Terlebih dulu Chloe menyiapkan hati serta jantungnya sebelum benar-benar membuka chat dari Juan. Ditariknya napas panjang, diembuskannya perlahan, lalu dengan yakin dibukanya chat tersebut.
Pak Grim: Chloe, besok pagi saya minta tolong kamu untuk ambil laptop saya di ruangan dan kamu siapkan presentasi materi perkuliahan yang udah saya sediakan di desktop. Materi pertemuan ke-6.
Pikiran Chloe melayang. Isi kepalanya mendadak kosong. Ingin merasa kesal, tapi kepada siapa? Juan? Setiap kata yang dia tulis di dalam chat itu adalah haknya dia. Dia bebas mengetik apa pun di sana dan p
“Dasar jorok!” pekik Grace menggetarkan seisi kamar.“Hmmph.” Chloe mengelap sekitaran mulutnya. “Sorry, sorry. Lagian pertanyaan lo ada-ada aja.”“Lagian juga Pak Juan sampai segitunya khawatirin lo.”“Wajar kali, Grace. Gue itu lagi ikut kegiatan himpunan dimana dia adalah pembinanya. Ya, kalau ada apa-apa sama gue, bukannya wajar kalau dia panik?” tutur Chloe berupaya menormalkan segala sesuatunya.Grace menopang dagu. Berpikir. “Iya juga, sih,” jawabnya dan Chloe menghela napas lega. “Tapi, kalaupun dia beneran suka sama lo, kalian berdua cocok kok.”
“Oy, Chloe. Hari ini lo ada kuliah jam berapa?”Kedua telinga Chloe menangkap jelas pertanyaan Grace barusan, tapi apa daya kelopak matanya belum siap untuk terbuka. Rasa-rasanya masih ingin terpejam lebih lama lagi.“Chloe?” tanya Grace kembali. “Gue ada kuliah jam delapan nih. Udah mau jalan,” paparnya sambil memasukkan laptop ke dalam tas ranselnya. “Terus lanjut sampai siang.”“Hmm,” gumam Chloe semakin beringsut di dalam selimut. Memiringkan badannya menghadap jendela yang mana gordennya telah dibuka oleh Grace. “Gue kuliah jam sepuluh kok. Kelasnya Pak Juan,” ujarnya dengan volume suara yang seadanya.&
“Perbaiki analisis datanya sesuai dengan yang saja jelaskan tadi.”“Baik, Pak. Lalu, kira-kira saya bisa bimbingan lagi dengan Bapak kapan ya?”Juan menyandarkan punggungnya pada kursi. Tangannya menyilang di depan dada.“Ya, seselesainya kamu dan seyakinnya kamu ketemu saya.”Mahasiswa di depannya merapatkan bibir. Tatapannya lesu. “Baik kalau begitu, Pak Juan. Saya permisi dulu,” ujarnya membungkuk sopan, kemudian berbalik pergi keluar dari ruangan.Usai mahasiswa bimbingannya pergi, Juan menenggelamkan diri pada posisinya. Wajahnya mendongak dengan mata terpejam. Bimbingan skripsi adalah momen yang paling melelahkan juga paling menguras pikiran serta emosiny
Faktanya, Juan sekarang justru tengah berdiri di depan asrama Chloe.Bertanya-tanya untuk apa dia ke sini? Entah kenapa kedua kakinya justru melangkah tidak sesuai dengan apa yang sedang dipikirkannya. Padahal tadinya ingin segera pulang ke asramanya, tapi kakinya seolah menolak dan malah pergi ke arah sebaliknya.Juan menoleh saat seorang perempuan berjalan dari arah belakang lalu menembus dirinya. Melewatinya dengan begitu santai tanpa tahu bawa dia baru saja menubruk seorang dosen.“Ngga sopan,” celetuknya datar.Ingin berbalik pergi, tapi hatinya berkata mungkin memang ada baiknya dia menjenguk Chloe. Hanya sekadar untuk melihat bagaimana kabarnya. Toh masih sekitar jam setengah dua belas siang, Grace tentunya belum selesai mengiku
Pintu terbuka. Grace tergopoh-gopoh lari menuju Chloe. Melepas tas dan melemparnya asal. Juan yang tak sempat menghindar, lagi-lagi terhantam oleh seonggok tas ransel besar nan berat milik Grace. Matanya seketika memelotot ke arah Grace. Ingin mengeluarkan umpatan, tapi rasanya percuma. Grace tetap tidak akan mendengar.“Chloe? Hei.” Grace menepuk-nepuk pipi teman sekamarnya itu.Juan yang tadinya menepi, langsung kembali mendekat. Hanya bisa mengamati keadaan Chloe yang benar-benar tampak lemas seolah sekumpulan tulang yang menyokongnya melebur bagai logam yang terkena panas sekian derajat celcius.“Segera bawa ke klinik Grace,” perintah Juan selagi Grace masih sibuk membangunkan Chloe.“Aduh …, gimana nih?” guman Grace m
“Totalnya delapan puluh tujuh ribu, Pak.”Juan menyodorkan sebuah kartu debit ke seorang kasir yang tengah melayaninya. Biasa. Malam hari membuatnya lapar. Terlebih dia sedang ada banyak tugas koreksian kuis beberapa mata kuliah dalam rangka persiapan menjelang ujian tengah semester. Selain otaknya yang bekerja, perutnya juga bekerja. Jadi, Juan memilih untuk keluar dari kamar dan pergi menuju minimarket yang berada tak jauh dari asrama dosen.Saat tengah memencet tombol pin, ponselnya tahu-tahu berdenting. Dirogohnya ponsel di dalam saku celana panjangnya, lalu dilihatnya apa yang barusan membuat ponselnya berbunyi. Kalau ternyata hanya berupa pesan penawaran pinjaman, penawaran kartu kredit, dan lain-lainnya yang tidak jelas, otomatis akan langsung Juan ab
“Ini obatnya. Diminum setelah makan, ya,” ujar salah seorang perawat yang tampaknya sudah hafal dengan wajahnya.Jelas. Sudah dua kali Chloe datang ke klinik dengan kondisi yang tak wajar. Pertama adalah karena tenggelam dan yang kedua, sebenarnya demam itu bisa dikatakan penyakit yang wajar, kalau saja tidak ditambah dengan luka merah melepuh di sekeliling lehernya. Itulah yang menjadi tanda tanya bagi perawat juga dokter yang menangani Chloe. Jadi, selain obat demam, mereka juga memberikan Chloe semacam obat krim agar bekas pelepuhannya bisa benar-benar hilang.“Makasih banyak, suster,” jawab Chloe tersenyum.“Mudah-mudahan kita ngga ketemu lagi di klinik, ya. Lebih baik ketemunya di luar klinik,” ledek sang perawat dimana Chloe sontak tersenyum rikuh mendengarnya.
Siang harinya, Chloe memilih untuk mengikuti kegiatan perkuliahan. Sempat dimarahi oleh Grace, karena teman sekamarnya itu merasa Chloe masih harus menyediakan banyak waktu luang untuk memulihkan lagi staminanya. Hanya saja, memang pada dasarnya susah dinasihati, Chloe bersikukuh untuk hadir semata-mata karena sayang dengan materi perkuliahan yang tertinggal. Padahal nantinya belajar sendiri pun masih bisa. Grace sendiri juga tidak yakin Chloe bisa benar-benar menangkap materi yang sedang diajarkan, terlebih kepalanya terkadang masih nyut-nyutan.“Ngga apa-apa, Grace. Gue malah jadi bosen kalau di kamar terus,” ujar Chloe setiap kali Grace memintanya untuk memikirkan ulang niatnya.“Ya udah deh, terserah. Awas ya kalau panggil-panggil gue di waktu lo pingsan,” ancamnya.“Ya, kalau lagi
Mau tak mau Chloe datang menghampiri Juan demi menuntaskan rasa penasarannya yang sudah telanjur terpancing. Juan pun sengaja membiarkan pintu kamarnya terbuka. Membiarkan Chloe masuk tanpa perlu repot-repot membuka pintu.Awalnya Chloe mengira Juan sudah langsung merebahkan diri di atas tempat tidurnya, tapi ternyata dia masih sibuk mengecek ponsel. Chloe hendak lanjut melangkah setelah sempat berhenti di ambang pintu, tapi pergerakan Juan setelahnya entah kenapa membuat Chloe mengurungkan niatnya itu. Juan dengan santai melempar ponselnya ke atas tempat tidur, kemudian melepas hoodie yang dipakai. Sempat membuat Chloe berdengap, dikarenakan berpikir Juan tidak sedang mengenakan apa pun lagi di balik hoodie-nya, tapi ternyata di
Beberapa minggu kemudian.Alex dan Grace benar. Chloe harus bangkit dan harus berpikir positif. Terlebih semakin bertambahnya hari, semakin banyak pula kemajuan kabar yang diberikan oleh Alex. Chloe harus yakin bahwa Juan akan kembali. Meski terkadang rasa rindu benar-benar menguras air matanya, tapi Chloe bisa menghadapinya dan kembali beraktivitas seperti biasa. Tidak peduli celotehan dan celetukan yang tak enak didengar berseliweran di telinga kanan dan kirinya. Chloe berusaha mengabaikan itu semua.Namun, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya berangsur waswas ketika tahu waktu satu bulan akan usai. Pertanyaan-pertanyaan yang dulu pernah menggerayangi pikirannya kini kembali bermunculan. Bagaimana jika bukti-bukti yang ada tidak cukup kuat untuk membuat Juan kembali? Bagaimana jika Juan sungguh-sungguh tidak kembali? Bagaimana jika Chloe di
"Chloe, ayo dong. Lo jangan terus-terusan nangis begini. Gue harus lakuin apa biar seenggaknya lo berhenti nangis, lo bangun dari tempat tidur, dan yang paling penting … lo mau makan."Grace sudah tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa dalam menghadapi Chloe yang benar-benar kacau. Tidak mau makan. Tidak mau kuliah pula. Terlebih ketika dirinya tahu ada banyak orang yang menyalahkan dirinya atas kepergian Juan.Selang dua hari tanpa tanda-tanda kehadiran Juan di ruang kuliah, Alex mau tak mau mengirimkan surat permohonan pengunduran diri Juan sebagai dosen Seirios dikarenakan suatu hal yang mendesak, dimana Alex sengaja tidak menyebutkan detail alasannya. Mulai saat itu timbul banyak spekulasi yang semuanya menjurus pada satu sumber, yaitu Chloe. Orang-orang mulai menyangkutpautkan kepergian Juan yang tiba-tiba dengan Chloe. Lebih tepatnya dengan hub
Aneh. Tidak biasanya Juan pergi begitu lama. Memang Chloe tidak sedang menunggu Juan di suatu tempat. Chloe hanya sedang menunggu kabar dari lelaki itu sejak siang tadi. Sejak dimana Juan memberikan Chloe kejutan yang sungguh-sungguh membuatnya terkejut, bahkan hingga sekarang masih terasa bagaimana rasanya. Memang baru berjalan beberapa jam, tapi tetap saja tidak biasanya Juan mengabaikan Chloe begitu lama hanya karena sedang pergi menemui Alex.Chloe bolak-balik mengecek ponselnya sambil berbaring di atas tempat tidur.Chloe : Apa obrolan kalian sangat penting?Akhirnya Chloe bertanya itu dan chat tersebut tampaknya tidak benar-benar terkirim, sebab masih tertanda ceklis satu. Benar-benar an
Juan melangkah santai melewati pintu Gedung Malaikat Maut usai mengantarkan satu arwah di siang hari yang terik. Berjalan melenggang tanpa tau apa yang terjadi. Bahkan beberapa pasang mata yang memperhatikannya di lobi gedung pun tidak cukup membuatnya terusik.Tak jauh di depannya, Alex berjalan menghampiri. Bola matanya bergulir memandangi Juan dari ujung kepala hingga ujung kaki."Kenapa?" tanya Juan tak paham. "Jangan ikut-ikutan yang lain. Lihat gue kayak lihat siapa aja," cetusnya.Alex menatap dengan tatapan kosong."Ju …," panggilnya. "Lo … ada yang cari lo."Juan mengernyit. "Siapa?"Tiba-tiba saja dua sosok berjubah dan bertudung hitam yan
Pak Juan : Chloe, saya ada penjemputan. Sepertinya kamu harus makan siang sendiri hari ini.Tidak boleh mengeluh, pikir Chloe. Menjemput arwah adalah tugas utama Juan, Chloe tidak bisa melarangnya. Lagi pula, apa bisa Chloe yang merupakan seorang manusia ini melarang malaikat maut menjemput arwahnya? Sekilas sempat terpikirkan juga oleh Chloe bagaimana jika malaikat maut tidak datang untuk menjemput arwahnya? Apa malaikat maut tersebut akan dihukum? Hukuman macam apa yang bisa diterima malaikat maut?Chloe bersama dengan beberapa mahasiswa lainnya menyudahi agenda pertemuan dengan dosen pembimbing akademik sebelum memasuki semester baru. Menerima wejangan dari sang dosen untuk mengambil mata kuliah yang diajar oleh dosen selain Juan, seperti yang pernah Juan katakan. Namun, tidak ja
Sejak saat itu, Chloe merasa bahwa hidupnya telah benar-benar berubah. Memiliki Juan tentunya merupakan satu dari sekian banyak hal mustahil, yang justru membuat Chloe merasakan bahwa sebenarnya tidak ada hal yang mustahil. Tidak peduli orang-orang membicarakan hubungannya seperti apa, yang terpenting dirinya dan Juan menjalani atas dasar suka sama suka. Bahkan lebih dari itu. Tidak ada paksaan dan tidak ada setting-an.“Chloe, bagaimana kalau saya tiba-tiba menghilang?”Dari posisi kepala bersandar di kursi mobil, Chloe sontak menoleh. Kepalanya bergulir dari pemandangan laut—di kala malam hari yang ada di sampingnya—kemudian ke arah Juan.“Apa maksudnya Pak Juan tanya begitu?” tanya Chloe. &ld
Berpikir bahwa semua ini telah selesai? Tentu saja belum.Di saat cerita-cerita dalam film yang penuh drama seperti ini kebanyakan berakhir dengan bahagia, cerita dalam hubungan Chloe dan Juan ini justru rasa-rasanya tidak ingin ada kebahagiaan. Sebab sekalinya kebahagiaan itu datang, kesedihan akan dengan cepat mengambil alih. Bagaimana tidak? Di saat Chloe bahagia, Juan justru menghilang darinya. Bahkan dengan terpaksa diam-diam Juan berharap jangan pernah Chloe mengungkapkan kebahagiaannya.Setelah mengetahui kenyataan bahwa sang iblis telah menerima hukuman akibat tindakannya, Chloe akhirnya kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Melihatnya kembali ceria sepanjang waktu—hingga lewat beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan—memberikan kebahagiaan tersendiri untuk Juan."Paling nanti
Setelah satu hari izin tidak menghadiri kuliah dikarenakan kondisi yang masih belum memungkinkan, akhirnya hari yang tidak ditunggu-tunggu Chloe pun tiba.Di sepanjang perjalanan dari lobi gedung jurusan hingga ke lantai ruang kuliah, tak henti-hentinya bisikan, gumaman, serta sorot mata tajam mengiringi langkah Chloe. Grace yang ikut berjalan di sebelahnya pun sampai menengok ke kanan juga ke kiri untuk paling tidak memberi isyarat pada para penggosip agar menghentikan kegiatan tidak penting mereka. Tampaknya, berita terkait hubungan sahabatnya dengan sang dosen benar-benar sudah tersebar dengan begitu cepat ke seantero Seirios.“Ya udah sih. Udah ngga bakal dilirik sama Pak Juan, terus bisa apa? Mereka mau apa?” gerutu Grace saat berada di dalam lift. Chloe yang dihadapi dengan situasi semacam itu, Grace-lah yang geram.