Penyesalan selalu datang terlambat. jika penyesalan datang awal, maka tidak akan ada orang yang membuat kesalahan. Langkah kaki Dean seakan berat untuk berjalan meninggalkan Keira. Dia mengerti tentang apa yang Keira rasa kan. Walau dia sangat menyesali semua yang terjadi, namun dia menerima semua kesalahannya. Penyesalan merupakan puing-puing dari kesadaran yang terlambat.Keira hanya bisa melepaskan kepergian Dean. Walau dia membenci laki-laki tersebut dan telah membuatnya sangat kecewa, tapi di dalam hatinya masih ada nama Dean Angelo.“Semoga kamu bahagia Dean. Maaf aku tidak bisa memaafkan semua kesalahanmu,” ucap Keira.Mata Keira berkaca-kaca mencoba menahan air mata yang sebentar lagi akan jatuh di pipinya. Hatinya terasa sangat sakit sekarang. Walau Dean telah menoreh luka yang terdalam di hatinya, tapi rasa cintanya untuk Dean begitu besar hingga menusuk relung hatinya yang terdalam.Sepasang mata menatap perpisahan Dean dan Keira. Tatapan tajam tersebut terlihat puas denga
“Aku diperkosa Dean.” Vio berkata sambil menangis di dalam pelukan Dean.Mendengar perkataan Vio membuat Dean terkejut. Bagaimana bisa wanita yang memiliki berbagai pengalaman dengan berbagai pria diperkosa?Dean mengerutkan dahinya. “Apa kamu yakin diperkosa?” tanyanya penasaran.Vio melepaskan pelukannya menatap Dean. “Kamu kira aku wanita murahan yang bisa tidur dengan berbagai laki-laki. Aku mau tidur kalau pakai perasaan Dean bukan asal buka tutup.”“Ooh kirain buka tutup aja. Bukannya sering one night stand, Vi.”“Yaa ga sering cuman beberapa kali aja itupun karena mabuk, tapi bukan berarti mau gitu aja main memperkosa aku, Dean.” Vio menatap Dean kesal.Dean memperhatikan Vio. Dari gayanya terlihat berbeda jika memang bercinta dengan perasaan. Dia jadi tidak enak sendiri telah bertanya hal yang menyinggung Vio.“Aku lelah Dean. Aku ga menyangka si Kiko bisa melakukan itu ke aku,” ucap Vio sedih.“Kiko? Siapa lagi itu Kiko? Memang dia melakukan apa sama kamu?” tanya Dean.“Kiko
Vio berdiri mendekati Dean. Menyentuh rahang tegas dan kokoh yang semakin membuat penampilan Dean terlihat gagah. Hidung Dean yang bangir, mata Dean yang berwarna coklat, dan bentuk tubuhnya yang atletis dengan otot-otot maskulin begitu menggoda. Membangkitkan adrenalin dan gairah yang tak tertahankan.“Miliki aku, Dean,” ucapnya dengan mata memohon.“Kamu sangat cantik, Vio,” ujar Dean.“Kamu juga sangat tampan Dean.”Vio menarik kepala Dean dan melumat bibir seksi Dean. Lumatan demi lumatan yang bergairah membuat suasana menjadi semakin panas. Desiran darah memacu adrenalin untuk bercinta dan membangkitakan hasrat seksual untuk saling bergelut memuaskan di atas ranjang.Tapi semua lamunannya Vio berubah saat merasakan tubuhnya berguncang. Dia melirik ke arah Dean yang menatapnya heran. “Kamu kenapa? Kesurupan?” tanya Dean dengan santai. “Hadeeh, kamu ini mengganggu kesenanganku yang sedang melamun saja.” Vio menatap Dean kesal. “Melamun apaan? Pasti hal-hal jorok yak.” “Idiih, s
Terkadang kesedihan memerlukan kesendirian, meski sering kali kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan - Tere Liye -Sendirian terasa begitu sakit. Menghadapi semua masalah yang sulit dihadapi. Menangis bukanlah solusi dari semua masalah akan tetapi terkadang melegakan hati yang merasakan sakit.Keira teringat masa-masa indahnya bersama Dean. Tak pernah disangkanya lelaki yang dipercaya mengkhianatinya dan malah sekarang menjadi orang yang paling dibencinya.Bagaimana dia tidak membenci Dean? Dean membuatnya keguguran dan kehilangan separuh nyawanya. Anak merupakan harta yang paling berharga bagi seorang ibu. Seorang ibu rela mengorbankan dirinya sendiri demi anaknya.“Maafkan Mama yaa Nak. Maafkan Mama yang tidak bisa menjagamu,” ujar Keira menangis menahan rasa sakit di dalam hatinya.Suara ketukan pintu terdengar, “Keira.” Suara Ettan terdengar di luar pintu kamar, “ayo makan dulu, aku masak sesuatu buat kamu.”Keira pun mengusap air matanya dengan cepat tak ingin siapapun
Vio dengan semangat menuju hotel tempat Dean menginap. Dia ingin membantu Dean agar bisa menyadarkan Keira tentang kelakuan Ettan.“Dasar Keira bodoh bikin jengkel aja. Kenapa sih bisa percaya sama si laki-laki sialan itu,” ucap Vio kesal.Dean juga sudah menunggu Vio di lobby hotel. Dia tidak ingin Vio berada dalam kamar hotel agar terhindar dari segala trik yang dilakukan Vio. Walau dia tahu pasti Vio masih menghargai Keira, tapi dia menyadari kalau wanita itu memiliki perasaan padanya. Entah itu hanya ingin bercinta dengannya ataupun yang lain.Begitu tiba di lobby hotel Vio secepatnya menghubungi Dean. Dia juga tidak enak jika harus ke kamar Dean, bisa-bisa dia semakin bersemangat untuk menaklukan pria seksi tersebut. Bagi Vio, Dean seperti mudah untuk digapai, tapi sangat sulit untuk dimiliki.“Cari siapa?” tanya Dean berada tepat dibelakang Vio.Vio terkejut mendengar suara Dean dan langsung berbalik.“Woi bisa ga sih yang sopan dikit. Kamu bikin aku kaget aja,” ucap Vio kesal p
Keira membukakan pintu apartemen. “Dean,” ucapnya tak percaya kalau di depannya ada suaminya. Dean menatap Keira dengan marah. Dia tidak menyangka kalau istrinya tersebut bersama pria lain. “Siapa Kei?” tanya Ettan penasaran. Keira tidak sanggup berkata apapun. Dia tidak menyangka Dean bisa tahu di mana keberadaannya. Kepala Keira terasa begitu pusing, kakinya melemas. “Siapa yang datang Kei?” tanya Ettan lagi menuju pintu.Ettan tersenyum sinis. Dia tak menduga Dean akan secepat ini menemukan tempat tinggalnya.“Hai, Dean,” sapa Ettan tanpa merasa bersalah.Dean hanya menatap Ettan dan Keira dengan tajam. Dia tidak pernah menduga Keira bisa tinggal bersama dengan Ettan. Keira masih berstatus istrinya, tapi malah berbuat seperti itu. Di mana pikiran wanita yang dicintainya.“Bagus Keira. Aku tidak menyangka kamu memang sangat murahan,” ucap Dean emosi.“Ini bukan urusanmu, Dean,” balas Keira.“Apa kamu bilang bukan urusanku?”“Iya bukan urusanmu mau aku bersama siapapun.”“K
Suara musik terdengar hingar-bingar di sebuah club malam yang memekakkan telinga. Alat musik yang dimainkan oleh disc jockey membuat siapapun yang mendengarnya ikut menggoyangkan tubuh mereka mengikuti alunan musik. Irama yang mampu membawa siapapun yang mendengarkannya seakan berada ke dunia lain.Dean berada di sana dengan duduk terdiam di salah meja VIP. Dia menatap semua orang yang terlihat begitu asyik menggerakan tubuh mereka. Ada yang ke kanan, ke kiri, dan ada pula yang saling berpelukan sambil bermesraan tidak sesuai dengan irama lagu.“Dean sudah cukup minumnya,” ujar Vio yang duduk di sebelah pengacara flamboyan tersebut.Dean tidak mengindahkan perkataan Vio. Dia terus menegak satu gelas per gelas masuk ke dalam tenggorokannya. Rasa panas dan pahit alkohol tidak dirasakannya lagi. Dia hanya ingin minum melepas penat yang terasa begitu berat.“Dean… ayolah pulang. Jangan seperti ini,” ujar Vio lagi.Ekor mata Dean melirik tajam ke arah Vio. Dia sangat kesal wanita yang dudu
Vio menangis dengan apa yang telah terjadi. Walau dia juga menikmatinya, tapi ada perasaan bersalah pada Keira. Dia yakin Keira sudah dimanipulasi oleh Ettan. Dia sangat mengenal lelaki yang pernah menjadi kekasihnya.“Sebaiknya aku pergi saja dari sini,” ujar Vio menatap Dean yang masih tertidur di atas ranjang.“Aku yakin besok pagi dia tidak akan mengingat apapun yang telah terjadi.” Vio menghela napasnya, “ini hanya kesalahan yang terjadi di saat orang mabuk.”Vio mencari celana dalam Dean dan berusaha memakaikannya lalu menutupi badan pria atletis tersebut dengan bed cover. Dia tidak akan lagi mengulangi kesalahan yang terjadi antara dia dan Dean. Sambil berjalan berjinjit Vio pun meninggalkan Dean.Air mata Vio menetes di pipinya. Entah mengapa rasanya begitu sakit meninggalkan Dean. Ada perasaan bersalah dan malu berkecamuk dalam hatinya. Di dalam hatinya, dia berharap Dean tidak mengingat apapun yang telah terjadi malam ini. Biarlah dia yang mengingatnya sebagai kenangan.Kees