Home / Romansa / Om Duda! 2 / Chapter 2: Cinta Naya

Share

Chapter 2: Cinta Naya

Author: Anaa
last update Last Updated: 2023-02-01 18:05:30

Seluruh keluarga sudah mengetahui kabar perceraian Disya dan Devan—termasuk kelakukan gila Devan, serta rahasia yang pada akhirnya terkuak tentang siapa Ibu kandung Kai, pasalnya dulu Devan adalah lelaki yang sangat dingin, cuek, sama sekali seperti tidak tersentuh. Sepulangnya dari London, lelaki itu membawa seorang bocah yang diakui sebagai anak kandungnya, tapi Devan tidak pernah membicarakan tentang siapa dan bagaimana ibu kandung Kai sendiri.

Devan itu tidak pernah mengenalkan seorang perempuan kepada keluarga besar. Disya adalah perempuan pertama yang Devan kenalkan sebagai istrinya, gadis itu juga baik, dan sudah akrab dengan keluarga besar Ganendra. Jadi, tentu saja mereka sangat menyayangkan jika mereka berpisah. Tapi... itu adalah konsekuensi yang Devan harus terima.

Devan kembali menatap arlojinya, lalu menatap sekitar, menunggu kedatangan seseorang di Bandara. Senyumnya langsung merekah ketika kedua maniknya menemukan seseorang yang sedang berjalan ke arahnya dengan senyum tidak kalah lebar.

"Bang Dev!" Perempuan itu langsung berlari dan menghambur ke pelukan Devan, memeluk lelaki jangkung itu dengan erat.

"Hai!" Devan membalas pelukan perempuan itu dengan sangat erat, sembari tangan kanannya bergerak mengelus pucuk kepalannya dengan lembut. "Apa kabar, Nay?" lanjut Devan.

Naya mengangguk. "Baik."

"Abang masih tetep jadi tontonan orang-orang ya," cibir Naya menatap sekeliling. Beberapa orang—kebanyakan perempuan sedari tadi memperhatikan Devan, tentu saja dengan mata berbinar kagum karena sosok pria seperti Devan.

Hanya mengangkat bahunya acuh sebagai respon dari Devan, lelaki itu merangkul bahu Naya dan mengambil alih koper yang sedari tadi dibawa oleh adiknya itu, dan berjalan untuk menuju ke mobil meninggalkan tempat itu.

Naya masih terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melirik beberapa perempuan yang terpesona dengan Devan. "Abang mungkin keliatan kaya hot Duda gitu ya di mata mereka?"

Devan menggelang pelan, sambil menyentil pelan kepala Naya karena berkata seperti itu.

Naya baru tiba di Jakarta, setelah tiga tahun berdiam diri di Lampung.

"Abang ngga ke kantor?" tanya Naya saat keduanya sudah berada di dalam mobil.

"Hm."

"Kenapa?" tanya Naya dengan kening mengernyit bingung. Devan kan sangat gila kerja, apalagi semenjak bercerai dengan Disya, lelaki itu benar-benar sangat mengabdikan dirinya untuk pekerjaan.

"Karena kamu mau pulang. Abang ke kantor setelah mengantar kamu pulang."

Naya terperangah, detik berikutnya perempuan itu tersenyum geli. "Tumben!"

Devan hanya mengangkat bahunya acuh, kembali menatap jalanan dan fokus menyetir.

Setelah berpisah dengan Disya, Devan lebih bisa bersikap hangat.

***

Tepat pukul sembilan malam Devan tiba di kediaman kedua orang tuanya. Lelaki itu lebih banyak berubah sekarang, salah satunya dia sangat sering sekali berkunjung ke rumah orang tuanya.

"Sudah datang, Mah?" tanya Devan menghampiri Maya yang sedang duduk di sofa seorang diri dengan buku catatan di tangannya.

"Sudah, dari jam delapan kita sudah jalan pulang, Bang," jawab Maya.

Devan melingkarkan lengannya memeluk pinggang Maya, menatap buku catatan bersampul navy yang sedari tadi dikerjai oleh Mamahnya itu. "Mamah sedang apa?" tanya Devan

"Mencatat beberapa tamu undangan yang akan hadir di acara ulang tahun papahmu."

Devan mengangguk. "Apa Papah minta untuk dirayakan?"

"Kamu seperti tidak tahu papahmu saja dia sangat suka pesta," kata Maya sembari menyimpan buku catatan itu di atas meja.

Devan lagi-lagi mengangguk. "Naya bagaimana?"

"Dia ada di kamar... Naya selalu bilang bahwa dirinya baik-baik saja padahal Mamah tahu dia tidak seperti itu," adu Maya sembari menyenderkan kepalanya di dada putra sulungnya. "Naya juga akan kembali ke Lampung," lanjut Maya sedih.

Tujuan Naya kembali ke kota ini adalah untuk menghadiri pernikahan Nathan—mantan tunangannya. Setelah Devan bercerai dengan Disya, Naya benar-benar serius dengan rencananya untuk tinggal di Lampung dengan alih-alih menemani Omanya yang ada di sana. Ini adalah kali pertama Naya kembali setelah tiga tahun ini meninggalkan kota kelahirannya.

Setelah tadi pukul sembilan Naya baru sampai di rumah, malamnya langsung menghadiri acara pernikahan Nathan dan Zara. Devan tidak bisa hadir ke acara resepsi pernikahan Nathan karena ada urusan pekerjaan yang benar-benar tidak bisa dia tinggalkan begitu saja.

Saat baru memasuki kamar adiknya, pandangan Devan lagsung tertuju kepada pintu balkon yan terbuka sudah bisa ditebak jika Naya ada di sana. Kedua kakinya melangkah, dan benar saja dugaannya, Naya sedang duduk di salah satu bean bag di sana, adiknya terlihat sedang melamun.

"Kenapa harus kembali ke Lampung?"

Perempuan yang sedang duduk di sana seperti tersadar dari lamunannya"... hanya ingin," jawab Naya seadanya.

Devan menatap adiknya lekat. "Are you oke?"

Naya memutar bola matanya malas, kalau dihitung-hitung rasanya sudah puluhan kali seseorang menanyakan hal yang sama seperti itu. "Aku malas jawabnya. Abang tahu, Abang adalah orang yang ke seribu yang nanyain keadaan aku," jawab Naya yang sebenarnya melebih-lebihkan ucapannya.

Devan masih diam menatap adiknya, mengulurkan tangan untuk mengusap pucuk kepala Naya.

Naya tersenyum lebar. "Aku baik, Bang. Ini pilihan hidupku, lihat Kak Nathan sekararang, dia juga bahagia sama Kak Zara. Kita memang nggak berjodoh...." Naya mendekatkan tubuhnya dengan Devan, melingkarkan kedua tangannya di pinggang Devan, lalu menyenderkan kepala di dada lelaki itu.

Membalas pelukan Naya, mengecup pelan pucuk kepala adiknya sayang. "Padahal Abang setuju banget kalau kamu sama Nathan, bukan hanya Abang, tapi Mamah, Papah, bahkan seluruh keluarga besar sangat setuju...."

"Namanya juga belum jodoh, Bang."

Keheningan menyelimuti keduanya. Udara malam kali ini terasa dingin, rembulan penuh juga terlukis di langit gelap ditemani bintang-bintang yang berkerlap-kerlip. "Masuk dan segera tidur, ini sudah malam, di luar juga sangat dingin," kata Devan setelah cukup lama terdiam.

Naya melepaskan pelukannya, mendongak menatap wajah Devan lalu menyungginkan senyum geli. "Sekarang Abang perhatian banget sama Nay? Trus biasanya kalau ngobrol sama Nay, selalu manggil diri Abang dengan embel-embel saya, kok jadi tiba-tiba kaya gini?"

"Kamu adik Abang, Nay."

"Yang bilang kita rekan kerja siapa emang?" cibir Naya.

"...."

Naya tertawa geli sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ditinggalin Disya berpengaruh besar banget ya buat Abang?"

"Ada banyak hal yang harus kita syukuri keberadaanya, sebelum pergi, dan pada akhirnya kita menyesal karena terlambat menyadari bahwa hal itu berharga, sekecil apa pun."

"Harusnya Abang menikahi Disya bukan karena mau balas dendam—" Naya menghentikan ucapanya karena Devan menatapnya seolah tidak terima dengan apa yang dikatakannya. "Apa ucapanku salah?"

"Kata-katamu terlalu kasar—balas dendam? Apa tidak ada kalimat yang lebih halus dari itu?"

Naya terlihat memutar bola matanya jengah. "Tidak! Abang tuh yang dari awal salah, harusnya Abang nggak usah nikahin Disya kalau niatnya cuman balas dendam. Dan, harusnya kalau Abang mau balas dendam ke Mba Naisya aja langsung jangan Disya yang nggak tahu apa-apa malah dijadiin korban. Harusnya Abang bersyukur punya istri kaya Disya, ini bisa-bisanya selingkuh sama orang yang udah ninggalin Abang—" Naya memejamkan matanya, membuang napas kasar, dengan tujuan meredakan emosinya. Devan paham betul begitu kecewanya semua keluarga besar setelah mengetahui semuanya

"Sudahlah, berhenti membahas masalah ini," lanjut Naya.

"Nasi sudah menjadi bubur, Abang sangat menyesal. Karma sudah menimpa Abang Nay, Disya pergi, bahkan calon buah hati kami pergi tanpa Abang tahu kehadirannya."

Naya kembali menatap Devan, raut wajah lelaki itu sangat terlihat menyedihkan. "Maaf," lirih Naya merasa bersalah karena membuat Devan kembali bersedih. Disya benar-benar pergi meninggalkan Devan. Walaupun apa yang terjadi memang sudah menjadi konsekuensi yang harus Devan dapat, tapi Naya juga merasa kasihan.

"Daddy!"

Devan dan Naya serempak menatap ke arah sumber suara. Bocah lelaki terlihat berlari ke arah mereka dengan membawa sebatang cokelat yang sudah habis setengah.

"Hi Kai!" Naya menyambut kehadiran keponakannya dengan wajah sumringah. Bocah itu balas menampilkan senyumnya, mengecup pelan pipi kanan Naya. "Sudah jalan-jalannya?" tanya Naya.

Kai mengangguk. "Sangat seru!" komentarnya. Mengalihkan pandangan untuk menatap Devan. "Mommy masih ada di bawah, lagi ngobrol sama Oma," lanjutnya.

"...." Devan tidak bersuara, keningnya mengkerut bingung. tumben sekali Disya masuk ke dalam rumah dan duduk mengobrol dengan Maya? Ya walaupun hubungan pernikahan mereka berakhir, tapi Kai dan Disya masih tetap berhubungan baik, sering sekali Kai menginap di rumah Disya, atau mereka berdua, beserta keluarga Disya pergi untuk jalan-jalan ke suatu tempat. Begitu juga dengan hari ini, Kai baru kembali setelah Disya beserta keluarga besarnya mengajak Kai ke sebuah pantai. Disya pasti langsung pergi setelah mengantar Kai kembali ke rumah, bukan tanpa alasan, tapi karena Samudra mengantarnya, dan sepertinya lelaki itu tidak ingin dan tidak mengijinkan Disya bertemu dengan Devan. Tapi, kenapa malam ini berbeda? Disya mengobrol dengan Maya? Apa dia tidak tahu jika Devan sedang ada di rumah Mamahya?

"Ah! Ada Om Sam juga di bawah," lanjut Kai.

"Om Sam?" Devan membeo.

"Iya, Om Sam. Daddy nggak mau ketemu Mommy?" tanya Kai lagi, sambil melanjutkan memakan coklat yang dipegangnya.

Naya melirik Devan yang memasang wajah terkejut. "Aunty Nay, juga ke bawah ayo. emang nggak mau ketemu Mommy?" tanya Kai lagi yang membuat Naya kembali menatap ke arah bocah itu. Kai berdiri, menarik lengan Naya dan Devan agar berdiri dari duduknya.

"Tidak... Aunty di sini saja, ya...." Suara Naya tergagap.

Kai mengernyitkan keningnya bingung. "Kenapa? Sudah lama kan tidak ketemu dengan Mommy?"

Devan menangkap gelagat aneh dari tingkah adik satu-satunya itu. Walaupun sedari tadi Devan menemui Nesa bisa menangkap raut sedih dari perempuan itu, tapi kali ini seperti wajah ketakutan. Devan bertanya-tanya tentu saja.

"Kalian duluan saja turun ke bawah, Aunty Nay, nanti nyusul ya... "Pada akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Nesa.

Setelah menganggukkan kepalanya menejawab pernyataaan Naya, Kai menarik tangan Devan untuk menemui Disya yang berada di ruang tengah.

***

Related chapters

  • Om Duda! 2   Chapter 3: Rindu

    Wajahnya masih terlihat cantik seperti dulu, dengan netra berwarna coklat jernih, bibir tipis, dengan kedua pipi yang bulat—ingin rasanya Devan kembali membuat kedua pipi perempuan itu kembali bersemu merah, ingin sekali Devan mengelusnya lembut, mencubitnya dengan gemas."Aunty Nay mana?" tanya Maya saat melihat putra sulungnya berjalan menuruni tangga beriringan dengan Kai."Nanti menyusul katanya," jawab Kai yang langsung berjalan cepat dan duduk dipangkuan Disya."Kai sudah besar, Mommy keberatan itu kalau Kai duduk di pangkuannya," kata Maya menggelengkan kepalanya dengan terkekeh pelan."Mommy nanti mau pulang, aku mau meluk dulu Mommy sebelum Mommy pulang!" Kai melingkarkan tangannya di leher Disya, dengan tangan kanan yang masih memakan coklat yang belum juga habis sedari tadi."Padahal seharian penuh ini Kai sudah bersama Mommy kan?" tanya Maya menatap cucunya.Kai menampilkan cengirannya, dan malah semakin mengeratkan pelukannya.Devan ikut duduk di single sofa, menatap Samu

    Last Updated : 2023-02-03
  • Om Duda! 2   Chapter 4: Sebuah Tekad

    "Naya benaran mau balik lagi ke Lampung?" tanya Diky menatap Devan yang masih berkutat dengan laptop di depannya. Yang dibalas dengan anggukkan pelan dari lawan bicaranya."Kenapa?""Naya ngga bilang sama saya alasannya apa. Waktu saya tanya kenapa harus kembali ke Lampung dan jawaban dia 'hanya ingin' katanya."Diky mengernyit bingung. "Saya masih heran kenapa dengan tiba-tiba Naya membuat keputusan yang menggeparkan seluruh keluarga besar karena secara sepihak memutuskan hubungannya dengan Nathan, dan memilih langsung pergi ke Lampung. Apa tidak curiga ada sesuatu hal?"Devan yang sedari tadi berkutat dengan laptop dan pekerjaannya bahkan sampai menghentikan kegiatannya mendengar perkataan Diky. "Maksudmu?""Ya... apa coba alasan Naya mutusin hubungannya dengan Nathan secara sepihak gitu? Bosan katanya? Kalau pun bosan atau ada lelaki lain yang membuat Naya jatuh cinta dan berani meninggalkan Nathan. Mana lelaki itu sekarang? Apa Naya pernah menjalin hubungan dengan seseorang setela

    Last Updated : 2023-02-09
  • Om Duda! 2   Chapter 5: Berduka

    Langkah kakinya terhenti, menatap lurus ke depan dengan tatapan sendu, beberapa orang terduduk di depan gundukan tanah basah. Suara isak tangis, juga suasana berduka menyelimuti keluarga itu. Dengan pelan, Devan melangkahkan kakinya menghampiri salah satu perempuan yang masih menangis dengan tangan yanga terus menggenggam tangan putranya."Daddy...." Kai, bocah itu orang pertama yang menyadari kehadiran Devan. Membuat atensi keluarga itu tertuju kepada Devan. Devan mengangguk pelan, menyapa mereka.Kai bangun dari duduknya mengulurkan tangan kepada Devan, yang langsung dibalas oleh lelaki itu. "Daddy, Aunty Ais sudah pergi," kata Kai dengan mata sembab, juga pipi yang basah karena menangis.Devan mengangguk, lalu beralih menatap perempuan yang kini juga menatapnya persis seperti Kai dengan mata merah dan kedua pipi basah karena menangis. Devan tahu, Disya pasti terluka dan bersedih karena kematian Kakaknya.Tangan kanan Devan yang bebas, terulur untuk mengusap kedua pipi Disya lembut

    Last Updated : 2023-02-14
  • Om Duda! 2   Chapter 6: Secret-1

    Disya membuka apron yang dipakainya, keluar dari kitchen room setelah sebelumnya mengambil selembar tissue untuk mengelap kedua telapak tangannya. Perempuan itu berjalan menghampiri salah satu meja di ruang display yang terdapat seorang perempuan yang sedang duduk sembari menatap keluar jendela besar yang langsung memperlihatkan area luar store."Hei, padahal ngga papa kalau kamu langsung ke kitchen room, Nay."Naya mengalihkan pandangannya menatap Disya yang sudah duduk tepat di hadapannya. "Aku merasa tidak enak, karena mengganggumu, Sya."Disya terkekeh pelan. "Tidak papa, aku senang kamu datang berkunjung!"Naya ikut terkekeh. "Jadi, aku bisa memakan semua kuemu dengan gratis kan?" perempuan itu menaik turunkan alisnya menggoda Disya."Boleh dong!"Naya melihat kesekeliling, memperhatikan store milik Disya. "Sangat cantik dan minimalis, siapapun pasti akan betah berlama-lama di sini," kata Naya berkomentar."Ya... tadinya aku mau buka store di Jogja, tapi Ayah sama Bang Sam ngga n

    Last Updated : 2023-02-16
  • Om Duda! 2   Chapter 7: Secret-2

    Disya melepas kepergian mobil milik Devan dan juga Naya dengan wajah yang masih terlihat tidak senang, sorot matanya masih terlihat muram."Sya...."Disya melirik sekilas lelaki jangkung di sampingnya, mengabaikan lelaki itu dan memilih kembali masuk ke dalam store miliknya.Samudra—lelaki itu mengusap wajahnya frustasi, namun tetap mengekori Disya ke dalam ruangan. Mendapati Disya sedang duduk di sofa dengan tangan kanan yang memegangi keningnya, perasaan perempuan itu pasti sedang sangat kacau."Sya... maafin Abang," kata Samudra memecah kesunyian di ruangan itu.Disya menatap manik mata Samudra. "Kenapa minta maaf? Kalian melakukannya sama-sama sedang dalam kondisi sadar kan? Sama-sama mau?"Samudra menutup rapat mulutnya, menundukkan pandangannya."Tapi... kenapa Naya, Bang? Kalian—" Disya sampai tidak bisa melanjutkan kalimatnya."Dari mana kalian kenal sebelumnya? Apa kalian kenal sudah lama? Apa ini alasan Naya memutuskan secara sepihak hubungannya dengan Nathan? Karena Bang Sa

    Last Updated : 2023-05-12
  • Om Duda! 2   Chapter 8: Weekend-1

    Devan menatap cermin sembari mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk agar kering. Sebuah senyuman kecil tercetak begitu saja ketika kembali mengingat pertemuannya dengan Disya tadi. Tentu saja Devan merasa sangat senang ketika melihat dilayar ponsel tertera nama Disya yang menghubunginya.Sedikit terkejut ketika melihat ada Naya bahkan Samudra saat Devan sampai di store.Canggunng.Itu yang Devan rasakan, sepertinya Disya juga—bahkan mantan istrinya terlihat sangat canggung, dan seperti sedang mengalami perasaan yang tidak baik. Apa bertemu dengan Devan berdampak buruk untuk hati Disya? Sepintas pemikiran itu melintas di kepalanya. Namun dia mencoba menepisnya, ya bagaimanapun Disya sendiri yang menghubunginya dan memintanya untuk datang ke store. Tapi, mungkin itu hanya akal-akalan Naya saja, meyuruh Disya untuk menghubunginya—itulah alasan wajah Disya tampak muram? Devan terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya, membuang jauh pemikiran-pemikiran yang ada di kepalanya.Keluar

    Last Updated : 2023-08-09
  • Om Duda! 2   Chapter 9: Weekend-2

    "Mau buat apa?" tanya Disya menatap Devan yang masih berdiri di dekat tangga.Kai sudah pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian, meninggalkan Disya dan Devan di ruang tengah."Hanya nasi goreng," jawab Devan seadanya.Disya mengangguk."Kai mau sama kamu. Jadi, saya membuat nasi goreng untuk sarapan. Setidaknya kami sarapan bersama-sama sebelum Kai pergi ke rumah kamu, Sya."Disya bangun dari duduknya, berjalan menuju ke arah dapur yang tentu dibuntuti oleh Devan. Menatap isi dapur yang luar biasa berantakan, Disya tentu saja menganga melihatnya. "Ya ampun, berantakan banget," komentar Disya tanpa mengalihkan pandangan ke arah Devan, matanya masih menatap keadaan dapur.Devan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "Ya... saya buruk dalam memasak sepertinya."Disya menghela napasnya, menatap Devan dengan tatapan kesal. "Ya buruk sekali."Devan mengulum bibirnya, menatap Disya dengan tatapan bersalah. Disya yang melihat Devan seperti itu tidak bisa menyembunyikan senyumnya

    Last Updated : 2023-08-18
  • Om Duda! 2   Chapter 10: Cinta?

    Kai tertunduk dalam, enggan menatap wajah Devan yang ada di hadapannya. Kedua lelaki berbeda usia itu sedang duduk berhadapan di ruang kerja Devan. Beberapa menit yang lalu, Disya beserta teman-teman Kai sudah pergi meninggalkan rumah."Kenapa menunduk, Kai? Merasa melakukan kesalahan?" tanya Devan menatap putranya dengan tatapan yang sebenarnya menurut Devan sendiri tatapan biasa—namun tidak menurut Kai. Tatapan Devan sangat amat serius.Kai memberanikan diri, mengangkat wajahnya, menatap Devan. "Tidak!" Kai menggeleng berucap dengan tegas."Jawab dengan jujur pertanyaan Daddy, oke!"Lagi-lagi Kai mengangguk."Kamu tidak merasa melakukan kesalahan?" "Tentang apa, Dad?"Devan terlihat menghela napasnya pelan. "Tentang hari ini."Kai menatap Devan dengan wajah merajuk. "Tentang apa? Tentang aku yang minta Mommy datang ke sini? Tentang aku yang mengajak Mommy jogging sama kita? Atau tentang teman-temanku yang datang ke rumah untuk memakan kue buatan Mommy?"See, Kai bahkan menyebutkan s

    Last Updated : 2023-08-20

Latest chapter

  • Om Duda! 2   Chapter 73: Double Date - II

    Devan tidak berhenti memperhatikan wajah istrinya yang sudah terlelap tidur setengah jam yang lalu, mengusap sisa peluh yang membasahi kening istrinya dengan lembut—entah itu karena kegiatan bercinta sebelumnya, atau memang suhu di ruangan yang memang cukup panas karena pendingin ruangan di dalam sini tidak terlalu berfungsi. Devan juga kegerahan sebenarnya, sedari tadi matanya tidak kunjung mau terpejam. Menyunggingkan senyum ketika mengingat kegiatan keduanya, mereka belum pernah bercinta menggunakan alat kontrasepsi, pengalaman baru, dan itu berakhir begitu saja, baik Devan dan Disya setuju tidak menyukainya. Segala sesuatu tentang Disya selalu membuat Devan candu—semuanya, tidak akan pernah membuatnya bosan. Devan begitu sangat mencintai istri kecilnya itu. Mencium kening Disya untuk beberapa saat sebelum dia beranjak dari atas kasur, lelaki itu memutuskan untuk ke luar dari kamar, berniat mencari udara segar karena demi Tuhan di dalam kamar menurutnya sumpek sekali. "B

  • Om Duda! 2   Chapter 72: Double Date - I

    Hening Mungkin bisa menggambarkan situasi di dalam mobil saat ini, tidak ada yang mengeluarkan suara seolah keempatnya punya dunia masing-masing—sebenarnya Disya dan Naya yang merasa tidak nyaman dengan situasi canggung ini, keduanya sudah mencoba mencairkan suasana, beberapa kali mencari topik obrolan, tetapi kedua lelaki di sana tidak terlalu menanggapi, yang satu sibuk dengan kemudinya, yang satu sibuk dengan i-Pad di tangannya. "Mumpung lagi lewat sini, ayo kita ke caffe Rainbow, aku kangen cakenya...," rengek Naya menyentuh lengan suaminya manja. "Sudah jam segini, nanti kamu pulang kemaleman. Abang kan sudah bilang kamu menginap saja di rumah untuk malam ini, tidak usah langsung berangkat ke Bandung." Devan yang menjawab, tidak memperbolehkan untuk mengunjungi caffe yang tadi disebut oleh adiknya. Naya terlihat memanyunkan bibirnya. "Kita aja nurutin kemauannya Bang Devan yang mau makan di restonya Bu Eliza ya!" "Kalian kan masih bingung ingin makan di mana, saya hanya meny

  • Om Duda! 2   Chapter 71: Titik Terang

    "Yakin tidak papa jika saya berangkat kerja, sayang?" tanya Devan, ini adalah pertanyaan kesekian yang lelaki itu berikan kepada istrinya. Yang semulanya Disya menjawab 'Tidak papa' perempuan itu kini menatap Devan dengan bibir yang ditekuk sembari menampilkan puppy eyesnya. "Kamu ingin saya tidak berangkat kerja?" Kali ini Disya mengangguk, merentangkan kedua tangannya meminta pelukan dari sang suami. Devan menyunggingkan senyum, menyimpan jasnya di atas sofa, lalu melangkah untuk duduk di tepi kasur, setelahnya memberikan pelukan kepada istrinya. "Manja sekali, sedang datang bulan, hm?" Disya menggeleng pelan dalam dekapan suaminya, lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya, bahkan mengusap rambut Disya lembut. Sedari tadi Disya belum menuruni kasur, perempuan itu sudah bangun tetapi memilih berdiam di kasur lengkap dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya. Devan sudah bertanya apakah dia boleh berangkat kerja, atau Disya ingin dirinya tetap di rumah menemani istrinya

  • Om Duda! 2   Chapter 70: Istri Kedua?

    Alif menjelaskan bahwa dia bertemu dengan Layla di salah satu club malam, keduanya tertarik secara fisik satu sama lain sehingga terjadihal hal yang tidak diinginkan, apalagi keduanya dalam pengaruh alkohol malam itu, nafsu benar-benar menguasai mereka. Disya percaya? Tidak— Yang benar saja? Bisa jadi Alif hanya ingin menutupi kesalahan Samudra. Tidak masuk ke dalam apartemen yang ditinggali Layla, Disya memilih untuk pergi dari sana setelah Alif menjelaskan tentang Layla dan bayinya. Hatinya masih gundah. "Maaf menunggu lama sayang," kata Devan yang baru saja memasuki ruang kerjanya, tersenyum menatap sang istri, lalu melangkah menghampiri Disya yang sedang duduk di sofa seorang diri. Disya menatap Devan, memanyunkan bibirnya, bahkan maniknya sudah berkaca sekarang. "Kenapa, hm?" Perempuan itu menggeleng pelan, kedua tangannya terulur untuk meminta pelukan dari suaminya yang baru tiba setelah menyelesaikan meeting dengan beberapa pekerjanya. Disya memilih untuk me

  • Om Duda! 2   Chapter 69: Bayi Layla

    Sekali lagi Devan memperhatikan wajah Disya, keningnya mengernyit seolah sedang menelisik wajah cantik itu yang tampak terlihat sendu—mendung, seperti cuaca di luar pagi ini. "Sya, kamu benar tidak apa-apa?" Kembali mengajukan pertanyaan yang jelas mendapatkan jawaban yang sama dari Disya— "Aku ngga papa, Pak Devan." Disya mendongak untuk menatap suaminya sambil tersenyum manis, lalu detik berikutnya kembali fokus pada kegiatannya yang sedang memasangkan dasi di leher sang suami. "Selesai!" ucap Disya menatap puas hasil tangannya, mengusap bagian pundak Devan dengan lembut. "Semoga hal-hal baik selalu menyertai Pak Devan, dan semua urusan Pak Devan hari ini dilancarkan." "Terimakasih sayang," balas Devan mengusap bagian atas kepala Disya, lalu memeluk tubuh perempuan itu. "Kamu berjanji akan menceritakan apapun yang kamu rasakan kepada saya, jangan memendamnya sendiri ya." Disya terkekeh pelan. "Pak Devan, Disya beneran ngga papa kok," jawabnya, perempuan itu tahu ini masih tentan

  • Om Duda! 2   Chapter 68: Berita Baik?

    "Tokcer juga ya Pak Devan," ucap Fani menatap lembaran hasil USG milik Disya dengan senyuman lebar menghiasi bibirnya. "Iyalah tokcer! Kamu ngga lihat Pak Devan tuh aura-auranya hyper—" "Al!" Yumna menyenggol lengan Alya, memperingati agar ia berhati-hati dengan ucapannya. Tidak masalah jika hanya mereka berempat di sana, tetapi ini ada Bundanya Disya. Mengulum bibirnya, Alya menatap Dina lalu menampilkan cengiran tanpa dosa. "Maksud aku, Pak Devan auranya ganteng banget, Bun... hehehe." Dina menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, lalu mengacak bagian atas rambut Alya dengan gemas. "Jadi, kalian mau langsung pulang atau bagaimana?" tanya Dina mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Masa langsung pulang sih, Bun. Makan dulu yuk!" ajak Fani. Alya, Yumna, dan Fani tadinya berniat untuk berkunjung ke rumah Disya, tetapi Disya memberi tahu jika ia sedang tidak ada di rumah, tanpa sengaja juga ia memberikan informasi jika sedang berada di salah satu rumah sakit—mereka yang jelas khawat

  • Om Duda! 2   Chapter 67: Hidup Baru

    Tidak ada acara honeymoon dan sejenisnya. Disya menolak ketika Devan memberi pernyataan seperti ini—"Saya tidak masalah dengan tempat honeymoon yang akan kita kunjungi, terserah ke mana kamu ingin pergi, satu hal yang pasti, kita akan lebih banyak menghabiskan waktu di kasur nantinya." Disya menggeleng pelan mendengar jawaban Devan ketika ia bertanya tentang tujuan dan rencana keduanya untuk honeymoon sesuai saran dari kedua orangtuanya waktu itu. Toh belum ada tempat yang ingin Disya kunjungi, untuk saat ini memulai hidup baru dengan Devan saja sudah cukup baginya. Bangun pagi dengan posisi berada dalam pelukan Devan, lalu memasak untuk sarapan bersama, suaminya yang mengantarnya ke store sebelum berangkat bekerja, lalu pulang ke rumah bersama, memasak untuk makan malam, lalu berbagi cerita sebelum tidur—walaupun sebelumnya pasti akan melakukan hal 'itu' terlebih dahulu sebelum benar-benar tertidur, Disya tidak mengira Devan akan seperti seorang hyper, jangan mengira hanya sekali d

  • Om Duda! 2   Chapter 66: Bucin

    Disya mengerjapkan matanya perlahan, menatap jam yang sudah menunjukkan pukul satu siang, bukannya bangun dari tidurnya Disya malah semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Devan, semakin menyamankan posisi tidurnya. "Sudah siang sayang," ucap Devan mengecup bagian atas rambut Disya. "Disya lapar, tapi males bangun." "Delivery makanan, lagi?" "Boleh....." "Jangan junkfood ya, Sya. Kemarin kan sudah, jangan terlalu sering makan makanan seperti itu." Devan tetaplah Devan dengan ke-antiannya memakan junkfood—bukan anti sih, tetapi sangat menjaga pola makannya, masih sering memperingati Disya untuk mengurangi makanan yang tidak sehat. "Iya Pak Devan." Devan mengambil handphonenya yang berada di atas nakas, membuka salah satu aplikasi untuk memesan makanan secara online. Selama tiga hari ini, kedua pasangan pengantin baru itu sama sekali tidak meninggalkan rumah, bahkan lebih sering menghabiskan waktunya di kamar. Membeli makan secara online, Disya bahkan belum menyentuh are

  • Om Duda! 2   Chapter 65: Wedding

    "Untuk yang terakhir, say happy wedding!" "Happy Wedding!" Serempak semuanya menuruti perintah si fotografer diakhiri dengan foto gaya bebas. Pelaminan yang cukup panjang dan lebar itu rupanya tidak bisa menampung keseluruhan anggota kedua keluarga mempelai, ada beberapa anak muda yang berdiri di depan pelaminan untuk ikut masuk ke dalam foto keluarga. "Thankyou guys!" Selesai. Acara resepsi sudah selesai, para tamu undangan sudah meninggalkan area venue, menyisakkan keluarga besar kedua mempelai juga crew wedding yang akan membereskan area venue. "Capek, Sya?" tanya Dina menghampiri Disya yang sedang duduk di pelaminan, mencoba melepaskan heels yang dipakainya. Disya mendongak menatap Dina lalu menggeleng pelan dengan senyuman manis menghiasi bibirnya. "Saya kan sudah bilang lepas saja heelsnya kalau memang tidak nyaman...," ucap Devan yang sudah berlutut membantu Disya melepaskan heels yang sedaritadi dipakainya selama acara resepsi. "Padahal saya sudah menyuruh Sasya untuk me

DMCA.com Protection Status