Oh My Husband 28
Devan dan Anna terlihat sedang duduk berdua dibawah menara Eiffel yang kini mereka kunjungi. Menghabiskan sore menjelang malam seraya memberikan makanan pada merpati yang berada disekitar mereka berdua.
“Dev,” Panggil Anna seraya mengalihkan perhatiannya pada Devan yang mendudukkan dirinya disebelahnya.
“Kenapa?” tanyanya memutar leherya menatap Anna yang juga menatapnya.
“Hari ini aku benar-benar senang, kau benar-benar menemaniku untuk menghabiskan waktu berdua,” ujarnya seraya mengulas senyum bahagianya.
“Aku juga senang, sudah lama kita tidak seperti ini,” balasnya seraya merangkul bahu Anna mesra.
Anna menyandarkan kepalanya pada bahu Devan yang terasa nyaman, kedua matanya sama-sama ditujukan untuk menatap matahari yang nyaris tenggelam. “Aku berharap kita akan seperti ini selamanya,” ujar Anna.
Devan melepaskan renguhan pada bahu Anna membuat gadis itu
Jarum jam menampakkan pukul Sembilan lebih lima belas menit, belum memasuki waktu siang namun juga tidak terlalu pagi. Keysia dengan ditemani Nana terlihat sedang merapikan tempat kerjanya sesuai dengan rencana sebelumnya.“Makan siang nanti kau ingin memkan apa?” tanya Keysia seraya membersihkan meja kerjanya sepelum nanti peralatan kerjanya ditata disana. Tatapannya matanya tak sedikitpun menoleh kearah Nana yang kini sedang menatan buku resep yang beberapa hari lalu dibelinya dengan Keysia.Merasa tidak mendapatkan sautan, lantas Keysia menghentikan sejenak aktivitasnya dan menoleh kearah Nana yang kini terlihat melamun dengan buku-buku yang berada digenggamannya. “Nana!” Panggil Keysia dengan suara yang sedikit lebih tinggi dari sebelumnya.“Kenapa, Key?” balasnya lesu seraya mengalihkan pandangannya menatap Keysia.Keysia meletakkan kemoceng yang sedang digenggamnnya pada meja kerjanya, gadis itu lantas mendudukkan
Mentari bersinar dengan sangat terang, meninggalkan siluet sebagai pemisah antara malam dan pagi menuju siang. Dalam balutan selimut yang nyaman, serta posisi yang meringkuk dalam kesendirian, Keysia nampak masih terlelap dalam buaian mimpi indahnya. Sangat nyaman untuk melepaskan penat keseharian. Dentingan jarum jam menjadi pengiring Keysia yang mulai memasuki alam sadarnya, matanya yang terpejam rapat kini perlahan mengerjab saat sinar matahari menerobos masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka.Hal pertama yang Keysia cari adalah ponselnya, tangannya tergerak untuk meraba sekitar tempat tidurnya guna mencari gawai pintarnya hingga akhirnya ia menemukannya. Tombol power lantas di tekannya hingga kini menampilkan layar ponselnya yang berwallpaperkan fotonya dengan Devan saat sedang di pantai.“Sudah pukul 7,” gumamnya tanpa suara. Keysia masih dengan posisinya, ia merasa begitu enggan sekedar untuk merubah posisinya atau bahkan hanya untuk
Keysia melangkahkan kakinya dengan cepat menuju parkiran dimana mobilnya berada. Melihat majikannya yang tiba dengan barang belanjaannya, sontak Robby langsung bergegas membukakan pintu mobil bagian belakang– mengambil alih barang bawaan Keysia dan menyimpannya pada bagasi.Setelahnya, Robby langsung masuk kedalam mobil– menyusul Keysia yang sudah mendudukkan dirinya. Tetapi, ia di herankan dengan majikannya yang menangis.“Nona, apa Nona ada masalah?” tanyanya.“Aku tidak apa-apa,” ujar Keysia seraya mengusap air matanya.“Anda yakin? Kalau ada sesuatu yang terjadi dengan Nona Keysia, katakan saja!” pintanya.“Aku tidak apa-apa, Robby,” seru Keysia seraya menatap Robby dengan tatapan baik-baik saja namun penuh penegasan.Robby pun akhirnya memilih untuk terdiam, jika majikannya sampai menangis seperti itu, pasti sesuatu telah terjadi. Maka, sudah menjadi tugas Robby untuk mencari t
Selepas mengantarkan Anna kembali ke apartemannya, Devan langsung bergegas kembali ke kantornya. Terlihat laki-laki itu melangkahkan kakinya memasuki gedung pencakar langit dimana tempatnya bekerja. Sapaan hangat pun Devan dapatkan dari para karyawan yang sedang berlalu lalang.Langkah Devan terhenti tepat didepan pintu lift yang masih belum terbuka, tangannya tergerak untuk menekan tombol open hingga tak berselang lama pintu lift tersebut pun terbuka dan Devan membawa tubuh tegabnya untuk masuk kesana sebelum akhirnya pintu lift tersebut pun tertutup dan membawa Devan menuju ke lantai 20__ lantai dimana ruang kerjanya berada.Tak berselang lama, pintu lift pun terbuka dan Devan pun segera bergegas menuju keruangannya. Nampak, Argan sudah mulai disibukkan dengan dengan layar computer yang ada dihadapannya.“Kau udah balik,” seru Argan saat Devan berjalan menuju kearahnya. Sejenak ia menghentikan aktivitasnya saat merasakan derap langkah kaki me
Satu jam kian berlalu, tetapi Keysia sama sekali tak menampakkan tanda-tanda ia akan membuka mata. Gadis itu terlelap dengan begitu pulas, mungkin ia benar-benar merasa lelah hingga terlalu nyaman bersemayan dalam dunia mimpinya.Devan yang semula bergabung bersama dengan Nana dan juga Argan didepan kini pun sudah berpindah di kamar Nana__ dimana Keysia masih setia terlelap disana. Laki-laki itu senantiasa memandang wajah cantik Keysia yang terlihat semakin sembab karena kelamaan tertidur, tangannya terulur untuk menyentuh pipi Keysia yang sudah tidak lagi terasa lengket. “Key,” suara Devan yang memanggil Keysia pelan itu berhasil menarik gadis itu dari alam bawah sadar. Perlahan matanya yang terpejam mulai mengerjab pelan sebelum akhirnya terbuka dengan sempurna dan wajah Devan pun menjadi pemandangan yang pertama dilihatnya.Sejenak Keysia masih diposisinya dengan Devan yang menatap dalam manik matanya yang mengecil karena bengkak. “Bangun,&rd
Waktu makan malam pun akhirnya tiba, Keysia terlihat menghampiri meja makan bersama dengan Devan, Reyhan dan juga Argan. Terlihat, Nana sudah mendudukkan dirinya pada kursi yang biasa ia tempati, diikuti dengan Keysia dan juga Devan yang berada disebelahnya dan juga Argan dan Reyhan yang berada disebrangnya.“Udah semua, ayo kita langsung makan aja, kalian ambil aja jangan sungkan,” ujar Nana seraya menatap Argan dan juga Reyhan secara bergantian.“Iya,” balas Reyhan. Sejenak ia melirik kearah Keysia yang mulai menyendokkan nasi pada piringnya.“Mau pakai udang, ikan, ayam atau sayur?” Keysia bertanya seraya menoleh kearah Devan yang sedang memperhatikan makanan yang ada dihadapannya.“Udang aja sama sayur,” ujarnya.“Em baiklah,” ujarnya seraya mengambilkan lauk yang diinginkan oleh Devan. Setelahnya ia langsung meletakkan makanan yang sudah diambilnya itu dihadapan Devan dan menukar piri
“Kemana anak ini, apa dia tidak tahu kalau kamu akan datang?” tanya seorang wnita patuh baya kepada gadis cantik dengan pakaian seksi yang membalut tubuhnya.“Tentu saja dia tahu, Tante. Karena, aku tadi sudah mengirimkan pesan kepadanya!” serunya dengan wajah kesal.“Bersabarlah sebentar, dia pasti akan segera pulang,” ujar wanita paruh baya itu kemudian.Tak berselang lama dari percakapan yang keduanya lontarkan, deru mesin mobil terdengar. Chelsy, gadis cantik berpakaian seksi itu lantas beranjak dari tempat duduknya, bergegas menuju kedepan untuk melihat siapa yang datang.“Itu pasti dia sudah pulang,” seru wanita paruh baya yang tadi duduk disebelahnya seraya mengikuti Chelsy yang sudah terlebih dahulu berjalan menuju pintu depan.Seorang laki-laki tampan kini terlihat memasuki rumah mewah melewari pintu yang baru saja terbuka. Sosok pertama yang ia temui adalah Chelsy dan juga mamanya yang sudah
“Terima kasih,” ujar salah seorang gadis cantik yang kini sedang mendudukkan dirinya berhadapan dengan seorang laki-laki tampan dengan setelan pakaian formal saat seorang pelayan mengatarkan makanan yang sebelumnya telah ia pesan. Pelayan itupun memberikan jawaban berupa anggukan serta seulas senyum sebelum akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri.“Ada apa kau meminta ku untuk bertemu disini?” Keysia kembali membuka suara dengan pandangan yang sudah beralih menatap Reyhan yang ada dihadapannya.“Bukankah besok adalah acara pembukaan restaurant dan cafe milik mu?” tanya Reyhan.“Iya,” Keysia menganggukkan kepalanya. “Kalau kau tidak sibuk datanglah,” tambahnya kemudian meminum jus alpukat miliknya.“Akan aku usahakan untuk datang sekalian aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu besok,” ujarnya.Keysia mengangkat wajahnya menatap Reyhan yang masih setiap memandangi wajahnya. &l
Devan menghentikan mobilnya tepat didepan restaurant milik istrinya. Buru-buru Devan tutun dari mobilnya dan berjalan masuk kedalam restaurant yang belum terllau ramai pengunjung itu.“Selamat pagi, Tuan,” sapa para pelayan ketika mendapati Devan. Para pelayan yang bekerja bersama dengan Keysia memang sudah tahu kalau majikannya itu adalah istri dari seorang Devano Ristran Aderland, pengusaha muda paling sukses di negara yang ditinggalinya.“Pagi,” balas Devan. Laki-laki itu membalas senyuman para karyawan membuat Nana yang kebetulan melihatnya dibuat terheran-heran.“Tumben banget,” gumam Nana seraya melangkahkan kakinya menghamiri suami dari sahabatnya.“Tuan Dev,” panggil Nana.Mendengar namanya dipanggil, sontak Devan menghentikan langkahnya dan menatap Nana. “Dimana Keysia?” tanyanya.“Diruang kerjanya,” mendengar jawaban dari Nana, Devan kemudian langsung bergegas
“Kau yakin sudah merasa lebih baik sekarang?” tanya Keysia seraya memasnagkan dasi pada kerah kemeja yang dikenakan oleh suaminya.“Iya, ada pekerjaan penting yang harus aku selesaikan sekarang,” ujarnya.“Baiklah, oh iya siang nanti mau aku antar makan siang ke kantor?” Keysia kini tengah selesai memasangkan dasinya. Tangan gadis itu terulur untuk mengambil jas kerja milik Devan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri dan membantu suaminya untuk mengenakan pakaiannya.“Boleh,” Devan tersenyum menanggapi perkataan istrinya.“Baiklah, aku akan memasakkan makanan enak untukmu,” Keysia tersenyum senang. Hari ini, adalah hari pertama ia akan menuju ke tempat suaminya itu bekerja, tentu saja ia tidak boleh membuat kecewa.Keysia meraih tas kerja milik Devan, perempuan itu membantu suaminya untuk membawa tas kerjanya serta mengantarkan sampai ke pintu depan.“Aku berangkat dulu,&rdqu
Pagi telah tiba dengan sinar mentari yang menyambutnya ceria. Seperti biasa, Keysia terlebih dahulu terbangun dari suaminya. Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan membuka korden kamarnya membiarkan sinar matahari menerangi kamarnya.Keysia merenggangkan tubuhnya saat matanya mendapati pemandangan pagi dari kamarnya. Setelahnya, Keysia menuju Devan untuk membangunkan suaminya itu.Keysia menyentuh pipi Devan sontak membuat Keysia membelalakkan matanya. “Astaga, Dev bangun,” seru Keysia saat merasakan tubuh Devan yang sangat panas.“Dev!” Keysia menepuk perlahan pipi Devan sampai pada akhirnya laki-laki itu mulai mengerjabkan matanya hingga terbuka.“Minum dulu,” Keysia memberikan air putih yang baru saja diambilnya dari nakas dan membantu suaminya itu untuk minum.“Kamu demam, kita ke rumah sakit ya,” ujar Keysia namun Devan menggelengkan kepalanya.“Tapi suhu badan kamu panas
Hujan terdengar begitu lebat diseratai dengan angin hingga menggerakkan korden kamar Keysia yang masih terbuka sepenuhnya. “Apa disana juga hujan selebat ini?” pikir Keysia. Lantaran ia segera turun dari tempat duduknya dan segera menutup pintu kaca penghubung antara kamar dan balkon kamarnya.Sejenak, Keysia menatap keluar, memperhatikan dengan seksama air hujan yang jatuh membasahi tanah. “Semoga Devan baik-baik saja,” gumam Keysia sebelum akhirnya ia menutup pintu juga tirai kamarnya.Keysia kembali mendudukkan dirinya diatas ranjang, tangannya tergerak untuk meraih ponselnya yang diletakkan diatas kasur, waktu kini sudah menunjukkan pukul 23.53 WIB. “Seharusnya Devan sudah hampir sampai,” gumam Keysia.***********“Hujannya lebat sekali,” umpat Devan kesal karena percikan air hujan membuat ia tidak bisa melihat dengan jelas jalanan depan sehingga membuat ia harus mengurangi kecepa
Keysia mendaratkan tubuhnya pada kursi kebesarannya. Pikirannya kini terlempar pada Reyhan yang melamarnya tapi ternyata dirinya telah mempunyai seorang kekasih.“Bagaimana mungkin dia bisa melamar perempuan lain untuk menjadi istrinya kalau dia sendiri mempunyai seorang kekasih?” gumam Keysia.“Itulah manusia, yang terlihat baik belum tentu benar-benar baik. Kenapa para pria itu sangat suka meyakiti hati para wanita? Apakah mereka tidak memikirkan ibunya?” tambahnya.Drtttt…..drttttt….drttttt…..Suara getaran yang berasal dari ponsel Keysia kini membuat gadis itu lantaran mengalihkan atensinya pada benda pipih yang kini tergeletak diatas mej. Nama Devan kini memenuhi laray ponselnya membuat Keysia sontak mengulas senyum manisnya, “Dev, akhirnya dia menghubungi juga,” ujar Keysia seraya mengambil ponselnya dan segera menerima panggilan dari suaminya.“Hallo,” ujar Devan disebrang
Siang harinya, benar apa yang dikatakan oleh Nana. Reyhan berserta staf kantornya kini tiba diresto dan café milik Keysia yang sekarang akrab dengan nama panggilan Key Resto and Café. Para pelayan kini nampak disibukkan untuk mengantarkan makanan yang telah dipesan oleh para pelanggan sebelumnya.Suasana kini nampak begitu canggung pada salah satu meja yang dimana meja tersebut nampak sedang diduduki oleh Keysia, Reyhan dan juga Nana.“Kalian kenapa diam-diam saja? Ayo makan makanannya nanti keburu dingin,” Nana yang sudah tidak tahan dengan atmosfer dingin yang menyelimuti tepat duduknya lantaran membuka suara.“Iya,” ujar Keysia yang lantas menikmati makan siang miliknya, pun dengan Reyhan. Ketiganya kini sama-sama menikmati makanan yang ada dihadapannya tanpa mengucapkan sepatah kata hingga pada kahirnya Reyhan memutuskan untuk membuka suara.“Menunya oke juga,” ujarnya.“Tentu saj
Dentingan jarum jam kini menemani malam sepasang suami istri yang terlihat tidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain dibalik balutan selimut tebal yang membungkus tubuh keduanya.Dengan lembut, Devan mengusap wajah Keysia seraya berkata, “Tidurlah, ini sudah hampir pagi.”“Apa besok kamu akan pergi lama?” tanya Keysia.“Hanya sehari saja, mungkin malam aku sudah sampai rumah,” ujar Devan.“Hm, baiklah,” balas Keysia.“Sudah, sekarang tidurlah,” Devan mengusap puncak kepala Keysia lantas mendaratkan sebuah ciuman pada puncak kepala istrinya.“Iya,” Keyisa lantas mencari posisi ternyaman, menelusupkan wajahnya dibalik dada bidang milik Devan lantaran memejamkan matanya. Melihat hal itu, sontak Devan pun lantas ikut memejamkan matanya.************Mentari kini telah kembali menyinari bumi, kicauan burung pun mengalun indah namu
“Hai sayang, akhirnya kamu sampai juga,” ujar Anna yang menyambut kedatangan Devan.Gadis itu terlihat cantik dengan balutan dress berwarna merah. Sepertinya Anna sengaja mengenakan pakaian yang memiliki warna mencolok itu untuk menarik perhatian lebih dari Devan. Apalagi, kini Anna mengenkan pakaian yang bisa dikatakan cukup kurang bahan.“Duduklah, aku sudah memasakkan makanan kesukaanmu, semoga kamu suka,” ujar Anna seraya mengambilkan makanan untuk Devan yang kini sudah mendudukkan dirinya pada kursi yang baru saja ditariknya.“Sepertinya ini enak, kamu benar-benar memasaknya sendiri?” tanya Devan.“Iya, demi kamu aku belajar memasak ini semua sampai tanganku pun menjadi korban pisau,” adunya seraya meletakkan piring yang sudah berisikan naik beserta lauk pauk dihadapan Devan.“Kenapa kau tidak berhati-hati, kemarikan tanganmu biar aku bantu mengobati,” Devan mengulurkan tangannya menc
“Ibu Meira, kita tidak bisa seperti ini terus menerus, saham diperusahaan kita semakin hari semakin menurun sejak wafatnya tuan Arya, kalau seperti ini terus menerus maka kita lama-lama akan bangkrut,” ujar salah seorang laki-laki dengan setelan jas kantornya.“Itu benar, dan perusahan pak Reyhan tidak mungkin terus menerus menyokong perusahan kita,” timpal salah seorang dewan direksi yang satunya lagi.“Satu-satunya solusi adalah dengan cara kita mencari investor baru untuk perusahaan kita ini,” salah satu dari dewan direksi itupun menyahut kembali.“Sekarang ini, hanya ada Aderland Crop yang bisa menolong kita, tetapi aku dengar sangat susah untuk bisa bekerjasama dengan perusahaan tersebut,” ujar Dewan Direksi yang pertama membuka suara.“Selain Aderland Crop, Arman Crop juga merupakan salah satu perusahaan terbesar dieropa kini sedang mencoba untuk memasuki pasaran di Indonesia, bagaiamana kalau ki