Raffa mengantarkan sang istri ke rumah Ibunya. Amel yang mengetahui itu langsung memandang suaminya."Mas kok ke rumah, Ibu. Kenapa gak langsung ke apartemen aja, jadi gak usah ribet-ribet kamu pulang harus jemput aku dulu," seru Amel.Perempuan itu memandang Raffa yang menghentikan laju kendaraan. Mendapatkan jawaban dengan gelengan membuat Amel mempautkan bibirnya. "Mas, emang kenapa sih kalau aku sendirian di apartemen, padahal gak papa lho. Aku, kan cukup nungguin kamu aja di sana," ujar Amel. Raffa memegang wajah istrinya lalu mendaratkan kecupan di kening wanita itu."Oke, nanti kita lanjut bicara nanti malam ya, jaga diri baik-baik, aku pergi kerja lagi," kata Raffa. Amel hanya mengangguk lemah, ia akhirnya keluar dari kendaraan itu. Lalu melambaikan tangan kala mobil sang suami mulai melaju menjauh. Dia langsung mengetuk pintu rumah dan dibukakan oleh Sekar."Eh, Amel. Ayo masuk, Sayang! Ibu kangen banget," cerocos Sekar. Sekar membawa Amel untuk duduk di sofa, ia pun
Wulan hanya mengangguk sebagai jawaban, ia menatap aneh sang anak. Tetapi masih melahap makanan yang dibuat oleh sang menantu. "Kamu ini gimana sih, Amel capek-capek masak malah dimuntahin gitu," tegur Wulan. Amel yang melihat penderitaan Shilla langsung tertawa. Ia lekas membawa gelas berisi air putih dan mendekati adik iparnya itu."Ini minum."Amel menyodorkan gelas tersebut, Shilla ragu-ragu menerimanya membuat Amel gemas. "Tenang aja, gak gue apa-apain kok," celetuk Amel. Wulan yang melihat itu hanya mengeryitkan alis, ia kebingungan dengan situasi begini. Tetapi Sekar masih saja santai melahap makanan tidak peduli sekitarnya. "Makanya, jangan asal lapor ke suamiku," seru Amel. Wanita itu pergi ke tempat duduknya lagi kala memukul punggung Shilla. "Kalian sebenernya kenapa sih?" tanya Wulan. Amel menggeleng sebagai jawaban. "Gak ada apa-apa kok, Mah. Biasa kami emang suka begini," seloroh Amel.Sekar menatap besannya yang masih kebingungan."Udahlah, gak usah mikirin mer
[Mas Raffa, apa ini. Kenapa kamu jorok banget, kenapa daleman ada di atas kasur, kalau ada orang lain yang masuk dan liat gimana!] [SEND FOTO] Amel cekikikan setalah mengirim pesan itu. Bergegas menaruh daleman tersebut di keranjang kotor. Ia lekas mendapatkan telepon dari sang suami."Sayang, cepat taruh celana dalam itu!" perintah Raffa. "Orang rumah gak bakal tau kok, karna mereka gak bakal berani masuk ke kamarku walau sekarang aku gak disana," lanjut Raffa lagi. Kini Amel membuat telepon itu menjadi video call. Raffa langsung menerimanya, ia memandang sang istri yang kini berbaring di ranjang. "Eummm ... tapi tetep aja, kamu jorok banget sih, kalau mereka gak sengaja masuk ke kamar kamu gini," sembur Amel. "Lagian celana dalam bekas kamu bau banget tau," lontar Amel seraya cekikikan. Raffa yang melihat sang istri tertawa hanya menyeringai. Ide jahil hinggap di otak lelaki itu. "Ha? Kok kamu tau kalau itu celana bekas, apa kamu cium ya," selidik Raffa. Amel yang mendenga
Setelah berbelanja, mereka langsung pulang dan mulai berperang di dapur. Para perempuan itu tertawa senang, kebahagiaan sangat meliputi semua."Shilla! Jangan jail deh," omel Amel. Wanita itu terlihat sangat kesal, ia langsung membalas sang adik ipar tersebut. Mereka yang dulunya sahabat kini menjadi ipar."Udah-udah, masakan udah selesai bukan. Sekarang kita taruh di meja ya," seru Wulan.Shilla dan Amel langsung bergaya hormat, membuat Wulan tertawa seraya menggelengkan kepala. "Mama sama Ibu istirahat aja, biar ini kami yang beresin," lontar Amel.Kedua wanita paruh baya itu mengangguk. Mereka langsung pergi meninggal kedua perempuan tersebut. Shilla memandang kakak iparnya itu lalu memiringkan kepala. "Kakak ipar, kenapa hanya mereka yang disuruh istirahat. Kenapa diriku ini tidak disuruh, aku kecapean lho," ucap Shilla.Shilla berkata dengan lebay membuat Amel menatap sinis perempuan tersebut. Gerakan Amel sangat cepat ia menoyor kening sang adik ipar."Udah deh, mendingan lo
Wulan hanya memijat keningnya melihat kedua perempuan itu adu mulut. "Kalau kalian mau bertengkar, sini biar Ibu ambilin pisau tajam." Semua orang langsung menoleh memandang Sekar. Sedangkan Amel dan Shilla merengut. Ia menatap kesal wanita paruh baya itu. "Ibu ini gimana sih, masa orang lagi berantem. Malah terus ditawarin benda tajam, suruh tawuran gitu," gerundel Amel. Shilla mengangguk setuju. "Betul tuh, bukannya dipisahin malah mau makin diadu," sahut Shilla. Sekar hanya memutarkan bola matanya, ia lalu melanjutkan makan lagi. "Kalau Ibu gak bilang begitu, kalian gak bakal berhenti. Berisik tau, suara kalian bikin pusing," jawab Sekar. Setelah acara makan itu, Amel dan Raffa berpamitan. Kini keduanya berada di kendaraan roda empat, melaju menuju apartemen. "Mas, aku ngantuk," kata Amel. Raffa yang tengah menyetir mobil menoleh memandang istrinya. Ia melihat Amel tengah bersandar di jok, mata tertutup rambut, dengan lembut dia menyingkir anak rambut yang menghalangi. "
Setelah melakukan ritual itu, kini keduanya saling berbaring berhadapan. Tatapan Raffa terus tertuju pada sang istri. Sedangkan Amel yang pipinya terasa panas langsung menyusupkan wajah di dada Raffa. "Mas, langsung anterin aku ke sini aja, jangan ke Mama atau Ibu." Amel mendongak memandang paras suaminya. Kala tatapan bertemu, mereka langsung melempar senyuman. "Mas hanya gak mau kamu bosen sendiri di sini, Sayang. Kamu, kan biasa ngumpul sama mereka, takutnya kamu merasa beda," seru Raffa. Amel mengerjapkan mata, ia menunduk dan menatap dada bidang lelaki itu. "Percaya sama aku, aku ingin terbiasa menjadi kehidupan seperti itu. Kalau aku bosan, kan aku bisa minta dijemput Shilla. Atau memesan taksi buat anter ke sana," ucap Amel.Raffa yang mendengar perkataan sang istri langsung mendaratkan kecupan di kening wanita itu."Oke deh, asal kamu jaga diri ya. Udah, sekarang kita tidur, bukannya kamu besok kuliah pagi bukan," tutur Raffa.Amel tersenyum, ia mendekat tubuh suaminya da
Amel langsung memegang pipinya kala pintu kamar mandi telah tertutup. Ia segera menepuk-nepuk agar tersadar, tapi masih saja rasa itu terasa."Mas Raffa mesum," pekik Amel. Wanita itu bergegas mencari pakaian. Agar pikirannya tidak melulu memikirkan hal tersebut. Kala melihat jam berapa ia langsung membulatkan mata. "Aish, kenapa alarm handphoneku gak bunyi, sialan!" geram Amel. Gerakan wanita itu sekarang jauh lebih cepat dari yang tadi. Setelah selesai berpakaian, terlihat Raffa baru saja selesai. Dengan gesit ia memberikan pakaian untuk sang suami. "Ayo cepat Mas! Kalau enggak aku bakal telat," seru Amel. Dirinya bergegas turun, ia sudah membawa kebutuhannya di kampus. Dengan cepat pergi ke dapur, hendak menyiapkan sarapan. Tetapi terhenti kala melihat tempat bekal sudah tersedia di meja makan. "Ahhh ... suamiku emang yang terbaik," seru Amel.Suasana hati Amel sedang bahagia, ia bergegas membawa bekal dan menaruh di mobil. Kala masuk ke kediaman, melihat Raffa telah siap."U
Amel masih menyuapi sang suami walau kini tengah berada di parkiran kampus. Ia menjadi pusat perhatian karena kendaraan yang mencolok. Suara ketukan dikaca membuat keduanya menoleh, Raffa yang mengetahui itu sang adik langsung membuka pintu mobil. "Kalian ini jadi pusat perhatian, malah enak mesra-mesraan! Ayo cepat Amel ikut aku, bentar lagi masuk lho," sembur Shilla. Raffa menatap kesal adiknya, sedangkan Amel langsung melihat jam yang berada di ponsel. Ia membulatkan mata kala melihat pukul berapa sekarang. Dengan gerakan cepat dia memberikan kotak bekal pada sang suami lalu lekas beberes. "Aku bentar lagi masuk, Mas. Semangat kerjanya ya! Jangan lupa jemput aku," tutur Amel. Wanita itu mendaratkan kecupan di pipi Raffa lalu mencium punggung tangan sang suami. Raffa terdiam mendapatkan perilaku seperti tersebut, bahkan tak sadar jika Amel sudah tak di dalam mobil lagi. "Hahaha ... lihat gak muka Ka Raffa, bikin ngakak tau gak," ucap Shilla.Kedua perempuan itu kini sudah berad
Beberapa bulan kemudian ...Besok memasuki empat puluh minggu kehamilan Amel. Wanita itu kini mulai kesulitan berjalan, karena perutnya yang lumayan besar. Karena hamil anak kembar, semua belum mengetahui. Hanya Raffa, Amel dan dokter yang memeriksa perempuan tersebut."Kapan yang anak kita lauching, kok belum ada tanda-tanda ya," ucap Amel sendu.Raffa yang mendengar itu mendekati istrinya di sofa. Kini keduanya tengah di ruang kerja lelaki tersebut. Karena Amel memaksa ikut ke kantor."Sabar aja, kalau udah waktunya mereka bakal meluncur kok, mungkin sekarang belum waktunya. Sabar aja, hplnya juga kan besok. Lagian kalau pas hpl belum lahiran kan itu cuma pekiraan manusia aja, nanti kalau udah waktunya kita bakal ngeliat mereka kok. Sekarang kamu berdoa aja, agar lahiran lancar dan sehat buat kalian," tutur lelaki itu.Amel mengulas senyum mendengar hal itu. Ia mengangguk kepala lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami."Mas, aku sekarang gendut. Jangan bosen pandangan aku y
Suasana malam kini sangat ramai, yang biasanya hanya suara Amel dan Raffa. Sekarang banyak orang yang berbicara. Shilla langsung menarik Raffa yang terus disamping istrinya."Gantian lah, Ka! Shilla juga pengen elus perut Amel. Pengen nyapa calon keponakan," seru perempuan itu. Raffa hanya menghela napas, lalu mengangguk. Ia pergi ke dapur untuk menyeduhkan susu Ibu hamil. Wulan yang lewat di sana langsung mendekat dan menepuk pundak anaknya. "Allhamdulilah, kamu jadi suami siaga. Mama bangga sama kamu," tutur Wulan. Lelaki itu menoleh dan mengusap senyum, ia berbalik dan memeluk wanita yang melahirkannya. "Makasih, Mah. Kamu udah melamarkan Amel menjadi istriku, Raffa sangat bahagia," ujar lelaki itu.Wulan mengangguk, wanita itu membalas dekapan anaknya. Lalu menepuk punggung lelaki tersebut, mereka langsung melepaskan pelukkan."Kamu harus kurangi porsi kerjamu, jangan terlalu sibuk. Amel sekarang sangat butuh perhatian dan bantuan kamu, apalagi nanti setelah lahiran," tegur Wu
Amel membulatkan mata, ia hendak menyerang perempuan itu tapi ditahan Raffa. "Udah, Sayang. Gak perlu urusin orang ginian, biar aku saja. Nanti calon anak kita kenapa-napa lagi," kata lelaki itu.Cewek itu terkekeh, ia bersidekap memandang mereka. Dengan lancarnya ia menghina Amel. "Haduh ... ternyata lo simpenan sugar dady ya, wah ... keliatannya aja polos ternyata," ucapannya terhenti kala karyawan lagi menarik lengannya."Diam! Udah lo gak perlu ngebacot lagi bisa gak."Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya, ia memandang lawan jenis yang menatap berang. Sedangkan Raffa langsung merogoh saku, dan memperlihatkan pada perempuan tersebut. "Ini bukti kami udah menikah tahun lalu, jadi ucapan lo itu salah!" sinis Raffa.Suara dingin lelaki itu membuat perempuan tersebut bergidik ngeri. Ia bungkam saat disodorkan bukti oleh Raffa, sedangkan Amel tersenyum sinis. "Amit-amit jabang bayi, jangan sampe anak gue miring sama Tante nyebelin ini," kata Amel.Wanita itu melotot mendengar ucapa
Raffa sampai menjauhkan handphone dari kuping. Karena suara Sekar yang menggelegar, Amel melihat hal tersebut hanya meringis. Raffa menghela napas lalu menempelkan benda itu ke telinga kembali."Kami mau berbagi sedikit buat anak panti Bu. Raffa punya omongan soalnya," jelas Raffa.Sekar terdiam beberapa menit, karena ternyata Raffa yang memegang ponsel tersebut. Lelaki itu menegur dan bicara kalau ia tengah menyetir. "Apa ada pertanyaan lagi, Bu. Raffa lagi nyetir soalnya. Palingan kami menginap lusa ya," ucap lelaki itu.Wanita itu menggeleng lalu memukul keningnya sendiri. Karena sadar jika sang menantu tidak bisa melihat gelengannya. "Enggak, Raf. Boleh handphonenya kasih ke Amel. Ibu mau kasih wejangan buat dia," balas Sekar.Pria tersebut langsung memberikan pada istrinya, lalu Amel dan sang Ibu sangat lama berbincang. Bahkan dia mengerucutkan bibir karena banyak sekali pantangan yang diberikan oleh Sekar."Udah jangan cemberut gitu, Ibu ngebilangi gitu karena sayang sama kamu
Kala tersadar dengan ucapan, Amel langsung mendorong sang suami agar menjauh. Sedangkan Raffa terkekeh mendengar hal tersebut, kini lelaki itu menaik turunkan alis. "Apaan sih, Mas! Genit banget deh, aku tadi lagi ngimpi eh pas buka tidur ternyata ikut ngomong gitu. Gak usah geer deh," papar Amel. Raffa hanya mengangguk kepala tanda mengiyakan tetapi, wajahnya masih saja menggoda. Wanita itu jadi salah tinggal dengan tatapan sang suami, ia mengadahkan tangan. "Mana bubur kacang milikku, kan aku tadi nyuruh beliin terus baru bangunin. Berarti Mas udah beliin dong," pinta perempuan tersebut.Dia langsung memberikan bubur kacang tersebut, Amel menerima dengan senyum sumringah. Ia segera mengambil wadah plastik dan sendok, wanita itu menuangkan ke mangkuk. "Ah ... wanginya menggoda," pekiknya. Sang suami mengulas senyuman memandang Amel, ia terus menatap wanita itu. Membuat perempuan tersebut memalingkan wajah karena salah tingkah."Kamu ini kenapa sih! Lihatin aku terus. Mendingan
Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san
Wulan dan Sekar dijemput Shilla, perempuan itu sangat senang saat ngetahui ia akan mempunyai keponakan. Kini hanya tinggal mereka, keduanya berbaring di kasur. Raffa mengusap lembut rambut Amel. "Sayang ... maaf ya, acaranya jadi berantakan gara-gara aku pingsan," tutur perempuan itu. Lelaki itu menggeleng lalu membenarkan posisi tiduran sang istri. Ia kini mendekap wanita tersebut, lalu mendaratkan kecupan di pipi Amel. "Gak papa, mereka nanti pasti paham kok. Udah gak usah pikirin apapun yang buat kamu stress, hayu ... mendingan sekarang tidur," ujar lelaki itu. Dia menuruti ucapan suaminya, ia membenarkan posisi tidur agar berhadapan lelaki itu. Lalu menyusupkan wajah ke dada bidang Raffa. Tak lama suara dengkuran terdengar, membuat Raffa mengulas senyum."Kayanya kamu capek banget ya, Sayang," bisik lelaki itu. "Makasih kamu udah mau jadi istri aku, aku sayang banget sama kamu."Setelah mengatakan demikian, lelaki itu ikut terlelap. Waktu pagi tiba, Amel dengan semangat memba
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb