Beranda / Romansa / Om Duda! 2 / Chapter 6: Secret-1

Share

Chapter 6: Secret-1

Penulis: Anaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-16 15:07:57

Disya membuka apron yang dipakainya, keluar dari kitchen room setelah sebelumnya mengambil selembar tissue untuk mengelap kedua telapak tangannya. Perempuan itu berjalan menghampiri salah satu meja di ruang display yang terdapat seorang perempuan yang sedang duduk sembari menatap keluar jendela besar yang langsung memperlihatkan area luar store.

"Hei, padahal ngga papa kalau kamu langsung ke kitchen room, Nay."

Naya mengalihkan pandangannya menatap Disya yang sudah duduk tepat di hadapannya. "Aku merasa tidak enak, karena mengganggumu, Sya."

Disya terkekeh pelan. "Tidak papa, aku senang kamu datang berkunjung!"

Naya ikut terkekeh. "Jadi, aku bisa memakan semua kuemu dengan gratis kan?" perempuan itu menaik turunkan alisnya menggoda Disya.

"Boleh dong!"

Naya melihat kesekeliling, memperhatikan store milik Disya. "Sangat cantik dan minimalis, siapapun pasti akan betah berlama-lama di sini," kata Naya berkomentar.

"Ya... tadinya aku mau buka store di Jogja, tapi Ayah sama Bang Sam ngga ngijinin, malah mereka yang ngemodalin semuanya," jelas Disya.

Naya mengangguk mengerti.

"Jadi, mau berangkat sekarang?" tanya Disya.

Naya dengan cepat menggeleng. "Antar aku berkeliling dulu melihat-lihat toko kue. Aku juga belum mencicipi semua kue-kuemu! Baru setelah selesai kamu bisa mengantar aku berkeliling kota!"

Disya mengangguk, lalu tersenyum. Naya memintanya untuk menemaninya jalan-jalan di kota katanya. Sebenarnya Disya tahu tujuan Naya mengajaknya pergi. Kepergian kakaknya tentu masih memberikan suasan duka bagi keluarga, termasuk Disya walaupun ini adalah minggu ke-3 setelah kepergian Naisya. Setidaknya mengajak Disya untuk berjalan-jalan adalah pilihan terbaik saat ini.

***

Disya melangkah dengan perasaan gembira sambil menenteng tasnya menuju parkiran. Memainkan ponselnya dengan tujuan untuk membalas pesan dari Kai. Kai kadang memakai ponsel Maya untuk bertukar kabar denga Disya, karena bocah itu belum diijinkan untuk punya ponsel sendiri oleh Devan.

Sesuai perjanjian di awal, Naya mengajak Disya untuk berkeliling kota di sore hari. Berbelanja, memburu makanan pinggir jalan, dan banyak hal yang ingin mereka berdua lakukan.

Naya sudah menunggunya di mobil. Disya meninggalkan ponselnya di ruangan, maka dari itu Disya mempersilahkan Naya untuk pergi ke parkiran terlebih dahulu.

"Berhenti, aku mohon!"

Disya sampai menghentikan langkahnya karena mendengar suara tegas Naya. Menyudahi kegiatan bermain ponselnya, lalu berjalan cepat menuju mobil milik Naya yang terparkir rapih di depan storenya bersama mobil dan motor milik pelanggan yang berkunjung.

Terlihat Naya sedang berdiri berhadapan dengan seorang lelaki yang tentu saja Disya mengenal siapa lelaki itu. Senyumnya merekah, langkah kakinya berjalan cepat untuk menghampiri keduanya.

"Ayo kita menikah!"

Lagi-lagi Disya harus menghentikan langkahnya ketika mendengar kalimat yang diucapkan si lelaki, senyum yang semulanya terbit begitu lebar kini lenyap.

"Dokter Sam, sudah. Aku mohon!" suara Naya terdengar lirih dan terluka kali ini. Membuat Disya melangkah mundur beberapa langkah dan sembunyi di balik salah satu mobil yang terparkir di sana. Membuka telinganya baik-baik untuk mendengar semua kalimat-kalimat yang akan keluar dari mulut mereka.

"Saya yang akan bertanggung jawab!"

"Tidak ada yang perlu ditanggung jawabi!"

'Menikah?'

'Tanggung jawab?'

Dua kalimat itu berhasil membuat mulut Disya melebar karena terkejut. Bukankah semua orang akan berpikiran yang sama dengan apa yang dipikirkan Disya saat ini. Dua kalimat yang begitu sensitif ketika disangkut pautkan.

"Kamu akan tetap seperti ini?" suara Samudra bertanya namun terkesan membentak.

"Ini kan memang yang Dokter Sam mau?"

"Menikah dengan saya! Saya yang melakukannya 'kan?"

Kedua tangan Disya bergetar, rasanya semua percakapan mereka berdua sudah sangat menjelaskan situasi.

Naya sedang mengandung?

Dan Samudra adalah ayahnya?

Kedua lutut Disya rasanya lemas, andai saja ia tidak sedang bersender di badan mobil, mungkin ia akan terduduk lemas saat ini.

"Aku tidak mau!"

Disya menyalakan layar handphonenya, mencari nomor handphone Devan, lalau menekan tombol panggilan. Entahlah yang ada dalam pikirannya sekarang adalah Devan.

"Pak—Pak Devan... bisa ke sini?"

***

Bab terkait

  • Om Duda! 2   Chapter 7: Secret-2

    Disya melepas kepergian mobil milik Devan dan juga Naya dengan wajah yang masih terlihat tidak senang, sorot matanya masih terlihat muram."Sya...."Disya melirik sekilas lelaki jangkung di sampingnya, mengabaikan lelaki itu dan memilih kembali masuk ke dalam store miliknya.Samudra—lelaki itu mengusap wajahnya frustasi, namun tetap mengekori Disya ke dalam ruangan. Mendapati Disya sedang duduk di sofa dengan tangan kanan yang memegangi keningnya, perasaan perempuan itu pasti sedang sangat kacau."Sya... maafin Abang," kata Samudra memecah kesunyian di ruangan itu.Disya menatap manik mata Samudra. "Kenapa minta maaf? Kalian melakukannya sama-sama sedang dalam kondisi sadar kan? Sama-sama mau?"Samudra menutup rapat mulutnya, menundukkan pandangannya."Tapi... kenapa Naya, Bang? Kalian—" Disya sampai tidak bisa melanjutkan kalimatnya."Dari mana kalian kenal sebelumnya? Apa kalian kenal sudah lama? Apa ini alasan Naya memutuskan secara sepihak hubungannya dengan Nathan? Karena Bang Sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-12
  • Om Duda! 2   Chapter 8: Weekend-1

    Devan menatap cermin sembari mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk agar kering. Sebuah senyuman kecil tercetak begitu saja ketika kembali mengingat pertemuannya dengan Disya tadi. Tentu saja Devan merasa sangat senang ketika melihat dilayar ponsel tertera nama Disya yang menghubunginya.Sedikit terkejut ketika melihat ada Naya bahkan Samudra saat Devan sampai di store.Canggunng.Itu yang Devan rasakan, sepertinya Disya juga—bahkan mantan istrinya terlihat sangat canggung, dan seperti sedang mengalami perasaan yang tidak baik. Apa bertemu dengan Devan berdampak buruk untuk hati Disya? Sepintas pemikiran itu melintas di kepalanya. Namun dia mencoba menepisnya, ya bagaimanapun Disya sendiri yang menghubunginya dan memintanya untuk datang ke store. Tapi, mungkin itu hanya akal-akalan Naya saja, meyuruh Disya untuk menghubunginya—itulah alasan wajah Disya tampak muram? Devan terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya, membuang jauh pemikiran-pemikiran yang ada di kepalanya.Keluar

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-09
  • Om Duda! 2   Chapter 9: Weekend-2

    "Mau buat apa?" tanya Disya menatap Devan yang masih berdiri di dekat tangga.Kai sudah pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian, meninggalkan Disya dan Devan di ruang tengah."Hanya nasi goreng," jawab Devan seadanya.Disya mengangguk."Kai mau sama kamu. Jadi, saya membuat nasi goreng untuk sarapan. Setidaknya kami sarapan bersama-sama sebelum Kai pergi ke rumah kamu, Sya."Disya bangun dari duduknya, berjalan menuju ke arah dapur yang tentu dibuntuti oleh Devan. Menatap isi dapur yang luar biasa berantakan, Disya tentu saja menganga melihatnya. "Ya ampun, berantakan banget," komentar Disya tanpa mengalihkan pandangan ke arah Devan, matanya masih menatap keadaan dapur.Devan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "Ya... saya buruk dalam memasak sepertinya."Disya menghela napasnya, menatap Devan dengan tatapan kesal. "Ya buruk sekali."Devan mengulum bibirnya, menatap Disya dengan tatapan bersalah. Disya yang melihat Devan seperti itu tidak bisa menyembunyikan senyumnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Om Duda! 2   Chapter 10: Cinta?

    Kai tertunduk dalam, enggan menatap wajah Devan yang ada di hadapannya. Kedua lelaki berbeda usia itu sedang duduk berhadapan di ruang kerja Devan. Beberapa menit yang lalu, Disya beserta teman-teman Kai sudah pergi meninggalkan rumah."Kenapa menunduk, Kai? Merasa melakukan kesalahan?" tanya Devan menatap putranya dengan tatapan yang sebenarnya menurut Devan sendiri tatapan biasa—namun tidak menurut Kai. Tatapan Devan sangat amat serius.Kai memberanikan diri, mengangkat wajahnya, menatap Devan. "Tidak!" Kai menggeleng berucap dengan tegas."Jawab dengan jujur pertanyaan Daddy, oke!"Lagi-lagi Kai mengangguk."Kamu tidak merasa melakukan kesalahan?" "Tentang apa, Dad?"Devan terlihat menghela napasnya pelan. "Tentang hari ini."Kai menatap Devan dengan wajah merajuk. "Tentang apa? Tentang aku yang minta Mommy datang ke sini? Tentang aku yang mengajak Mommy jogging sama kita? Atau tentang teman-temanku yang datang ke rumah untuk memakan kue buatan Mommy?"See, Kai bahkan menyebutkan s

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20
  • Om Duda! 2   Chapter 11: Tentang Keinginan Kai

    "Naya tidak jadi kembali ke Lampung?"Maya mengangguk, tersenyum menjawab pertanyaan putra sulungnya. "Mamah seneng banget, Dev...."Devan juga tidak kalah senang mendengar berita itu. Setelah selesai mengantar Kai ke sekolah, Devan langsung mengunjungi rumah kedua orang tuanya, apalagi ketika mengetahui jika adiknya memutuskan untuk kembali tinggal di rumah."Naya di kamar?"Maya menggeleng. "Nay ada di halaman samping."Wajah Maya yang jelas sekali perubahannya itu menimbulkan tanda tanya di kepala Devan ketika berbicara soal Naya. "Kenapa, Mah?"Maya menatap Devan. "Mamah rasa Naya benar-benar berubah, Dev."Devan mengernyit masih berusaha memahami kenapa Mamahnya bisa berpikiran seperti itu."Naya memang masih ceria seperti dulu saat mengobrol bersama Mamah, Papah. Tapi... kadang Mamah merasa keceriaannya seperti dibuat-buat. Naya lebih suka menghabiskan waktunya sendirian di kamar. Kamu tahu sendiri kan dulu Naya sangat suka main dan berkumpul dengan teman-temannya, teman Naya se

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-27
  • Om Duda! 2   Chapter 12: Caffe E-Go 1 (Cinta Itu Masih Ada)

    "Bunda...." Disya menyembulkan wajahnya dibalik pintu kamar, setelah sebelumnya mengetuk pintu."Ada apa sayang... sini masuk!"Disya melengkah masuk, dan duduk di tepi kasur tepat di samping Dina."Sedang apa, Bunda?"Dina terkekeh, perempuan itu menunjukkan layar ponselnya kepada Disya. "Kamu ingat Anton? Anak panti yang pernah kamu bilang menyebalkan dan sedikit tidak pintar itu—""Anton yang bodoh itu?""Sya?" Dina menatap putrinya memperingati, padahal ia sudah menggunakan bahasa yang lebih enak di dengar, tapi Disya malah berbicara seperti itu."Iya maaf... kenapa Anton?""Dia dapat nilai seratus di ulangan matematikanya, lihat dia meminjam handphone Mba Kanti buat kirim fotonya ke Bunda," jelas Dina menunjukkan foto yang dikirim oleh seseorang yang sedang dibicarakan.Disya menyunggingkan senyumnya. "Sepertinya ia sangat bekerja keras."Dina mengangguk. "Oh iya, ada apa sayang? Butuh sesuatu?" Dina bertanya tentang tujuan Disya yang datang ke kamarnya."Disya ijin pergi hari in

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-30
  • Om Duda! 2   Chapter 13: Caffe E-Go 2 ( Tidak Akan Berjuang? )

    "Saya tidak pantas berjuang untuk kembali menjadikan kamu istri saya, Sya."Lelaki itu mengatakan dengan nada sangat lirih, menatap Disya yang sedari tadi hanya diam menundukkan wajahnya."Saya jahat sekali ya... bahkan harusnya saya tidak pantas berada di depan kamu saat ini.""Kamu pantas mendapatkan lelaki yang lebih baik, yang lebih bisa menghargai dan mencintai kamu, yang paling penting lelaki itu harus bisa selalu membahagiakan kamu... selalu."Semangat juga tekad yang sangat berkobar ketika Diky dan Naisya menyemangatinya untuk mendapatkan kembali hati Disya, entah mengapa semakin ciut saja setiap harinya. Bayangan Disya yang menangis sesenggukkan di hadapannya, bayangan Disya yang menangis histeris di pelukan Dina sembari berbicara bahwa Disya ingin bercerai dengannya. Semuanya masih terekam jelas di kepala Devan, membayangkannya saja membuat denyut nyeri di dadanya. Itu lebih terasa menyakitkan dibanding saat Naisya meninggalkannya beberapa tahun silam."Saya tidak akan berju

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • Om Duda! 2   Chapter 14: Sweet Moment

    Cinta itu buta?Sepertinya kalimat seperti itu sudah sering sekali di dengar atau dibaca oleh banyak orang. Kenapa bisa disebut seperti itu? Disya juga salah satu orang yang bertanya-tanya tentang itu.Yang ia tahu... Devan adalah seorang laki-laki yang berhasil bersemayam di hatinya. Kenapa? Jika ada yang bertanya seperti itu, Disya juga tidak mengerti.'Bukankah cinta juga tidak mengenal alasan apapun?'Benar. Kesalahan Devan memang tidak pantas untuk dimaafkan, lelaki itu sudah sangat jahat sedari awal, menjadikan Disya alat untuk balas dendam, namun ujung-ujungnya Disya yang disakiti, dan di selingkuhi. Bahkan, calon buah hati mereka pergi meninggalkan mereka tanpa diketahui kehadirannya sebelumnya.Harusnya Disya bisa membuka hati, mencari lelaki yang jauh lebih baik sebagai pengganti Devan. Namun, itu sangat sulit sekali. Disya hanya mencintai Devan."Pak Devan pelet Disya ya?"Devan yang baru selesai memarkirkan mobilnya di parkiran rumahnya, lansung mengalihkan pandangannya se

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05

Bab terbaru

  • Om Duda! 2   Chapter 73: Double Date - II

    Devan tidak berhenti memperhatikan wajah istrinya yang sudah terlelap tidur setengah jam yang lalu, mengusap sisa peluh yang membasahi kening istrinya dengan lembut—entah itu karena kegiatan bercinta sebelumnya, atau memang suhu di ruangan yang memang cukup panas karena pendingin ruangan di dalam sini tidak terlalu berfungsi. Devan juga kegerahan sebenarnya, sedari tadi matanya tidak kunjung mau terpejam. Menyunggingkan senyum ketika mengingat kegiatan keduanya, mereka belum pernah bercinta menggunakan alat kontrasepsi, pengalaman baru, dan itu berakhir begitu saja, baik Devan dan Disya setuju tidak menyukainya. Segala sesuatu tentang Disya selalu membuat Devan candu—semuanya, tidak akan pernah membuatnya bosan. Devan begitu sangat mencintai istri kecilnya itu. Mencium kening Disya untuk beberapa saat sebelum dia beranjak dari atas kasur, lelaki itu memutuskan untuk ke luar dari kamar, berniat mencari udara segar karena demi Tuhan di dalam kamar menurutnya sumpek sekali. "B

  • Om Duda! 2   Chapter 72: Double Date - I

    Hening Mungkin bisa menggambarkan situasi di dalam mobil saat ini, tidak ada yang mengeluarkan suara seolah keempatnya punya dunia masing-masing—sebenarnya Disya dan Naya yang merasa tidak nyaman dengan situasi canggung ini, keduanya sudah mencoba mencairkan suasana, beberapa kali mencari topik obrolan, tetapi kedua lelaki di sana tidak terlalu menanggapi, yang satu sibuk dengan kemudinya, yang satu sibuk dengan i-Pad di tangannya. "Mumpung lagi lewat sini, ayo kita ke caffe Rainbow, aku kangen cakenya...," rengek Naya menyentuh lengan suaminya manja. "Sudah jam segini, nanti kamu pulang kemaleman. Abang kan sudah bilang kamu menginap saja di rumah untuk malam ini, tidak usah langsung berangkat ke Bandung." Devan yang menjawab, tidak memperbolehkan untuk mengunjungi caffe yang tadi disebut oleh adiknya. Naya terlihat memanyunkan bibirnya. "Kita aja nurutin kemauannya Bang Devan yang mau makan di restonya Bu Eliza ya!" "Kalian kan masih bingung ingin makan di mana, saya hanya meny

  • Om Duda! 2   Chapter 71: Titik Terang

    "Yakin tidak papa jika saya berangkat kerja, sayang?" tanya Devan, ini adalah pertanyaan kesekian yang lelaki itu berikan kepada istrinya. Yang semulanya Disya menjawab 'Tidak papa' perempuan itu kini menatap Devan dengan bibir yang ditekuk sembari menampilkan puppy eyesnya. "Kamu ingin saya tidak berangkat kerja?" Kali ini Disya mengangguk, merentangkan kedua tangannya meminta pelukan dari sang suami. Devan menyunggingkan senyum, menyimpan jasnya di atas sofa, lalu melangkah untuk duduk di tepi kasur, setelahnya memberikan pelukan kepada istrinya. "Manja sekali, sedang datang bulan, hm?" Disya menggeleng pelan dalam dekapan suaminya, lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya, bahkan mengusap rambut Disya lembut. Sedari tadi Disya belum menuruni kasur, perempuan itu sudah bangun tetapi memilih berdiam di kasur lengkap dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya. Devan sudah bertanya apakah dia boleh berangkat kerja, atau Disya ingin dirinya tetap di rumah menemani istrinya

  • Om Duda! 2   Chapter 70: Istri Kedua?

    Alif menjelaskan bahwa dia bertemu dengan Layla di salah satu club malam, keduanya tertarik secara fisik satu sama lain sehingga terjadihal hal yang tidak diinginkan, apalagi keduanya dalam pengaruh alkohol malam itu, nafsu benar-benar menguasai mereka. Disya percaya? Tidak— Yang benar saja? Bisa jadi Alif hanya ingin menutupi kesalahan Samudra. Tidak masuk ke dalam apartemen yang ditinggali Layla, Disya memilih untuk pergi dari sana setelah Alif menjelaskan tentang Layla dan bayinya. Hatinya masih gundah. "Maaf menunggu lama sayang," kata Devan yang baru saja memasuki ruang kerjanya, tersenyum menatap sang istri, lalu melangkah menghampiri Disya yang sedang duduk di sofa seorang diri. Disya menatap Devan, memanyunkan bibirnya, bahkan maniknya sudah berkaca sekarang. "Kenapa, hm?" Perempuan itu menggeleng pelan, kedua tangannya terulur untuk meminta pelukan dari suaminya yang baru tiba setelah menyelesaikan meeting dengan beberapa pekerjanya. Disya memilih untuk me

  • Om Duda! 2   Chapter 69: Bayi Layla

    Sekali lagi Devan memperhatikan wajah Disya, keningnya mengernyit seolah sedang menelisik wajah cantik itu yang tampak terlihat sendu—mendung, seperti cuaca di luar pagi ini. "Sya, kamu benar tidak apa-apa?" Kembali mengajukan pertanyaan yang jelas mendapatkan jawaban yang sama dari Disya— "Aku ngga papa, Pak Devan." Disya mendongak untuk menatap suaminya sambil tersenyum manis, lalu detik berikutnya kembali fokus pada kegiatannya yang sedang memasangkan dasi di leher sang suami. "Selesai!" ucap Disya menatap puas hasil tangannya, mengusap bagian pundak Devan dengan lembut. "Semoga hal-hal baik selalu menyertai Pak Devan, dan semua urusan Pak Devan hari ini dilancarkan." "Terimakasih sayang," balas Devan mengusap bagian atas kepala Disya, lalu memeluk tubuh perempuan itu. "Kamu berjanji akan menceritakan apapun yang kamu rasakan kepada saya, jangan memendamnya sendiri ya." Disya terkekeh pelan. "Pak Devan, Disya beneran ngga papa kok," jawabnya, perempuan itu tahu ini masih tentan

  • Om Duda! 2   Chapter 68: Berita Baik?

    "Tokcer juga ya Pak Devan," ucap Fani menatap lembaran hasil USG milik Disya dengan senyuman lebar menghiasi bibirnya. "Iyalah tokcer! Kamu ngga lihat Pak Devan tuh aura-auranya hyper—" "Al!" Yumna menyenggol lengan Alya, memperingati agar ia berhati-hati dengan ucapannya. Tidak masalah jika hanya mereka berempat di sana, tetapi ini ada Bundanya Disya. Mengulum bibirnya, Alya menatap Dina lalu menampilkan cengiran tanpa dosa. "Maksud aku, Pak Devan auranya ganteng banget, Bun... hehehe." Dina menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, lalu mengacak bagian atas rambut Alya dengan gemas. "Jadi, kalian mau langsung pulang atau bagaimana?" tanya Dina mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Masa langsung pulang sih, Bun. Makan dulu yuk!" ajak Fani. Alya, Yumna, dan Fani tadinya berniat untuk berkunjung ke rumah Disya, tetapi Disya memberi tahu jika ia sedang tidak ada di rumah, tanpa sengaja juga ia memberikan informasi jika sedang berada di salah satu rumah sakit—mereka yang jelas khawat

  • Om Duda! 2   Chapter 67: Hidup Baru

    Tidak ada acara honeymoon dan sejenisnya. Disya menolak ketika Devan memberi pernyataan seperti ini—"Saya tidak masalah dengan tempat honeymoon yang akan kita kunjungi, terserah ke mana kamu ingin pergi, satu hal yang pasti, kita akan lebih banyak menghabiskan waktu di kasur nantinya." Disya menggeleng pelan mendengar jawaban Devan ketika ia bertanya tentang tujuan dan rencana keduanya untuk honeymoon sesuai saran dari kedua orangtuanya waktu itu. Toh belum ada tempat yang ingin Disya kunjungi, untuk saat ini memulai hidup baru dengan Devan saja sudah cukup baginya. Bangun pagi dengan posisi berada dalam pelukan Devan, lalu memasak untuk sarapan bersama, suaminya yang mengantarnya ke store sebelum berangkat bekerja, lalu pulang ke rumah bersama, memasak untuk makan malam, lalu berbagi cerita sebelum tidur—walaupun sebelumnya pasti akan melakukan hal 'itu' terlebih dahulu sebelum benar-benar tertidur, Disya tidak mengira Devan akan seperti seorang hyper, jangan mengira hanya sekali d

  • Om Duda! 2   Chapter 66: Bucin

    Disya mengerjapkan matanya perlahan, menatap jam yang sudah menunjukkan pukul satu siang, bukannya bangun dari tidurnya Disya malah semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Devan, semakin menyamankan posisi tidurnya. "Sudah siang sayang," ucap Devan mengecup bagian atas rambut Disya. "Disya lapar, tapi males bangun." "Delivery makanan, lagi?" "Boleh....." "Jangan junkfood ya, Sya. Kemarin kan sudah, jangan terlalu sering makan makanan seperti itu." Devan tetaplah Devan dengan ke-antiannya memakan junkfood—bukan anti sih, tetapi sangat menjaga pola makannya, masih sering memperingati Disya untuk mengurangi makanan yang tidak sehat. "Iya Pak Devan." Devan mengambil handphonenya yang berada di atas nakas, membuka salah satu aplikasi untuk memesan makanan secara online. Selama tiga hari ini, kedua pasangan pengantin baru itu sama sekali tidak meninggalkan rumah, bahkan lebih sering menghabiskan waktunya di kamar. Membeli makan secara online, Disya bahkan belum menyentuh are

  • Om Duda! 2   Chapter 65: Wedding

    "Untuk yang terakhir, say happy wedding!" "Happy Wedding!" Serempak semuanya menuruti perintah si fotografer diakhiri dengan foto gaya bebas. Pelaminan yang cukup panjang dan lebar itu rupanya tidak bisa menampung keseluruhan anggota kedua keluarga mempelai, ada beberapa anak muda yang berdiri di depan pelaminan untuk ikut masuk ke dalam foto keluarga. "Thankyou guys!" Selesai. Acara resepsi sudah selesai, para tamu undangan sudah meninggalkan area venue, menyisakkan keluarga besar kedua mempelai juga crew wedding yang akan membereskan area venue. "Capek, Sya?" tanya Dina menghampiri Disya yang sedang duduk di pelaminan, mencoba melepaskan heels yang dipakainya. Disya mendongak menatap Dina lalu menggeleng pelan dengan senyuman manis menghiasi bibirnya. "Saya kan sudah bilang lepas saja heelsnya kalau memang tidak nyaman...," ucap Devan yang sudah berlutut membantu Disya melepaskan heels yang sedaritadi dipakainya selama acara resepsi. "Padahal saya sudah menyuruh Sasya untuk me

DMCA.com Protection Status