Olevey membuka mata saat merasakan belaian hangat pada wajahnya. Sepasang netra emerald yang berkilauan seketika menyapa dunia yang terasa asing bagi pemiliknya. Tentu saja, Olevey masih mengingat kejadian di mana dirinya baru saja terbangun dan disambut dengan sebuah cekikan yang membuatnya kembali jatuh tak sadarkan diri. Itu benar-benar menegangkan, dan Olevey sendiri berpikir jika dirinya akan mati saat itu juga. Olevey mendesah dan memilih untuk bangkit dan duduk bersandar pada kepala ranjang. Ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh lehernya yang sebelumnya dicekik dengan sekuat tenaga oleh pria pemilik netra sewarna rubi.
Olevey mengernyitkan keningnya saat tidak merasakan ngilu atau rasa sakit yang sudah ia bayangkan akan terasa pada lehernya yang ia sentuh. Mungkin, nanti Olevey harus mencari cermin untuk memastikan apa lehernya memang tidak memiliki bekas lebam yang menghiasi kulit putihnya. Kini, Olevey duduk dengan tenang di tepi ranjang dan mengamati pintu balkon yang sedikit terbuka dan membuat gorden tipis yang menutupinya bergoyang anggun. Olevey bukan gadis bodoh, ia tahu jika kini dirinya sudah tidak lagi berada di dunia tengah yang ditinggali manusia. Olevey tidak bisa menahan diri untuk kembali mengingat malam di mana dirinya melaksanakan tugasnya sebagai gadis persembahan.
Olevey dan rombongan pengantar persembahan tiba di lembar Darc. Tidak membuang waktu, Olevey dibantu untuk segera turun dari kereta dan menapaki jalan setapak yang akan membawanya pada gazebo yang memang akan menjadi tempat di mana dirinya sebagai gadis persembahan akan bertugas untuk menunggui persembahan diambil oleh utusan iblis. Olevey dibantu untuk duduk di tengah gazebo yang memang dipersiapkan sedemikian rupa hingga Olevey yang duduk di atas bantal merasa nyaman. Seorang pelayan istana—yang dari tahun ke tahun bertugas untuk mengantar gadis persembaha—tersenyum pada Olevey, dan menyiapkan beberapa selimut tebal dan lembut.
“Nona tidak perlu merasa cemas. Jika sang utusan Iblis telah tiba, Nona akan jatuh tidak sadarkan diri. Jadi, Nona tidak akan memiliki kesempatan untuk melihat bentuk iblis yang mengerikan. Nona akan terbangun kembali keesokan harinya, setelah itu Nona bisa tenang karena tugas Nona sudah selesai sebagai gadis persembahan,” ucap pelayan tersebut sembari sedikit membenarkan tatanan rambut Olevey yang cantik.
Mendengar apa yang dikatakan oleh sang pelayan, Olevey mengangguk dan menyamankan duduknya. “Terima kasih,” ucap Olevey. Meskipun dirinya adalah seorang nona muda, bagi Olevey mengucapkan terima kasih adalah salah satu etika yang perlu ia terapkan pada semua orang.
Sang pelayan mengangguk dan undur diri. Setelah semua persembahan diletakkan di hadapan gazebo, semua rombongan memberikan hormat pada Olevey sebelum benar-benar pergi meninggalkan lembah Darc. Kini tersisa Olevey dilembah Darc. Tentu saja hal itu menciptakan suasana hening yang terasa agak mengerikan bagi sebagian besar orang. Namun, Olevey sendiri memang sedikit menyukai keheningan, hingga tidak merasa jika dirinya tengah terancam. Hanya saja, Olevey merasa sedikit terganggu karena keheningan yang seperti ini. Keheningan yang jelas tidak pernah ditemui oleh Olevey.
Olevey menghela napas dan memilih untuk memejamkan matanya. Rasanya, Olevey sangat merasa lelah dan ingin malam berlalu dengan cepat. Di tengah keheningan, Olevey mengernyitkan kening saat merasakan tekanan udara yang berbeda, di susul kabut yang mulai turun. Saat itulah, Olevey berpikir jika utusan sang iblis sudah datang.
Rasa kantuk tiba-tiba datang menghinggapi diri Olevey, menyebabkan kedua matanya terasa begitu berat. Tanpa bisa ditahan, Olevey pun jatuh tertidur. Namun, sebelum dirinya memejamkan matanya secara sempurna, Olevey melihat dua bayangan besar yang mendarat di tengah lembah. Salah satu bayangan bergerak mendekat pada Olevey, terus mendekat hingga Olevey benar-benar tidak sadarkan diri.
“Ternyata, aku berakhir di sini,” ucap Olevey pelan.
“Nona mari saya bantu untuk membersihkan diri.”
Olevey berjengit saat mendengar suara perempuan di sampingnya. Saat menoleh, Olevey melihat seorang perempuan bertelinga lancip. Sudah dipastikan jika ia adalah seorang iblis. “Tidak perlu. Aku terbiasa membersihkan diri sendiri. Kalau bisa, aku minta bantuan untuk menyiapkan peralatan mandi dan pakaian ganti saja,” ucap Olevey tenang.
Melihat ketenangan yang ditunjukkan oleh Olevey, sang pelayan iblis tersebut terlihat terkejut. Ia tidak menyangka jika Olevey bisa setenang ini. Padahal, sebelumnya ia sudah mengira jika dirinya perlu mendengar jerit dan tangis histeris sang nona yang ke depannya akan ia layani ini. Olevey tentu saja menyadari apa yang tengah dipikirkan oleh pelayan di hadapannya ini, ia tersenyum tipis dan bertanya, “Siapa namamu?”
“Sa-Saya Jennet, Nona.”
“Baiklah Jennet, kamu bisa membantuku, bukan?” tanya Olevey yang langsung diangguki oleh Jennet.
Semua ini memang terasa mengejutkan bagi Olevey, tetapi Olevey berusaha untuk tenang dan rasional. Olevey harus menyembunyikan semua kegelisahan dan rasa takut yang isa rasakan. Di situasi seperti ini, Olevey harus bisa menempatkan dirinya dengan baik. Ia sudah dididik untuk menghadapi situasi tersulit seperti apa pun dengan tenang dan dengan pikiran tajam. Mungkin, saat ini adalah waktu yang tepat bagi Olevey untuk menerapkan semua hal yang sudah ia pelajari sebagai seorang nona keluarga Duke yang terpelajar.
***
Olevey berusaha untuk tetap bersikap tenang. Meskipun, saat ini dirinya tengah berhadapan dengan sosok pria yang tadi malam mencekiknya. Pria itu tampak memberikan tatapan tajam yang terasa menembus semua pertahanan yang Olevey punya. Olevey sudah terbiasa dengan intimidasi, dan hal sejenisnya. Namun, Olevey sama sekali tidak pernah mendapatkan intimidasi semenekan ini. Karena itulah, Olevey sulit untuk bersikap tenang di hadapan pria yang sudah dipastikan adalah seorang iblis yang jelas memiliki pengaruh dan kekuasaan.
Setelah makan siang di kamar, tiba-tiba pria ini muncul di kamar yang ditempati Olevey. Saat itulah, Jennet undur diri dan meninggalkan Olvey bersama Diederich. Tentu saja, Olevey bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh sang raja iblis ini. Apakah mungkin dia akan melanjutkan niatnya untuk membunuh Olevey? Namun, setelah hampir satu jam duduk berhadapan, Diederich sama sekali tidak mengatakan apa pun dan hanya menatapnya dalam diam seperti ini.
“Sungguh menarik.”
Olevey menatap netra rubi yang kini tengah menatapnya dengan tajam itu. Tentu saja, Olevey merasa penasaran dengan maksud perkataannya barusan, tetapi Olevey tengah berhati-hati dan tidak berniat untuk mengambil langkah lebih dulu. “Apa kau akan tetap bungkam seperti itu?” tanya Diederich lagi.
“Apa saya perlu mengatakan sesuatu?” tanya Olevey balik, membuat Diederich terdiam dan memberikan tatapan yang lebih tajam.
“Entahlah. Tapi, bukankah kau memiliki banyak pertanyaan dan ingin mengetahui semua hal yang terjadi?”
Apa yang dikatakan oleh Diederich memang benar adanya. Sudah sewajarnya bagi Olevey menanyakan semua hal tersebut. Namun, Olevey merasa jika posisinya sama sekali tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. “Apa saya boleh melakukan hal itu?” tanya Olevey memastikan.
“Tentu. Aku akan memberikan waktu untuk bertanya,” ucap Diederich.
Olevey memilin kedua tangannya yang berada di atas pangkuannya. Entah kenapa, Olevey merasa begitu gelisah. Ia gelisah dengan jawaban yang akan diberikan oleh Diederich. Olevey merasakan firasat buruk, bahwa jawaban yang akan diberikan oleh Diederich ini sesuai dengan apa yang tengah ia pikirkan. Namun, Olevey memilih untuk mengambil kesempatan untuk menanyakan ini. Masalah jawabannya, itu masalah belakangan.
“Kapan saya akan dipulangkan ke dunia saya?” tanya Olevey sembari menatap Diederich tepat pada matanya.
Awalnya, Diederich sama sekali tidak memberikan reaksi yang berarti. Namun, sedetik kemudian Diederich menyeringai tipis. “Sebelumnya, aku berniat untuk memusnahkanmu, atau mengembalikanmu ke duniamu. Tapi, sekarang tidak. Aku tidak lagi memiliki niat seperti itu. Mulai sekarang kau akan tinggal di sini,” putus Diederich santai.
Meskipun sudah memperkirakan jawaban ini, Olevey tetap merasa jika ia tidak bisa menerima jawaban Diederich ini. Olevey mengepalkan kedua tangannya dan bertanya, “Tapi kenapa? Kenapa Anda melakukan hal ini hanya pada saya? Kenapa para gadis persembahan sebelumnya tidak mendapatkan perlakuan seperti ini? Kenapa … harus saya?”
Olevey meringis saat tiba-tiba Diederich meraih rahangnya yang ramping dan mencengkramnya dengan cukup kuat. “Karena semenjak kau dipilih sebagai gadis persembahan, sejak itulah aku memegang kuasa atas hidupmu. Aku bisa melakukan apa pun, termasuk menahanmu di dunia iblis ini,” desis Diederich penuh ancaman yang mengerikan.
“Apa yang sedang Nona pikirkan?” tanya Jennet membuat Olevey berjengit.Olevey menoleh pada Jennet yang berdiri di sampingnya. Olevey menghela napas panjang sebelum mengalihkan pandangannya kembali pada padang hijau yang menghampar luas. Olevey terlihat linglung. “Sudah berapa hari aku tinggal di dunia ini?” tanya Olevey pada Jennet yang sudah resmi menjadi pelayan yang akan melayaninya di dunia iblis.
“Nona benar-benar cantik. Saya rasa, Nona pasti akan menjadi sosok yang paling cantik malam ini,” ucap Jennet pada Olevey yang barusan selesai ia rias.Apa yang dikatakan oleh Jennet memang benar adanya. Hanya dengan riasa tipis, dan aksesoris sederhana, Olevey sudah tampak begitu memukau serta luar biasa. Rasanya sangat mungkin jika Olevey akan menjadi gadis yang paling cantik di tengah pesta bulan perak nanti. Ya, Olevey dirias sedemikian rupa karena dirinya akan menghadiri pesta bulan perak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Diederich sebelumnya. Tentu saja, Olevey tidak berk
Olevey menatap langit-langit yang selama beberapa hari ini selalu menyapanya ketika bangun tidur. Namun, kali ini Olevey sadar jika dirinya tidak terbangun dari tidur malamnya yang nyaman. Olevey teringat apa yang terjadi tadi malam, dan rasa dingin menguasai telapak tangan dan kakinya yang sebenarnya masih terlindungi selimut tebal yang halus. Mungkin, Olevey memang tinggal nyaman selayaknya tinggal di dunia manusia. Hanya saja, Olevey melupakan fakta, jika dunia iblis dan dunia manusia jauh berbeda. Olevey terlalu terbuai dengan keindahan yang jelas-jelas hanyalah kamuflase untuk membuat manusia terbuai. Jelas, Olevey hampir saja menjadi salah satu manusia yang terbuai.
“Bulannya sudah berganti merah,” gumam Olevey sembari melihat langit malam yang dihiasi oleh bulan sempurna yang berpendar merah. Terasa sangat aneh bagi Olevey, menayksikan saat-saat bulan yang berganti berwarna semerah darah ini. Tentu saja, ini kali pertama bagi Olevey melihat bulan yang berwarna merah. Merah darah atau merah rubi? Olevey tidak bisa memisahkan dan membedakannya. Hanya saja, warna merah itu membuatnya teringat Diederich. Olevey tanpa sadar menyentuh bibirnya dengan jemari lembutnya. Olevey menggigit bibirnya saat teringat kejadian di mana Diederich dengan tanpa
Di sebuah ranjang luas dan mewah, Olevey terbaring. Wajahnya pucat pasi, dan napasnya telihat berat. Keningnya dihiasi anak-anak rambut yang menempel erat sebab keringat dingin terus mengucur deras dan membuat rambutnya yang halus serta mengembang dengan indah, kini terlihat lepek. Olevey tampak begitu tersiksa dengan kondisinya yang tentu saja terasa tidak nyaman.Seorang pria berjubah tampak memeriksa Olevey dengan sihir yang berpendar biru gelap. Pria itu menarik tangannya dan menggeser tubuhnya. Ia membungkuk pada Diederich yang rupanya berdiri di dekat kaki ranjang. Diederich tampak cukup berbeda dengan
Diederich membawa Olevey yang masih tak sadarkan diri dalam gendongannya yang kokoh dan hangat. Ia membawa Olevey kembali ke dalam kamar pribadinya yang tentu saja adalah kamar paling luas, paling mewah, dan paling ketat penjagaannya. Diederich membaringkan Olevey di tengah ranjang. Namun, Diederich sama sekali tidak beranjak dari sisi Olevey. Ia malah ikut berbaring di samping gadis yang kini tampak sudah jauh lebih barik kondisinya. Napas Olevey sudah cukup teratur, tidak terlihat lagi jika Olevey kesulitan bernapas. Diederic mengulurkan tangannya dan merasakan suhu tubuh Olevey yang sudah kembali normal.
“Ayah,” panggil Leopold setengah putus asa sembari menatap ayahnys yang tengah duduk di kursi bacanya. Saat ini, gelapnya malam sudah memeluk semesta dengan sempurna. Leopold sudah menyelesaikan tugas hariannya dan kini datang ke ruang baca pribadi milik sang ayah, untuk kembali membicarakan hal yang mengganggunya.Karl menghela napas panjang. Ia meletakkan bukunya di atas meja, lalu menatap sang putra yang duduk di seberangnya. “Kamu sendiri sudah melihat apa yang sudah Ayah dan para Uskup Agung lakukan, bukan? Dunia iblis, dan Raja iblis bukanlah sesuatu yang bisa kita hada
Olevey diantar oleh Slevi menuju aula istana di mana singgasana milik Diederich berada. Tentu saja, Olevey perlu bertemu dengan Diederich untuk membicarakan hal aneh yang terjadi pada tubuhnya. Beruntungnya Olevey, saat ini bukanlah masa di mana bulan merah kehilangan cahaya, hingga Olevey tidak akan melihat bentuk-bentuk iblis yang mengerikan. Bentuk iblis yang mungkin saja bisa membuatnya terkena serangan jantung, dan jatuh tak sadarkan diri karena melihatnya. Namun, Olevey masih bisa merasakan jika para iblis yang bertugas sebagai pengawal, memperhatikan dan mencuri pandang padanya. Tampaknya, apa yang dikatakan oleh Diederich jika ia memiliki sesuatu yang membuatnya menarik di mata para iblis bukanlah omong kosong.
Halo semuanya, untuk kalian penggemar Olevey dan Diederich, ada kabar baik buat kalian wkwk. Kalian yang mau peluk mereka dalam bentuk fisik, bisa banget ikutan PO cetak ulangnya yang akan berlangsung sejak tanggal 3 hingga tanggal 13 Januari 2021 ya.Harganya Rp. 110.000 (diluar ongkir)Tentu saja ada perbedaan dari versi di platfrom online ya. Jadi enggak nyesel kalau beli versi cetaknya hehe.(Ps. judul yang naik cetak bukan hanya Olevey aja lho. Hampir semua cerita Mimi yang sudah mejeng di Goodnovel akan naik cetak)Untuk yang tertarik, atau mau tanya-tanya dulu bisa hubungi Mimi lewat DM di instagram difimi_Atau kalian bisa langsung hubungi salah satu nomor admin di bawah ini :1. 0853426571592. 081324971213Sekian, terima kasih semuanyaa
Enam bulan berlalu dengan cepat, dan Penelope tumbuh dengan sangat baik. Ia tumbuh menjadi seorang putri cantik yang sangat mudah untuk dicintai. Seperti saat ini, Penelope yang sudah bisa duduk dengan tegap tanpa bantuan siapa pun, terlihat bermain dengan mainan yang digantung di atas ranjang bayi miliknya. Netra emeraldnya tampak berkilauan saat dirinya menggapai-gapai mainan yang rupanya sangat menarik baginya. Namun, Penelope tidak bisa menggapai mainannya dengan mudah. Untungnya, Felix yang menyelesaikan latihannya menyempatkan diri untuk datang ke kamar Penelope. Ia ingin melihat adiknya yang tengah tidur siang.
Olevey baru merasakan kontraksi saat kandungannya menginjak usia empat puluh minggu, alias tepat sepuluh bulan. Jelas, ini adalah masa kandungan yang tidak lumrah baik bagi kaum iblis, maupun bagi kaum manusia. Lalu, rasa sakitnya juga sangat berbeda daripada kontraksi saat akan melahirkan Felix. Rasa sakitnya berkali-kali lipat, dan membuat keringat membanjir di sekujur tubuhnya yang mungil dan lembut. Wajah Olevey yang pucat pasi, masih tetap berusaha terlihat ceria dan memasang senyum manis. Hal itu terjadi, karena Felix terlihat begitu cemas. “Sayang, keluarlah. Tunggu dengan Ayah di luar ya. Ibu baik-baik saja,” ucap Olevey.
Wajah Diederich terlihat tidak baik-baik saja. Ia tampak begitu kesal, hingga terus saja menguarkan aura mengerikan yang membuat para bawahannya mengambil langkah untuk menjaga jarak aman dari sang raja ibli yang sepertinya tengah cemburu besar. Kecemburuannya itu disebabkan oleh putranya sendiri yang rupanya sudah kembali menempel pada Olevey. Setelah kedatangan Felix menemui Olevey yang tengah mengalami kondisi kesehatan yang memburuk, Felix sama sekali tidak menampilkan rasa ketidaksukaannya pada kehamilan Olevey yang rupanya sudah menginjak usia lima bulan. Felix juga tidak menjaga jarak dengan Olevey, dan kini malah bersikap sangat manis dengan mengikuti Olevey ke mana pun ibunya itu pergi.
Felix benar-benar mengamuk saat mengetahui ibunya mengandung. Amukan Felix bahkan sukses menghancurkan sebuah bangungan kastel yang khusus dibangun untuknya, lalu disusul dengan pemusnahan seperempat populasi iblis, dan sebagian besar hutan di perbatasan dunia iblis di mana portal berada. Kemarahan Felix bahkan membawa dampak yang cukup berat di dunia manusia. Ada topan dan hujan yang membuat bencana yang cukup membuat kerugian besar di sana. Rasanya, Olevey ingin meredakan kemarahan Felix. Namun, ia tidak bisa. Tubuhnya terlalu lemah untuk saat ini. Berbeda dari kehamilan pertamanya, Olevey saat ini bahkan tidak bisa turun dari ranjangnya.
Selama beberapa hari, Felix merajuk dan tidak mau berbicara pada kedua orang tuanya. Mungkin, bagi Diederich itu adalah kabar baik, karena waktunya dengan Olevey tidak diganggu oleh Felix. Namun, hal itu berbeda dengan Olevey. Ia merasa cemas, karena diabaikan oleh putranya. Felix benar-benar mengabaikan Olevey, dan lebih memilih fokus untuk belajar sihir dan sejarah. Olevey menatap pintu kamar Felix yang tertutup rapat di hadapannya. Biasanya, ia tidak perlu mengetuk pintu saat datang ke kamar Felix. Karena putranya itu akan menyambut dengan ceria, saat dirinya datang mengunjungi kamarnya. Namun, kali ini berbeda. Padahal Olevey sudah menunggu lama dan mengetuk pintu berulang kali, tetapi Felix belum juga membukakan pintu.
“Astaga, apa yang terjadi?!” tanya Olevey saat dirinya tidak percaya dengan apa yang ia lihat di hadapannya.Olevey terlihat sangat terkejut hingga tidak bisa mempertahankan keseimbangannya. Untung saja, Diederich berada di posisi yang tepat dan bisa menahan tubuh Olevey yang limbung. Dengan salah satu tangannya yang kekar, Diederich sudah lebih dari cukup bisa menahan tubuh Olevey yang terasa sangat ringan baginya. Diederich menyeringai saat melihat putranya yang juga tengah terlihat bingung dengan situasi yang terjadi. Keterkejutan keduanya terjadi karena penampilan Felix yang be
Sudah tiga tahun lebih Olevey menjadi seorang permaisuri di dunia iblis yang jelas sangat berbeda dengan dunia manusia di mana dirinya terlahir dan tumbuh besar. Namun, karena merasa jika semua ini adalah takdir yang sudah digariskan oleh Sang Pencipta, Olevey sama sekali tidak memiliki pilihan lain, selain menjalaninya.Toh, kehidupannya di dunia iblis ternyata tidak seburuk yang ia pikirkan sebelumnya. Kehidupannya malah terasa lebih bebas dan menyenangkan. Apa mungkin, karena dirinya bisa bebas melakukan apa pun yang ia ingikan tanpa harus memperhatian tata krama bangsawan dan sejenisnya? Sepertinya karena itu. Olevey tersenyum merasa lucu dengan pikirannya sendiri.
Olevey mengernyitkan keningnya, saat mendengar kebisingan yang mengganggu tidur lelapnya. Meskipun enggan, pada akhirnya Olevey membuka mata dan terkejut saat melihat Diederich yang tampaknya tengah sangat kesal. Dalam pelukan Diederich, terlihat seorang bayi mungil yang tampan tengah menangis dengan kuatnya. Slevi, Exel, dan Zul juga terlihat di sana, dengan wajah yang cemas.Ketiganya terlihat tengah membujuk Diederich untuk memberikan sang bayi pada Slevi, serta membujuk sang bayi untuk berhenti menangis. Awalnya, karena rasa lelah yang memeluk sekujur tubuhnya, Olevey ingin kembali tertidur. Namun, melihat bayi tampan yang merengek menginginkan sesuatu, Olevey sama sekali tidak bisa memal