Assa rupanya tertampar oleh perkataan Alyssa yang mengatakan bahwa kemewahan tidak selalu membuat bahagia. Pria itu duduk ruangannya, memutar-mutar kursi kebesarannya sambil memikirkan perkataan Alyssa. Tangan kanannya memainkan pena, diputar-putar dengan jarinya.Argo yang duduk di sofa tamu melihat Assa dengan jengah. Dia lebih tertarik menyusun jadwal Assa untuk tiga bulan ke depan, tapi Assa mengganggunya dengan bertanya. “Jadi menurutmu bahagia itu apa?”“Apa saya harus menjawabnya?”“Kalau ditanya tentu saja harus dijawab, Argo.”“Pekerjaanku masih banyak.”“Sialan kau!”Selama mengenal Assa, tidak pernah sekalipun Argo mendengar Assa membicarakan arti kebahagiaan. Rekan sekaligus sahabatnya itu selama ini hidup dengan kemewahan, dan kasih sayang orang tua yang cukup. Jadi Assa tidak pernah mempertanyakan kebahagiaannya sendiri. Dia sudah tahu bahwa dirinya bahagia dengan semua yang dimilikinya, lalu mengartikan bahwa orang-orang juga akan bahagia jika memiliki apa yang dia mil
Helga dibuat kaget dengan kedatangan Lena—sepupu Assa yang bertahun-tahun tinggal di Rusia itu kini kembali menginjakkan kaki di Mansion milik Assa. Wanita itu turun dari mobil dengan anggunnya. Dia tersenyum sinis pada Helga yang terpaku di depan pintu.“Halo Helga, apa kabar? Ah, sepertinya kau semakin menua. Sayang sekali jika kau menyia-nyiakan waktumu hanya untuk melayani Assa.”Sejak dulu Helga tak pernah menyukai Lena. Wanita itu angkuh luar biasa. Pamornya sebagai pemilik brand perhiasan ternama membuatnya lupa diri dari mana dirinya berasal. Lena melihat sekelilingnya dengan angkuh.“Mansion ini masih bertahan meski sudah sangat tua. Sepertinya butuh diperbaiki.”“Tidak ada yang berhak melakukan itu tanpa seizinku,” ujar Assa yang baru saja keluar rumah dan mendapati Lena di depan rumahnya. Assa melihat Helga yang terdiam. “Helga, kembalilah ke dalam.”Helga menurut. Kini yang berhadapan dengan Lena adalah Assa. Pria itu kesal melihat tingkah sepupunya yang sejak kecil tidak
Assa meski tidak diberikan izin untuk datang ke pelabuhan tempat yang menjadi transaksi jual beli senjata dan narkoba secara ilegal tapi, pria itu tetap datang. Bahayanya Assa tanpa ditemani siapapun. Jika Argo tahu tentu dia akan dimarahi. Kini Assa bersembunyi di antara kontainer-kontainer terbengkalai di sana.Dari tempatnya Assa juga bisa melihat Samuel yang tengah mengawasi lokasi, sama seperti Assa yang bersembunyi. Menunggu dalam detik demi detik yang dilewatinya, akhirnya tiga buah mobil datang. Di dermaga kapal kecil berlabuh. Orang-orang di dalam mobil turun dengan membawa koper-koper besar di tangan.“Silakan periksa sendiri, semuanya sudah sesuai pesanan,” ucap seorang yang datang dengan membawa koper-koper besar itu.Beberapa orang dari kapal datang untuk memeriksa isinya. Mereka mengacungkan jempol ketika semua isinya lengkap seperti yang mereka pesan. “Dimana Tuan kalian?”Salah satu dari mereka memerintah untuk memanggil seseorang yang masih berada di mobil. Itu adalah
Tampaknya Lena tidak kapok datang berkunjung ke kediaman Assa. Wanita itu benar-benar seenaknya masuk tanpa permisi meski dilarang penjaga di depan, tapi karena itu adalah Lena maka mereka membukakan pintu. Lena berlagak seolah-olah dirinya adalah tuan rumah. Seperti memerintah Bertha dan Diana untuk melayaninya. “Bertha! Ambilkan saya segelas jus sekarang!” serunya bahkan sebelum dirinya duduk. Tapi, ada Helga yang datang mencegah aksi-aksi Lena. “Kau tidak berhak memerintah siapapun di rumah ini. Terlebih lagi kau masuk tanpa izin.”“Kau lupa Helga kalau aku adalah bagian dari keluarga Welsh? Sedangkan kau hanya seorang pembantu.”“Kau mungkin tumbuh dan hidup di dalam keluarga Welsh, tapi sifat dan tingkah lakumu menunjukkan dari mana sebenarnya kamu berasal.”Mendengar hal itu tentu saja Lena menjadi marah dia mendekati Helga dan ingin menamparnya, tapi tangannya ditahan oleh Alyssa yang baru keluar dari kamarnya dan melihat kejadian itu.“Di sini tidak boleh ada kekerasan.” uca
Alyssa sejak tadi hanya berguling-guling di tempat tidurnya lantaran tidak bisa memejamkan matanya dengan tenang. Perkataan Lena diam-diam ternyata mengusik pikirannya. Assa memang tak pernah menyentuhnya lebih jauh dari sekedar ciuman, tapi apa benar karena Assa tidak mencintainya? Alyssa terus memikirkan hal itu berulang kali.Rasa tidak tenangnya membawa Alyssa beranjak dari tempat tidurnya. Dia berjalan keluar kamar, lalu ke dapur. Di dapur ada Helga yang mengambil air minum.“Apa Nona membutuhkan sesuatu?” tanya Helga.“Tidak, aku bisa mengambilnya sendiri. Helga?”“Iya?”“Assa belum pulang?”“Belum Nona.”“Baiklah kalau begitu, kau boleh kembali ke kamarmu.”“Jika Nona membutuhkan sesuatu bisa panggil saya.”“Baik, Helga.”Helga berlalu dari dapur, sedangkan Alyssa mengambil segelas air minum untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Gadis itu kemudian kembali ke kamarnya, tapi ketika akan menginjakkan kaki pada anak tangga dia melihat pintu yang terbuka. Ternyata itu adalah A
Assa sengaja meminta Alyssa pulang lebih cepat dari tokonya karena dia ingin mengajak Alyssa untuk makan malam. Gaun cantik sudah disiapkan oleh Bertha dan Diana meski langit di luar masih benderang. Alyssa duduk terpaku di tempat tidurnya memandangi banyaknya gaun indah yang rapi tersedia untuknya. Di dekat Alyssa ada Leonidas yang tengah bermain game di ponselnya. Alyssa melirik anak itu sesaat, rasanya lebih menyenangkan bermain bersama Leonidas dari pada harus menerima ajakan kencan Assa malam ini.“Menurutmu apa aku harus pergi?” tanya Alyssa pada Leonidas.“Ya, pergilah. Bibi Alyssa harus bisa bersenang-senang juga.”“Kamu tidak masalah kalau aku tinggal?”Leonidas meletakan ponselnya di tempat tidur, dia menatap Alyssa dengan senyum lucunya. “Tidak masalah, di sini ada bibi Helga, bibi Bertha dan bibi Diana. Paman Dastan juga bisa menemaniku.”“Anak pintar.”Pintu kamar Alyssa diketuk, Helga masuk dan berkata. “Di luar ada non Jane dan ibunya.”“Baiklah. Ayo kita temui mereka,
Apa yang takdir berikan tentang sebuah kenyataan sering sekali jauh dari ekspektasi yang tercipta dalam benak. Assa menerima pelukan Alyssa meski di hatinya bersemayam rasa kecewa. Makan malam mereka berakhir dengan sebuah penolakan. Walau demikian Assa tidak melepaskan Alyssa begitu saja.Saat mereka kembali Assa mengajak Alyssa mengobrol di kamarnya. “Aku harap kamu punya alasan yang bagus atas penolakanmu itu.”“Aku ini hanya seorang gadis yang terlahir dari keluarga sederhana. Sejak kecil aku bebas pergi dan bermain kemanapun. Jika harus diawasi itu hanya ibu. Dari kejauhan dia akan melihatku bermain ayunan. Sejak awal kamu menahanku disini pun kamu sudah paham kalau aku tidak nyaman.”“Lalu kenapa kamu tidak pernah menolak ciumanku? Kamu bahkan sekarang seperti menerima segalanya.”“Perempuan mana yang akan menolak ciumanmu, Assa? Aku rasa tidak ada.”“Kamu mengakui perasaanmu.”“Iya, aku memang mencintaimu tapi, untuk hidup lebih lama denganmu rasanya aku tidak sanggup. Melihat b
Assa begitu menerima panggilan dari Hanna yang meminta izinnya akhirnya membiarkan Alyssa bersama gadis itu lebih dahulu. Assa ingin memberikan waktu Alyssa untuk bisa menenangkan dirinya lebih dahulu. Sementara itu Ass menyibukkan dirinya dengan setumpuk pekerjaan.Argo duduk di depannya dengan Ipad di tangannya. “Kelly Bop memperpanjang kontraknya dengan kita, tapi dia meminta tambahan pengawal sebanyak dua orang untuk putrinya yang akan masuk sekolah, lalu dia juga menambahkan asuransinya sebanyak sepuluh ribu Pounds.”Assa mengecek datanya lewat komputer. “Artis itu benar-benar klien kita yang menyenangkan.”“Benar lalu, karena kasus calon perdana menteri yang sedang marak. Sekarang beberapa menteri yang dekat dengannya juga meminta pengawalan dari jasa kita. Sepertinya mereka sering diikuti wartawan gila.”“Tunggu, kenapa mereka meminta jasa kita? Bukankah ada Blue Eyes?”“Mereka hanya dekat secara pekerjaan, tidak dekat seperti seorang sahabat. Mereka juga mengaku di media kalau