Elliot ditempatkan di penjara dengan tingkat keamanan paling ketat sesuai dengan tingkat kejahatan yang dilakukannya. Pagi ini Edmund datang berkunjung bersama Keenan. Mengendarai mobil, mereka menuju penjara Walkfield. Edmund ingin melihat kondisi saudara kembarnya itu.“Apa kau yakin dia akan mau menggunakan pengacara darimu? Atau kita bisa meminta pengacaranya untuk datang,” Keenan berkata sambil mengendarai mobilnya.“Pengacaranya secara resmi mengundurkan diri dari kasusnya. Aku baru dihubungi olehnya. Jadi karena aku satu-satunya wali untuknya, aku harus menyiapkan pengacara untuknya.”“Hah, kau terlalu mulai.”Edmund tersenyum kecil pada Keenan. “Hanya itu satu-satunya cara yang bisa aku lakukan untuk tetap bisa memenuhi janjiku pada kedua orang tua kami.”“Bagaimana dengan kondisi mentalnya?”“Mungkin itu bisa meringankan hukumannya tapi, aku tidak akan meminta itu pada saat persidangan. Aku akan tetap membiarkan keputusan terbaik diberikan oleh hakim nanti.”Mobil mereka berh
Hanna mengunjungi Alyssa hari ini. Dia datang dengan membawa banyak makanan. Memberikan semua yang dibawanya seolah-olah Alyssa adalah penderita busung lapar. “Kamu memberikan aku makanan sebanyak ini? Kamu pikir aku kelaparan?”“Itu bukan dariku, tapi dari ibuku. Saat aku bilang kau sedang mengandung, dia langsung heboh. Dia mengabari tetangga kalau anaknya sedang hamil, dan kamu tahu apa? Mereka kira aku yang hamil. Mereka mengucapkan selamat padaku!”“Benarkah? Itu pasti menyenangkan. Bukankah para tetanggamu sangat baik?”“Ya, sangat baik sampai-sampai aku tidak diberi jeda untuk bicara dan menjelaskan kalau yang hamil itu bukan aku,” Hanna membanting dirinya ke sofa. Dia mendesah.Alyssa menyimpan makanan-makanan itu di atas kitchen island. Bertha dan Diana datang membantu merapikan makanan-makanan itu. “Kalian boleh mengambil apapun yang kalian mau. Aku tidak mungkin menghabiskan semua itu sendirian.”“Baiklah Nona,” ucap Bertha, dia memilih sekotak kismis dan mencicipinya. “Em.
Alyssa duduk di atas rumput memperhatikan dua bebeknya yang tengah makan dengan lahap. Meski matanya tertuju pada Dexter dan Maggie, tapi pikiran Alyssa melayang kemana-kemana. Ada resah yang coba dihalaunya namun semua itu berkeliaran di pikiran Alyssa. Lalu Alyssa jadi memikirkan apa yang disampaikan Hanna tentang pernikahan.Tapi kemudian Alyssa berdiri meninggalkan dua bebek itu karena udara semakin dingin. Alyssa masuk ke rumah, dia menyalakan perapian untuk menghangatkan ruangan. Meski pernikahan bukanlah sesuatu yang diwajibkan di negaranya tapi, jika sudah ada seorang anak dalam perutnya bukan berarti dirinya juga harus mempunyai suami.Tapi Assa bahkan belum melamarnya. Apa yang kini bersemayam dalam pikiran Alyssa menjadi terusik ketika suara lagkah-langkah kaki mendekat padanya. Alyssa menoleh, dia mendapati Assa yang sudah kembali, kemudian dia berdiri menghampiri Assa dan memeluk pria itu dengan hangat.Assa membalas pelukan Alyssa dengan sama hangatnya. Dia juga mengecu
Acara makan malam selesai sekitar pukul sepuluh malam. Assa dan Alyssa langsung kembali ke Mansion. Pria itu mengendarai mobilnya sendiri dengan Alyssa duduk di sisinya. Sesekali Assa melirik Alyssa. Wanita itu tampak tenang, matanya terpejam namun tidak tidur. Assa jadi memikirkan apa yang dibicarakannya bersama Edmund tentang pernikahan. Bukannya dia tak ingin, tapi Assa tidak mau jika ajakan menikah nantinya akan membebani Alyssa di tengah-tengah kondisinya yang mengharapkan Samuel segera kembali. Sebagai seorang anak perempuan, Assa yakin Alyssa ingin diantar ke altar oleh ayahnya.“Alyssa?”“Ya?” Alyssa membuka matanya dan menatap pada Assa. Menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya.“Apa kamu ingin menikah tanpa didampingi ayahmu? Maksudku kita bisa saja menikah dalam waktu dekat tapi, mungkin resikonya kita akan menikah tanpa ayahmu.”Alyssa mengulas senyum lebar. “Kamu tahu bahwa aku ingin menikah dengan didampingi ayah, jadi tidak akan masalah meski tidak segera menikah denga
Begitu sampai di rumah sakit terdekat, Wolf keluar dari mobilnya dan berlari kecil untuk memanggil Dokter jaga dan perawat yang bertugas. Mengatakan jika ada pasien yang membutuhkan perawatan. Bersamaan dengan itu mobil Jane juga tiba. Perawat yang dimintai tolong oleh Wolf langsung melakukan tugasnya. Beberapa di antara mereka pergi membantu Jane mengeluarkan Samuel dari mobil, lalu menaruhnya ke brankar sebelum didorong untuk dibawa masuk. Mobil Assa tiba tak lama dari itu. Pria itu juga keluar begitu mobil yang dikendarainya berhenti. Melangkah masuk lalu menghampiri Jane dan yang lainnya yang sudah menunggu di ruang tunggu. Wajahnya terlihat sedikit tegang, menatap ruangan di mana Samuel sedang diobati. Ia menghela nafas setelahnya, ikut duduk bersama tiga orang lainnya. Jeff yang berdiri di belakang juga ikut mengambil tempat yang tersisa. Mereka semua diam dan membuat keheningan dalam waktu yang lumayan lama. Bergelut dengan pikirannya masing-masing. Sampai akhirnya Assa berdi
Sinar matahari mulai terlihat. Perlahan muncul dan menerangi taman mansion dengan warna pucatnya. Angin musim gugur berhembus ringan menerbangkan sisa-sisa embun yang membasahi bunga-bunga yang bermekaran. Membawa aroma segar yang cukup untuk memanjakan indra penciuman. Alyssa bangun lebih dulu dari Assa. Wanita itu mengerjapkan mata beberapa kali dan memandang pria yang masih terlelap di sampingnya. Menatap wajah tampan yang tidak akan pernah bosan dipandang. Mengagumi garis wajah yang selalu membuatnya terpesona. Tangannya terulur untuk mengelus rahang pria itu sejenak, sebelum kemudian dia mendekat dan memberikan satu kecupan di kening Assa. Seusai puas dengan kekagumannya pada kekasihnya itu, Alyssa bergerak bangun dan turun dari tempat tidur. Pergi ke kamar mandi untuk buang air dan membersihkan diri. Setelahnya bergerak keluar kamar menuju dapur. Namun hari ini ada yang berbeda sebab banyak para pekerja yang sudah mulai melakukan tugas mereka masing-masing. Alyssa mengangguk
Assa langsung memasang wajah serius. Dia menatap pintu ruang rawat Samuel sebelum menjawab ucapan Jane. “Apa?” Jane tak langsung menceritakannya. Dia mengambil napas dulu dan melihat tiga orang yang tadi sibuk bercerita juga sudah diam. Mereka juga sudah berdiri tegak dan tampak patuh. Memandangnya seperti ingin tahu juga tentang ceritanya. “Ayo duduk dulu!” ujarnya mengajak Assa untuk duduk di kursi tunggu. Assa menurut, dia mengambil tempat untuk duduk. Jean ikut duduk di sampingnya. Kemudian barulah dia bercerita. “Samuel bilang, saat dia kembali dari rumah Alfredo, dia dicegat oleh beberapa orang.” Kening Assa mengerut. “Dicegat?” Jane mengangguk. Ia melanjutkan ceritanya. “Saat itu Samuel dalam perjalanan pulang dari rumah Alfredo. Dia menaiki motor. Dalam perjalanan itu dia merasa jika bannya kempes dan Samuel pun berhenti untuk melihatnya. Lalu tiba-tiba muncul sekitar tiga atau empat orang yang langsung menghajarnya.” Jane menjeda sejenak untuk mengambil napas. Dia menata
Assa mengerutkan keningnya. Lagi-lagi ayah angkatnya itu bisa melarikan diri. Jika seperti ini semua kejadian rumit ini tidak akan menemui titik terangnya. Hidupnya maupun kekasihnya juga tidak akan aman. Alyssa akan terus berada dalam bahaya. Nyawanya terancam dan Assa tidak akan pernah bisa tenang. Pria itu memejamkan matanya sejenak. Berusaha menenangkan pikirannya yang mulai bergejolak sejak tadi. Ia harus tenang agar bisa menemukan jalan keluarnya. Hanya khawatir dan tidak melakukan apapun tidak akan membuat kehidupannya baik-baik saja. Ia harus melakukan sesuatu untuk ini. Dia tidak bisa membiarkan mereka melakukan kejahatan lagi yang menyakiti orang lain. “Jeff, hubungi Arthur. Aku ingin bertemu dengannya. Ada sesuatu yang ingin ku rundingkan dengannya,” kata Assa setelah dia memikirkan satu kemungkinan yang mungkin saja terjadi. Ia memang masih tidak begitu yakin dengan pemikirannya ini, namun hal tersebut layak untuk dicoba. Jeff mengangguk mengerti. Dia langsung melaksana