sakit yang harus mempertaruhkan nyawa seperti melahirkan baik secara normal maupun operasi Caesar karena semuanya sama-sama meninggalkan rasa sakit yang tidak akan terlupakan. Butuh perjuangan berat bagi seorang perempuan untuk melahirkan seorang anak ke dunia ini. Jika secara normal tidak memungkinkan maka operasi adalah pilihan dan jangan pernah menganggap jika seorang wanita tidak sempurna jika tidak melahirkan secara normal, karena bagaimanapun cara seseorang lahir ke dunia tetaplah membuat seorang ibu kesakitan tanpa bisa dihindari. Naufal sangat berusaha menguatkan diri agar ia bisa menemani istrinya berjuang mengeluarkan anak mereka. Matanya tidak beralih dari mata istrinya dengan terus mengucapkan kata-kata semangat juga do'a agar diringankan dan juga dilancarkan semuanya."Coba kita liat lagi ya udah pembukaan berapa," ajak bidan.
Laila berlari menuju rumah orang tuanya, ia tidak sabar untuk segera sampai tapi kenapa rasanya jarak itu sangat jauh hingga napasnya naik turun dan tidak sampai-sampai walau ia sudah berlari cukup kencang menurutnya. "Assalamu'alaikum, Ibu!" Laila mengetuk pintu dengan tergesa begitu sampai di depan pintu kamar orang tuanya. Ia tahu di dalam kamar hanya ada ibunya karena Abah Yai sedang menghadiri pengajian rutin di balai desa yang berlangsung sampai tengah malam. "Waalaikumsalam, ada apa, La?" "Teteh kayaknya mau lahiran deh, Bu. Udah meringis aja dari tadi," jawab Laila dengan wajah paniknya. "Ayo kita ke sana," ajak Bu Nyai.Dua wanita beda generasi itu segera berjalan menuju rumah Naufal setelah meminta salah satu santri untuk mengabarkan pada Abah Yai juga pada Sarif untuk menyiapkan mobil. Kebahagiaan yang diselimuti kekhawatiran rasanya sangat mendebarkan apalagi untuk seorang Ibu seperti Bu Nyai yang sudah merasakan bagaimana sakitnya melahirkan. "Assalamu'alaikum, Neng
Perkiraan lahirnya masih dua minggu lagi tapi perutnya sudah sering kencang dan tendangan yang cukup kuat kadang membuat Oncom meringis. Jangan tanya bagaimana khawatirnya Naufal yang bahkan sangat jarang tidur pada malam hari yang ia isi dengan berbagai dzikir sekaligus menjaga istrinya, karena kata dokter kelahiran anak mereka bisa kurang dari hari perkiraan lahir atau lebih. Naufal selalu siaga berjaga-jaga anaknya ingin segera keluar di malam hari hingga dirinya harus bergadang dan akan tidur setelah sholat subuh walaupun itu bukan waktu yang baik, tapi semua ia lakukan demi anaknya. Naufal berpikir jika siang hari banyak orang yang menjaga istrinya maka dari itu malam adalah bagiannya. Laila bahkan sudah satu minggu menginap di rumahnya berjaga-jaga jika mereka membutuhkan bantuan. Adiknya juga sudah membantu mempersiapkan tas berisi perlengkapan kakak iparnya jika sewaktu-waktu sang keponakan ingin segera lahir. "Kenapa, Sayang?" tanya Naufal saat melihat istrinya meringis.Ja
Sebagai calon orang tua yang mempersiapkan dengan sangat baik semua kenyamanan dan kesehatan istri serta calon anaknya Naufal mengikuti semua instruksi dari dokter kandungan yang datang setiap minggu satu kali ke rumahnya. Dokter kandungan dari rumah sakit swasta yang terkenal dengan pelayanan ramahnya bernama Anggia, teman dari Hendrik yang diminta dan dibayar langsung oleh anak Onta satu itu untuk mengontrol calon keponakannya. "Jangan lupa senam hamil ya bapaknya juga ikutan. Banyakin sujud sama jalan pagi kalau kuat jangan pake sendal. Hari rabu kita USG ya. Pikirannya ditenangin ya Teh jangan sampe tensi nya naik lagi," pesan Anggia setelah ia memeriksa kondisi Oncom."InsyaAllah, Dok. Makasih ya udah selalu siaga buat saya," balas Oncom karena dokter itu begitu baik dan lembut."Sama-sama dan udah tugas saya. Kalau gitu saya permisi dulu ya. Buat obatnya abisin yang kemarin aja. Enggak usah dianter assalamu'alaikum," salam Anggia pada keduanya."Waalaikumsalam warahmatullahi w