Oh My Husband 22
Keysia dan Devan turun bersama untuk sarapan, beramasaan dengan itu pula ia berpapasan dengan Nana yang hendal menaiki anak tangga bersama dengan Argan dibelakangnya.
“Eh kalian berdua sudah puas?” tanya Keysia.
“Berhenti berbicara omong kosong,” seru Nana.
“Baiklah, cepatlah kembali turun untuk sarapan!” seru Keysia kemudian.
“Iyaa,” balas Nana.
Keysia pun tersenyum dan melanjutkan langkahnya menuju meja makan diikuti dengan Devan. Sesampainya dimeja makan, keduanya sudah mendapati Joy dan juga Alice yang sudah menunggu kedatangan mereka.
“Dimana Argan dan Nana?” tanya Joy saat tidak mendapati dua orang manusia itu untuk turun bersama dengan Dev dan Keysia.
“Sebentar lagi mereka akan turun,” balas Devan seraya menarik kursi utama dan mendudukkan dirinya diikuti dengan Keysia.
Keysia mengedarkan pandangannya melihat anekan macam menu
Waktu terus berjalan, matahari pun sudah berpindah posisi siap untuk tenggelam dan menyisakan gelapnya malam. Kali ini Keysia duduk dibelakang bersama dengan Nana, sedangkan Devan di kursi depan dengan Argan yang mengemudi. Setelah berjam-jam duduk diam didalam mobil dengan disuguhi pemandangan pantai yang memukau mata akhirnya mereka sampai di pantai yang menjadi tujuannya yang letaknya tidak jauh dari villa yang mereka singgahi.“Huh, akhirnya sampai juga,” seru Nana seraya merenggangkan tubuhnya setelah turun dari mobil diikuti dengan Keysia.Keysia nampak mengulas senyumnya dengan mata yang beredar menyapu pemandangan pantai yang dihiasi dengan langit jingga, begitu memanjakan mata.“Key, ayo main di tepi pantai!” ajak Nana seraya menarik tangan Keysia dan membawa gadis itu berlari menuju bibir pantai.“Para perempuan ini selalunya seperti anak kecil kalau sudah mendapati air,” gumam Argan seraya menggelangkan kepal
Keysia terlihat begitu cantik dengan balutan dress sebatas berwarna cream keemasan sebatas lutut dengan model rambut waterfall French braid. Ia terlihat sedang menuruni satu persatu anak tangga dengan begitu anggun seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari Devan dan yang lainnya. Namun, hanya sepi dan sunyi yang didapatinya. Keysia terus melangkhakan kakinya menuju ke belakang, hendak menuju dapur namun langkahnya terhenti saat melihat pintu halaman samping terbuka dan seperti sedang menampakkan keramaian. Keysia melangkahkan kakinya menghampiri tempat tersebut dan betapa terkrjutnya ia mendapati halaman villa yang sudah dihias dengan sedemikian rupa.Devan dan yang lainnya pun terlihat sedang mengobrol dengan teman-temannya di sebuah meja dimana disana terdapat banyak macam camilan juga minuman. Melihat Keysia yang berjalan menghampirinya, sontak Devan beranjak dari duduknya, laki-laki itu terlebih dahulu merapikan jas yang dikenakannya kemudian menghampiri Keysi
“Selamat pagi, Tuan Devan, Tuan Argan,” sapaan hangat itu terus terdengar sepanjang koridor perusahaan yang dilewati Devan dan juga Argan. Dua laki-laki tampan itu berjalan beriringan menuju ruang kerja Devan.Sesampainya disana, keduanya mendapati Reyhan yang sudah menunggu kedatangannya. Laki-laki itu segera beranjak berdiri saat mendapati pemilik ruangan datang.“Kalian sudah tiba,” ujarnya.“Yoi,” balas Argan seraya mempersilahkan kembali Argan untuk duduk.“Jadi gimana liburan kemarin?” tanya Reyhan. Meskipun mereka adalah patner kerja, tetapi Reyhan hanya memiliki usia yang terpahut satu dua tahu dari Argan dan juga Devan sehingga mereka tidak terlalu formal dalam berbincang.“Lumayan untuk menjernihkan otak,” balas Argan. “By th way ada keperluan apa kamu kesini, bukannya hari ini tidak ada jadwal ketemu?” tambahnya.“Iya aku sengaja kesini,” balasnya.
Mendengar alasan yang Devan berikan, wajah yang semula nampak bahagia kini memudar seketika. “Oh,” ujarnya.“Kau tidak apa-apa kan aku tinggal beberapa hari?” tanyanya.“Aku tidak apa-apa,” Keysia menarik paksa kedua sudut bibirnya membentuk senyuman yang terkesan dipaksa.“Untuk Anna, kau bahkan merelakan waktu istirahat mu untuk menyenangkan hatinya, apa sebesar itu rasa cintamu untuk dia, Mas?” gumam Keysia dalam hatinya.“Ya sudah, kalau gitu aku masuk terlebih dahulu, masalah café biar Argan yang akan mengurusnya,” ujar Devan seraya beranak dari duduknya.“Baiklah, terima kasih,” ujar Keysia.Devan tak menyahut dan langsung berlalu meninggalkan Keysia, laki-laki itu akan membrsihkan dirinya yang terasa begitu lengket setelah seharian bekerja.*********Malam harinya, Keysia nampak sedang menyiapkan pakaian yang akan D
Reyhan mengedarkan pandangan mencari sosok yang ditunjuk oleh Nana. Jari tunjuk Nana menunjuk pada keramaian dimana orang sedang berlalu lalang, dan bersamaan itu pula Argan tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang membuat jas yang dikenakannya menjadi basah karena ketumpahan air. Argan pun menundukkan pandangannya bertepaan saat Reyhan menemukan dirinya.Hendak Reyhan kembali memuka suara, tetapi ponselnya yang berdering tiba-tiba membuat Argan lantas mengalihkan pandangannya seraya mengambil ponselnya yang berada disaku celana.Dengan segera Argan menerima telfon tersebut. “Ada apa?” tanyanya.“Cepatlah kembali keperusahaan, ada seseorang yang mencarimu,” ujar sosok disebrang telfon.“Baiklah, aku akan segera kembali,” balas Reyhan yang kemudian langsung memutus sambungan telfonnya dan kembali menyipan pada saku jassnya.“Sepertinya aku tidak jadi bergabung dengan kalian, mungkin lain kali kita bis
Oh My Husband 28Devan dan Anna terlihat sedang duduk berdua dibawah menara Eiffel yang kini mereka kunjungi. Menghabiskan sore menjelang malam seraya memberikan makanan pada merpati yang berada disekitar mereka berdua.“Dev,” Panggil Anna seraya mengalihkan perhatiannya pada Devan yang mendudukkan dirinya disebelahnya.“Kenapa?” tanyanya memutar leherya menatap Anna yang juga menatapnya.“Hari ini aku benar-benar senang, kau benar-benar menemaniku untuk menghabiskan waktu berdua,” ujarnya seraya mengulas senyum bahagianya.“Aku juga senang, sudah lama kita tidak seperti ini,” balasnya seraya merangkul bahu Anna mesra.Anna menyandarkan kepalanya pada bahu Devan yang terasa nyaman, kedua matanya sama-sama ditujukan untuk menatap matahari yang nyaris tenggelam. “Aku berharap kita akan seperti ini selamanya,” ujar Anna.Devan melepaskan renguhan pada bahu Anna membuat gadis itu
Jarum jam menampakkan pukul Sembilan lebih lima belas menit, belum memasuki waktu siang namun juga tidak terlalu pagi. Keysia dengan ditemani Nana terlihat sedang merapikan tempat kerjanya sesuai dengan rencana sebelumnya.“Makan siang nanti kau ingin memkan apa?” tanya Keysia seraya membersihkan meja kerjanya sepelum nanti peralatan kerjanya ditata disana. Tatapannya matanya tak sedikitpun menoleh kearah Nana yang kini sedang menatan buku resep yang beberapa hari lalu dibelinya dengan Keysia.Merasa tidak mendapatkan sautan, lantas Keysia menghentikan sejenak aktivitasnya dan menoleh kearah Nana yang kini terlihat melamun dengan buku-buku yang berada digenggamannya. “Nana!” Panggil Keysia dengan suara yang sedikit lebih tinggi dari sebelumnya.“Kenapa, Key?” balasnya lesu seraya mengalihkan pandangannya menatap Keysia.Keysia meletakkan kemoceng yang sedang digenggamnnya pada meja kerjanya, gadis itu lantas mendudukkan
Mentari bersinar dengan sangat terang, meninggalkan siluet sebagai pemisah antara malam dan pagi menuju siang. Dalam balutan selimut yang nyaman, serta posisi yang meringkuk dalam kesendirian, Keysia nampak masih terlelap dalam buaian mimpi indahnya. Sangat nyaman untuk melepaskan penat keseharian. Dentingan jarum jam menjadi pengiring Keysia yang mulai memasuki alam sadarnya, matanya yang terpejam rapat kini perlahan mengerjab saat sinar matahari menerobos masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka.Hal pertama yang Keysia cari adalah ponselnya, tangannya tergerak untuk meraba sekitar tempat tidurnya guna mencari gawai pintarnya hingga akhirnya ia menemukannya. Tombol power lantas di tekannya hingga kini menampilkan layar ponselnya yang berwallpaperkan fotonya dengan Devan saat sedang di pantai.“Sudah pukul 7,” gumamnya tanpa suara. Keysia masih dengan posisinya, ia merasa begitu enggan sekedar untuk merubah posisinya atau bahkan hanya untuk
Devan menghentikan mobilnya tepat didepan restaurant milik istrinya. Buru-buru Devan tutun dari mobilnya dan berjalan masuk kedalam restaurant yang belum terllau ramai pengunjung itu.“Selamat pagi, Tuan,” sapa para pelayan ketika mendapati Devan. Para pelayan yang bekerja bersama dengan Keysia memang sudah tahu kalau majikannya itu adalah istri dari seorang Devano Ristran Aderland, pengusaha muda paling sukses di negara yang ditinggalinya.“Pagi,” balas Devan. Laki-laki itu membalas senyuman para karyawan membuat Nana yang kebetulan melihatnya dibuat terheran-heran.“Tumben banget,” gumam Nana seraya melangkahkan kakinya menghamiri suami dari sahabatnya.“Tuan Dev,” panggil Nana.Mendengar namanya dipanggil, sontak Devan menghentikan langkahnya dan menatap Nana. “Dimana Keysia?” tanyanya.“Diruang kerjanya,” mendengar jawaban dari Nana, Devan kemudian langsung bergegas
“Kau yakin sudah merasa lebih baik sekarang?” tanya Keysia seraya memasnagkan dasi pada kerah kemeja yang dikenakan oleh suaminya.“Iya, ada pekerjaan penting yang harus aku selesaikan sekarang,” ujarnya.“Baiklah, oh iya siang nanti mau aku antar makan siang ke kantor?” Keysia kini tengah selesai memasangkan dasinya. Tangan gadis itu terulur untuk mengambil jas kerja milik Devan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri dan membantu suaminya untuk mengenakan pakaiannya.“Boleh,” Devan tersenyum menanggapi perkataan istrinya.“Baiklah, aku akan memasakkan makanan enak untukmu,” Keysia tersenyum senang. Hari ini, adalah hari pertama ia akan menuju ke tempat suaminya itu bekerja, tentu saja ia tidak boleh membuat kecewa.Keysia meraih tas kerja milik Devan, perempuan itu membantu suaminya untuk membawa tas kerjanya serta mengantarkan sampai ke pintu depan.“Aku berangkat dulu,&rdqu
Pagi telah tiba dengan sinar mentari yang menyambutnya ceria. Seperti biasa, Keysia terlebih dahulu terbangun dari suaminya. Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan membuka korden kamarnya membiarkan sinar matahari menerangi kamarnya.Keysia merenggangkan tubuhnya saat matanya mendapati pemandangan pagi dari kamarnya. Setelahnya, Keysia menuju Devan untuk membangunkan suaminya itu.Keysia menyentuh pipi Devan sontak membuat Keysia membelalakkan matanya. “Astaga, Dev bangun,” seru Keysia saat merasakan tubuh Devan yang sangat panas.“Dev!” Keysia menepuk perlahan pipi Devan sampai pada akhirnya laki-laki itu mulai mengerjabkan matanya hingga terbuka.“Minum dulu,” Keysia memberikan air putih yang baru saja diambilnya dari nakas dan membantu suaminya itu untuk minum.“Kamu demam, kita ke rumah sakit ya,” ujar Keysia namun Devan menggelengkan kepalanya.“Tapi suhu badan kamu panas
Hujan terdengar begitu lebat diseratai dengan angin hingga menggerakkan korden kamar Keysia yang masih terbuka sepenuhnya. “Apa disana juga hujan selebat ini?” pikir Keysia. Lantaran ia segera turun dari tempat duduknya dan segera menutup pintu kaca penghubung antara kamar dan balkon kamarnya.Sejenak, Keysia menatap keluar, memperhatikan dengan seksama air hujan yang jatuh membasahi tanah. “Semoga Devan baik-baik saja,” gumam Keysia sebelum akhirnya ia menutup pintu juga tirai kamarnya.Keysia kembali mendudukkan dirinya diatas ranjang, tangannya tergerak untuk meraih ponselnya yang diletakkan diatas kasur, waktu kini sudah menunjukkan pukul 23.53 WIB. “Seharusnya Devan sudah hampir sampai,” gumam Keysia.***********“Hujannya lebat sekali,” umpat Devan kesal karena percikan air hujan membuat ia tidak bisa melihat dengan jelas jalanan depan sehingga membuat ia harus mengurangi kecepa
Keysia mendaratkan tubuhnya pada kursi kebesarannya. Pikirannya kini terlempar pada Reyhan yang melamarnya tapi ternyata dirinya telah mempunyai seorang kekasih.“Bagaimana mungkin dia bisa melamar perempuan lain untuk menjadi istrinya kalau dia sendiri mempunyai seorang kekasih?” gumam Keysia.“Itulah manusia, yang terlihat baik belum tentu benar-benar baik. Kenapa para pria itu sangat suka meyakiti hati para wanita? Apakah mereka tidak memikirkan ibunya?” tambahnya.Drtttt…..drttttt….drttttt…..Suara getaran yang berasal dari ponsel Keysia kini membuat gadis itu lantaran mengalihkan atensinya pada benda pipih yang kini tergeletak diatas mej. Nama Devan kini memenuhi laray ponselnya membuat Keysia sontak mengulas senyum manisnya, “Dev, akhirnya dia menghubungi juga,” ujar Keysia seraya mengambil ponselnya dan segera menerima panggilan dari suaminya.“Hallo,” ujar Devan disebrang
Siang harinya, benar apa yang dikatakan oleh Nana. Reyhan berserta staf kantornya kini tiba diresto dan café milik Keysia yang sekarang akrab dengan nama panggilan Key Resto and Café. Para pelayan kini nampak disibukkan untuk mengantarkan makanan yang telah dipesan oleh para pelanggan sebelumnya.Suasana kini nampak begitu canggung pada salah satu meja yang dimana meja tersebut nampak sedang diduduki oleh Keysia, Reyhan dan juga Nana.“Kalian kenapa diam-diam saja? Ayo makan makanannya nanti keburu dingin,” Nana yang sudah tidak tahan dengan atmosfer dingin yang menyelimuti tepat duduknya lantaran membuka suara.“Iya,” ujar Keysia yang lantas menikmati makan siang miliknya, pun dengan Reyhan. Ketiganya kini sama-sama menikmati makanan yang ada dihadapannya tanpa mengucapkan sepatah kata hingga pada kahirnya Reyhan memutuskan untuk membuka suara.“Menunya oke juga,” ujarnya.“Tentu saj
Dentingan jarum jam kini menemani malam sepasang suami istri yang terlihat tidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain dibalik balutan selimut tebal yang membungkus tubuh keduanya.Dengan lembut, Devan mengusap wajah Keysia seraya berkata, “Tidurlah, ini sudah hampir pagi.”“Apa besok kamu akan pergi lama?” tanya Keysia.“Hanya sehari saja, mungkin malam aku sudah sampai rumah,” ujar Devan.“Hm, baiklah,” balas Keysia.“Sudah, sekarang tidurlah,” Devan mengusap puncak kepala Keysia lantas mendaratkan sebuah ciuman pada puncak kepala istrinya.“Iya,” Keyisa lantas mencari posisi ternyaman, menelusupkan wajahnya dibalik dada bidang milik Devan lantaran memejamkan matanya. Melihat hal itu, sontak Devan pun lantas ikut memejamkan matanya.************Mentari kini telah kembali menyinari bumi, kicauan burung pun mengalun indah namu
“Hai sayang, akhirnya kamu sampai juga,” ujar Anna yang menyambut kedatangan Devan.Gadis itu terlihat cantik dengan balutan dress berwarna merah. Sepertinya Anna sengaja mengenakan pakaian yang memiliki warna mencolok itu untuk menarik perhatian lebih dari Devan. Apalagi, kini Anna mengenkan pakaian yang bisa dikatakan cukup kurang bahan.“Duduklah, aku sudah memasakkan makanan kesukaanmu, semoga kamu suka,” ujar Anna seraya mengambilkan makanan untuk Devan yang kini sudah mendudukkan dirinya pada kursi yang baru saja ditariknya.“Sepertinya ini enak, kamu benar-benar memasaknya sendiri?” tanya Devan.“Iya, demi kamu aku belajar memasak ini semua sampai tanganku pun menjadi korban pisau,” adunya seraya meletakkan piring yang sudah berisikan naik beserta lauk pauk dihadapan Devan.“Kenapa kau tidak berhati-hati, kemarikan tanganmu biar aku bantu mengobati,” Devan mengulurkan tangannya menc
“Ibu Meira, kita tidak bisa seperti ini terus menerus, saham diperusahaan kita semakin hari semakin menurun sejak wafatnya tuan Arya, kalau seperti ini terus menerus maka kita lama-lama akan bangkrut,” ujar salah seorang laki-laki dengan setelan jas kantornya.“Itu benar, dan perusahan pak Reyhan tidak mungkin terus menerus menyokong perusahan kita,” timpal salah seorang dewan direksi yang satunya lagi.“Satu-satunya solusi adalah dengan cara kita mencari investor baru untuk perusahaan kita ini,” salah satu dari dewan direksi itupun menyahut kembali.“Sekarang ini, hanya ada Aderland Crop yang bisa menolong kita, tetapi aku dengar sangat susah untuk bisa bekerjasama dengan perusahaan tersebut,” ujar Dewan Direksi yang pertama membuka suara.“Selain Aderland Crop, Arman Crop juga merupakan salah satu perusahaan terbesar dieropa kini sedang mencoba untuk memasuki pasaran di Indonesia, bagaiamana kalau ki