Share

Doubt

Penulis: UmiLovi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Wajah Aji menegang, rahangnya mengeras sempurna. Matanya memerah penuh emosi namun ia menahannya.

"Jangan marah, ya ..." pinta Brisya memohon, ia menggenggam tangan Aji lebih erat.

"Kamu masih bisa magang di tempat papaku, kenapa harus magang sama orang, sih!"

"Aku nggak mau ngerepotin kamu, Ji. Sudah cukup selama ini kamu ngasi segalanya buat aku," tukas Brisya hati-hati, salah ucap sedikit bisa saja Aji meledak.

Aji menarik tangannya dari genggaman Brisya, lantas mengusap wajah dan rambutnya dengan kesal. Ia merasa tak berguna. Bahkan untuk hal kecil saja ia tak mampu membantu Brisya.

"Aku cuma butuh support kamu sekarang, aku udah nggak bisa mundur lagi, Ji," pinta Brisya lirih, mengawasi Aji dengan harap-harap cemas.

"Aku ngerasa nggak berguna, Briy. Percuma rasanya ada aku kalo kamu masih minta bantuan orang itu."

"Dia bukan orang, mendiang papanya om Haris dulu donatur tetap di Panti ini. Jadi mungkin dia pengin melanjutkan kebaikan papanya dengan membantu anak-anak di Pant
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Om, I Love You!!   Another Warm

    Brisya melempar slingbag-nya lelah, seharian ini benar-benar menguras emosinya. Namun yang lebih membuatnya sedih adalah sikap Haris yang tiba-tiba menjadi dingin. Tadi saat meeting sebelum pulang kerja, Haris bahkan membentak Brisya karena tidak meyelesaikan pekerjaannya. Brisya memang bertugas untuk promosi di media sosial, namun ia gaptek dan tidak tahu harus memulai dari mana.Ragu Brisya mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Aji membelikannya ponsel pintar yang mahal tapi Brisya bahkan tidak tahu cara mengoperasikannya selain digunakan untuk menelefon. Ia takut karena merasa barang itu bukan miliknya meski Aji sudah memberikannya. Saat tengah asyik melamun, tiba-tiba ponsel di tangannya bergetar, Brisya tersentak kaget hingga ponsel itu hampir saja terlempar dari tangannya. Aji is calling ..."Hallo.""Briy, nanti malam jalan, yuk! Aku jemput kamu jam 7, ya?" "Emang mau ke mana?" "Ada deh, surprise pokoknya," tukas Aji bersemangat. Brisya menarik napasnya pelan."Okey, ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Om, I Love You!!   Desperate

    Entah kebetulan atau memang sudah takdir, Haris keluar dari ruko untuk membuang sampah tepat di saat Brisya sedang berdiri menatap ke arah jendela kamarnya di lantai atas ruko. Tadinya Haris ingin menyapa, tapi saat ingat kejadian tadi siang, Haris urung menghampirinya. Ia tetap membuang sampah seperti biasa, namun rasa penasaran membuatnya hampir goyah. Apa yang Brisya lakukan malam-malam begini di luar?? Saat berbalik dan ragu untuk menghampiri Brisya atau tidak, sebuah sorotan lampu mobil dari arah berlawanan sontak membuat Haris membatalkan niatnya. Sepertinya ia tahu mobil siapa itu, mobil SUV hitam dengan plat nomor spesial. Haris menarik nafasnya berat, ada sakit yang ia rasakan. Lagi. Brisya kemudian masuk ke dalam mobil itu, dan Haris masih bisa melihat ekspresinya yang tampak riang. Saat mobil itu berlalu, Haris masih memastikan Aji yang menyetir sebelum kemudian ia berbalik masuk. Dengan tubuh gemetar, Haris mengunci pintu ruko dan beranjak naik ke lantai atas. Dadan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Om, I Love You!!   Shadow

    Brisya tak bisa memejamkan mata meski jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Bayangan Haris tak bisa pergi dari benaknya. Entah mengapa ia begitu tergila-gila pada laki-laki yang hanya menganggap Brisya sebagai seorang adik, tak lebih. Apa karena Haris memperlakukannya berbeda? Apa karena Haris lebih sabar menghadapi Brisya? Tiba-tiba Brisya rindu bergurau dengan Haris. Sejak tunangannya itu datang rasanya Brisya hanya seperti bayangan. Brisya tak lagi bisa bermanja padanya. Tadi ketika berada di rumah Aji, pikiran Brisya tak bisa lepas dari Haris. Entah mengapa ia jadi sedikit menyesal saat melihat ekspresi Haris saat ia pergi dengan Aji tadi. Tapi bila Haris hanya menganggap Brisya sebagai adiknya, mengapa ekspresinya seperti tak rela? Brisya menghembuskan napasnya lelah, matanya mulai panas. Ia mulai mengantuk. "Briy, bangun, udah jam 6!" Lamat-lamat suara Bu Shila terdengar.Brisya menggeliat, membuka matanya yang terasa berat. "Kamu nggak kerja?" tanya Bu Shila heran."

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Om, I Love You!!   Denial

    Duk ... duk ... dukk ...Haris membenturkan kepalanya berulang kali ke dinding kamar mandi. Air dingin mengucur deras dari shower membasahi sekujur tubuhnya. Entah sudah berapa kali ia mendesah, merintih dan membenturkan kepalanya hingga keningnya terasa perih. Sungguh ia telah kehilangan kontrol. Bila harus menyesal atau bersyukur, ia sendiri bahkan lebih menyesali perbuatannya. Bagaimana bila Brisya jadi jijik padanya?? Bukankah sudah berulang kali ia memastikan pada Brisya bahwa gadis itu sudah seperti adiknya sendiri? Bagaimana mungkin Haris bisa seceroboh itu??Dhukkk!! Haris meringis menahan sakit, luka di lengannya masih terasa perih namun kini bertambah lagi di keningnya. "Stupid!!" rutuk Haris pada dirinya sendiri, ia mengusap keningnya pelan, sepertinya ada luka baru yang bertambah di tubuhnya. Hampir sejam lamanya Haris mengutuk dirinya sendiri di kamar mandi. Tubuhnya mulai menggigil. Lekas ia menarik handuknya dan beranjak. Pening di kepalanya kini berganti sakit. Ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Om, I Love You!!   Somewhere

    Mobil sedan hitam milik Haris sudah melaju jauh keluar dari tol. Brisya tak bersuara sejak tadi. Ia duduk di kursi belakang. Di depan Frans dan Haris sedang asyik mengobrol. Sesekali Brisya mengamati pantulan wajah Haris di kaca spion, ganteng sekali meski hanya mengenakan pakaian santai. Saat rapat kemarin harusnya Vico yang ikut keluar kota namun karena ibu Vico sakit-sakitan dan sering kambuh maka Brisyalah yang akhirnya harus ikut. Brisya memandang keluar kaca jendela, mobil mereka mulai melewati pegunungan dan bukit. Entah berada di kota apa ia sekarang. Brisya seperti dejavu dengan pemandangan ini. Tapi ia tak bisa mengingat apapun. Mobil Haris kini memasuki sebuah Hotel di pegunungan. Suasananya dingin dan sejuk. Mereka harus menginap karena hari sudah sore, besok mereka survei dan setelahnya langsung pulang. Haris memesan 3 kamar untuk mereka. Masing-masing kamar berbentuk rumah dengan jarak 3 meter di antara rumah yang lain. Baru kali ini Brisya menginap di tempat lain s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Om, I Love You!!   The Rain and You

    Brisya merapikan kayu di perapian sebelum menyalakan api yang sudah ia siapkan. Haris tidur pulas sejak tadi, Brisya akhirnya mengalah dan membiarkan Haris tidur di tempat tidurnya. Sejak tadi Brisya mengurangi volume tivi setelah menyadari bahwa Haris sudah terlelap. Sekarang malah Brisya kedinginan, hujan membuat hawa menjadi semakin terasa seperti di kutub. Begitu kayu-kayu sudah tertumpuk rapi, Brisya segera menyulutkan api di antaranya. Tak butuh waktu lama, kamarnya mulai terasa hangat. Ragu Brisya mendekat ke tempat tidur, ia ingin melihat Haris yang sedang terpejam lebih dekat. Begitu manis dan tampan. Ingin rasanya Brisya memeluk tubuh yang sedang tidur meringkuk di balik selimut itu. Sepertinya Haris punya trauma dengan hujan hingga histeris ketakutan. Brisya tersenyum bila mengingat betapa paniknya lelaki kesayangannya itu tadi. Brisya menolehi jam di atas tivi, jam 10 malam. Berarti sudah 3 jam Haris tertidur. Hujan di luar belum juga reda meski tak sederas tadi. Brisya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Om, I Love You!!   Fear

    Hujan semalam berhenti pada pukul 2 dini hari. Haris masih belum tidur saat itu, ia lantas kembali ke kamarnya dan beristirahat. Pagi sekali telefon dari resepsionis sudah membangunkannya untuk sarapan. Usai mandi dan berbenah Haris segera turun ke restoran dan menyantap sarapannya. Dia harus segera ke lokasi survei sebelum jam delapan. Brisya masih belum nampak. Haris masih sedih bila mengingat kejadian semalam. Kedua matanya pun sepertinya masih bengkak karena semalaman menangis. Semoga Brisya tidak menyadarinya bila bertemu Haris nanti. Saat sarapannya sudah habis dan Brisya belum juga muncul, Haris mencoba menelfonnya. "Halo.""Briy, kamu nggak sarapan?" tanya Haris cepat."Aku nggak laper, udah mau berangkat?" "Sarapan dulu, ya? Apa perlu aku bawain ke kamar kamu?""Nggak usah, aku nggak laper, kalo udah mau berangkat kabari aku!""Iya ini mau berangkat, sih. Jam 8 ditunggu di lokasi tapi kamu sarapan du—""Udah dibilang nggak laper!!" Tut..tutt..Haris mengawasi ponselnya s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Om, I Love You!!   Confession

    Haris dan Brisya pada akhirny tertidur dengan tubuh saling berpelukan. Haris lelah karena semalaman tak bisa tidur, sedangkan Brisya memang gampang sekali tertidur pulas di manapun ia berada. Hujan sudah mulai reda, entah sudah berapa jam mereka tertidur. Brisya terbangun saat lamat-lamat suara ponselnya berdering, Haris akhirnya juga ikut terbangun. Ia mengurai pelukannya saat menyadari hujan sudah berhenti. Kaca mobilnya buram berkabut. Saat Haris telah beringsut duduk dan sedikit menggeser tubuhnya, Brisya lantas mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.Aji is calling ...Sebaris nama yang muncul di layar membuat Brisya tertegun. Brisya lantas mengawasi Haris dengan keki, Aji pasti akan bertanya apa Brisya sudah pulang atau belum. Karena tak tahu harus mengatakan apa, akhirnya Brisya membiarkan ponselnya tetap berdering di tangannya. Namun, tiba-tiba Haris merampas ponsel di tangan gadis itu dan menon-aktifkannya. Tentu saja hal itu membuat Brisya kaget. "Aku pengin berdua saja d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Om, I Love You!!   Season II : That Day!

    Sejak satu jam yang lalu, Aji berdiri dengan gelisah di pintu menuju altar yang akan menjadi tempatnya mengucapkan sumpah pada Tuhan. Pernikahan yang tak terencana dan dipersiapkan dalam tempo waktu singkat membuat acara itu tak semewah seharusnya. Tak apa, Aji tak lagi menginginkan pernikahan mewah namun berakhir di tengah jalan seperti pernikahannya yang terdahulu. Stevany pun demikian, ia bukan tipe wanita ribet yang terlalu mementingkan detail. Baginya, inti dari pernikahan adalah janji yang diucapkan pada Tuhan, bukan gaun, dekorasi, catering dan lain-lain. Ia hanya membeli gaun seadanya di desainer langganan Mama Aji, bukan gaun custom seperti milik Brisya dulu. Semua keluarga di Sydney dan Melbourne datang untuk menyaksikan pernikahan sederhana itu. Pun Bu Shila dan orang tua Brisya tak luput dari undangan Aji. Ia ingin momen indahnya kali ini disaksikan oleh semua orang yang berharga dihidupnya. Lantunan musik terdengar saat Stevany datang digandeng oleh Thomas. Aji yang men

  • Om, I Love You!!   Season II : Will You Be Mine?

    "Kamu mencintaiku?" tanya Aji lirih di telinga Stevany yang sedang terpejam di ranjangnya. Semalam, mereka berdua melampiaskan kerinduan yang selama ini tertahan. Aji tak membiarkan Stevany beristirahat barang sedetikpun, seolah tubuhnya yang tak sempat beristirahat seharian kemarin tak pernah lelah menjelajahi tiap jengkal tubuh gadisnya. Aji seperti kesetanan, memiliki Stevany yang merupakan perempuan pertama yang ia tiduri dalam keadaan perawan seolah anugerah yang tak akan pernah ia sia-siakan lagi. Stevany menggeliat di balik selimut tebal yang menutupi tubuh mereka berdua. Tanpa sadar sesuatu yang sedang tegang di bawah sana tersenggol hingga membuat Stevany terbelalak. Ia menoleh cepat pada Aji yang sedang tersenyum nakal menatapnya. "Aku menginginkannya lagi, Stev. Tolong aku," rengek Aji seraya merapatkan tubuhnya pada Stevany hingga junior yang mulai aktif itu menggesek di antara pahanya.Stevany memejamkan matanya gugup. Padahal semalam ia sudah seperti wanita binal, tap

  • Om, I Love You!!   Season II : Mine!

    Aji mendapatkan penerbangan pagi di keesokan harinya. Ia benar-benar lupa bila hari ini adalah hari besar Zunita. Beruntung Mamanya menelefon semalam, bila tidak, mungkin Aji akan kembali sibuk membantu Freya di kantor Ekspedisi. Jam 4 sore, pesawat yang ditumpangi Aji baru saja landing. Ia lebih dulu pulang ke apartemen untuk mandi dan berganti pakaian. Saat akan berangkat, ia lupa bila mobilnya ada di rumah papa dan mamanya. Alhasil, Aji datang ke acara Zunita dengan mengendarai taksi. Sepanjang perjalanan, suasana hatinya yang sempat memburuk selama di Sydney jadi semakin kacau balau. Ia pasti akan bertemu Brisya dan Haris di acara resepsi itu. Sudah lama sekali sejak ia bertemu mereka terakhir kali, entahlah apakah Aji akan sanggup melihat wanita yang pernah sangat ia cintai itu lagi. "Stop, Pak. Terima kasih!" Aji menyodorkan selembar uang seratus ribuan pada supir taksi dan bergegas membuka pintu. Ia keluar dan merapikan jasnya tanpa memperhatikan sosok yang berdiri mematung

  • Om, I Love You!!   Season II : Here in Sydney

    Usai menulis surat untuk Stevany, Aji bergegas turun dan bersiap untuk pergi. Tak lupa ia mengirimkan pesan pada gadis itu untuk berpamitan dan langsung memblokir nomornya dari daftar kontak. Setidaknya hanya hal ini yang nantinya akan menjadi kenangan terakhir untuk Stevany, gadis itu harus melupakannya agar bisa kembali bangkit. Harus. Dengan hati hancur, Aji menarik kopernya keluar dari rumah Nenek Chloe. Ia tak memiliki tujuan, kembali ke Sydney mungkin adalah satu-satunya pilihan. Saat sedang berjalan sambil merenung, ponsel di saku celananya bergetar. Dengan lemas, Aji merogohnya dan membaca nama yang tertera di layar. Freya is calling ..."Halo," sapa Aji suntuk."Aji, aku sedang dalam perjalanan menuju bandara. Aku akan pulang duluan ke Sydney, apa kamu masih lama berada di Melbourne?" cerocos Freya tanpa jeda.Aji tersenyum lega. "Aku juga sedang perjalanan menuju bandara, Frey. Baiklah, sampai jumpa di rumah Nenek!" janjinya."Oke, baiklah. Sampai jumpa!"Tit. Aji memasuk

  • Om, I Love You!!   Season II : Zunita & Hendri Wedding

    Hari minggu pun tiba, semalam Stevany mendapat surat undangan yang dikirim melalui chat oleh Brisya. Acara pernikahan Hendri dan Zunita, diadakan di hotel berbintang di Jakarta. Sejak pagi, Stevany sudah berada di Jakarta. Ia berencana membeli gaun terlebih dahulu lantas ke salon untuk dirias. Acaranya jam 3 sore, jadi masih ada banyak waktu untuk bersiap-siap. Stevany bahkan lupa bila ia pernah trauma untuk datang ke acara pernikahan, namun kini ia malah sangat antusias. Ia ingin tampil secantik mungkin di acara itu. Brisya memberi tahunya bila Aji pasti muncul karena pernikahan ini adalah acara spesial asisten pribadi Mamanya yang sudah dianggap keluarga sendiri oleh mereka. Diam-diam Stevany menjadi sangat penasaran seperti apa keluarga Aji, apakah nanti mereka akan memperlakukan Stevany dengan baik bila mengenalnya?? Stevany sudah kenal dengan Oma Donita yang sangat ramah dan gaul seperti Nenek Chloe. Semoga saja keluarga di Jakarta juga sebaik keluarga di Sydney, Stevany memba

  • Om, I Love You!!   Season II : Meet My Family

    Di dalam pesawat menuju Jogja, Stevany sedang berpikir keras. Perkataan Brisya kemarin selalu saja terngiang-ngiang di telinganya. "Kalo kamu mau ketemu Aji, datanglah hari minggu esok lusa. Aku akan memberimu alamatnya. Berdandanlah yang cantik. Aku yakin Aji akan datang di hari itu!" Ia memang akan berada di Indonesia selama seminggu kedepan. Bahkan mungkin bisa saja lebih lama bila ia tak kunjung bertemu dengan Aji. Kemarin Brisya memberi alamat dan nomor ponsel Mama Aji pada Stevany. Hanya untuk berjaga-jaga semisal nantinya Aji tak muncul di hari minggu esok lusa. Pesawat pun akhirnya landing di Bandara Udara Adisutjipto dengan selamat. Stevany lekas mengambil kopernya begitu melihatnya keluar dari bagasi. Sedikit terburu-buru karena ia sudah sangat tak sabar untuk bertemu Papa dan Maminya hari ini. Stevany sudah sangat rindu pada keduanya. Dari Bandara, ia bertolak ke kediaman kedua orang tuanya dengan menaiki taksi. Sepanjang jalan, Stevany tak hentinya tersenyum menyaksika

  • Om, I Love You!!   Season II : Welcome to Indonesia

    Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta. Stevany tiba di Indonesia tepat jam 1 siang. Ia lekas menarik kopernya dan mencegat taksi di luar. Dua hari yang lalu, Stevany berusaha mencari keberadaan dan kontak Brisya. Ia mencari di medsos manapun, dan beruntung bisa menemukan akun Instagramnya. Brisya masih mengingat Stevany, sempat mengobrol berbasa-basi di DM hingga akhirnya hari ini sudah membuat janji untuk bertemu. Stevany melarang Nenek Chloe memberi tahu Papanya bila ia berkunjung ke Indonesia, ia berencana akan memberi suprise pada mereka besok. Hari ini Stev sudah memiliki jadwal untuk menyelesaikan urusannya dengan Brisya. Namun lebih dulu, Stevany cek in di hotel yang sudah ia booking sejak kemarin.Usai beristirahat sebentar di hotel, Stevany bersiap-siap untuk pergi menemui Brisya di jam 4 sore. Mereka berdua sudah setuju untuk bertemu di Cafe yang berada tak jauh dari rumah Brisya. Cafe Lovable. Stevany tiba lebih dulu, suasana Cafe yang syahdu dengan musik mengalun

  • Om, I Love You!!   Season II : It's Hurt

    Sudah hari keenam sejak Aji pergi dan Stevany kehilangan jejak. Ponselnya masih tak aktif dan tidak ada yang tahu ke mana Aji pergi. Bahkan Oma Donita dan Tante Wilma sekalipun. Aji seperti lenyap ditelan bumi. Hari ini Nenek Chloe pulang, Stevany menjemputnya ke bandara. Selama di Melbourne, ia jarang sekali mengendarai mobil sedan klasik milik Papanya semasa muda. Hanya untuk keperluan mendesak saja Stevany membawanya, selebihnya ia kerapkali menaiki angkutan umum ke manapun pergi. "Apa kamu sudah bertemu dengan Aji?" tanya Nenek Chloe. Mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang dari bandara. "Belum, Nek. Sepertinya dia memang sengaja pergi dan tak ingin melihatku lagi.""Kenapa begitu? Bukannya kalian dulu pernah bekerja di tempat yang sama?""Dia mantan Bosku, Nek. Aku yang bekerja padanya." Stevany menyela dan menoleh pada Nenek Chloe sekilas.Nenek Chloe manggut-manggut seraya berpikir sejenak. "Apa dulu kalian juga sempat berpacaran? Tatapannya terlihat berbeda padamu, Ste

  • Om, I Love You!!   Season II : Losing You

    Suasana hati Stevany yang tadinya riang usai menghabiskan makan siang kiriman Jared, kini mendadak suram setelah membaca pesan dari Aji. Seketika itu dadanya terasa sakit, jadi Aji akan benar-benar pergi setelah semalam ia mengusirnya? Ada sedikit rasa sesal di hati Stevany, sejujurnya ia masih ingin menikmati waktu lebih lama bersama Aji. Bukankah sekarang mantan bosnya itu sudah sendiri? Ia bukan lagi pria beristri, kan? Jadi mengapa begitu terburu-buru dan malah menuruti perkataannya yang sedang dirundung emosi! Stevany memencet icon telefon pada sudut atas pesan chat itu. Tersambung, namun tak diangkat. Tiga kali Stevany mencoba, namun tetap tak diangkat oleh Aji. "Hiiih!" Stevany menggeram. Ia mengawasi layar ponselnya yang masih menyambungkan panggilan ke nomor Aji. Stevany bangkit dari kursi dan berjalan mondar-mandir sembari memijat keningnya yang kini berdenyut pusing. Debaran di dadanya masih terasa hingga kini, perutnya pun seketika jadi mulas. "Angkat, dong! Ck," deca

DMCA.com Protection Status