Share

34. Gym

last update Last Updated: 2025-03-12 11:46:49

Chapter 34

"Bagaimana pekerjaanmu?" William membelai rambut Grace dengan lembut, sore itu ia sengaja menjemput Grace di lobi gedung Glamour Entertainment.

"Semuanya berjalan dengan baik, aku menerima beberapa kontrak dari brand ternama tetapi ada juga satu yang harus melalui penjurian, semacam kompetisi atau... seleksi," jawab Grace sambil memasang seat beltnya.

William memindah persneling kemudian menginjak pedal gas, perlahan mobil melaju meninggalkan gedung Glamour Entertainment. "Kau pasti bisa melewatinya, kapan seleksinya di laksanakan?"

"Kudengar dua minggu yang akan datang jadi selama dua minggu aku harus berlatih berjalan di atas catwalk, menjaga berat tubuhku dan aku harus menjaga pola makanku," jawab Grace sambil membuka kunci ponselnya. Ia membalas pesan yang masuk, itu adalah pesan dari Halifa yang telah ia siksa dengan berbagai macam pekerjaan baru.

"Apa ada ahli gizi yang akan mengatur pola makanmu?"

"Ya, manajerku telah mengatur semuanya," jawab Grace sambil bibir
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Oh, My Brother!   35. Charming Prince

    Chapter 35William berdiri di depan pintu kamarnya, ia tampak menyandarkan salah satu bahunya di dinding. Tubuhnya yang tinggi tegap tampak sedikit melengkung, tatapan matanya menatap lurus mengarah kepada Grace yang baru saja kembali ke tempat tinggalnya. Sama seperti dirinya yang masih mengenakan setelan formal lengkap dengan dasi yang terikat rapi di lehernya, kebetulan ia baru saja masuk dan tidak lama kemudian Grace datang bersama Halifa yang baru pertama kali dilihatnya.Kedua wanita itu tampak sibuk meletakkan barang-barang di tangan mereka di atas meja dan sofa, kedua gadis itu duduk dengan nyaman setelah barang bawaan mereka telah berjejer rapi di tempatnya di letakkan. William menebak Grace baru saja berbelanja. "Kau menghamburkan uangmu, Grace?" tanya William.Grace mendongakkan kepalanya. Ia melepas senyum manis kepada William, matanya yang seindah samudra tampak berkilat. "Sedikit," jawabnya. Ia hanya sedikit memanfaatkan uang Ford yang tiba-tiba menjadi sangat baik dan

    Last Updated : 2025-03-12
  • Oh, My Brother!   36. They are?

    Chapter 36"Kau sangat berisik, ini masih terlalu pagi," ucap William dengan nada datar. Ia tidak suka tidurnya terusik, ia memang bukan Leonel yang memiliki hobi tidur dan bermalas-malasan tetapi tadi malam ia dan Grace sudah terlalu banyak bekerja di atas ranjang hingga waktu tidur mereka berkurang. Halifa menatap figur tinggi menjulang di depannya. "Maaf, Will...." "Kau bisa memanggilku Tuan Johanson. Aku tidak suka orang asing memanggil nama depanku," potong William. Ucapannya bernada dingin disertai tatapan mata yang seolah menganggap Halifa adalah musuh. Memang sejak tadi malam Halifa berada di tempat itu, William sama sekali tidak menunjukkan sikap ramah, pria itu seolah tidak menyukai keberadaan Halifa. "Maafkan aku. Tapi, aku harus membangunkan Grace karena pukul delapan acara dimulai dan ini...." "Ini masih pukul enam pagi, dia masih memerlukan tidur." William membuka lebar pintu kamarnya, di sana terlihat jelas Grace tidur dengan posisi meringkuk membelakangi pintu. S

    Last Updated : 2025-03-14
  • Oh, My Brother!   37. You're Perfect

    Chapter 37Seleksi pemilihan calon model untuk memperagakan sebuah brand ternama di dunia diselenggarakan malam itu. Ada banyak perwakilan model dari agensi berbeda, bahkan Glamour Entertainment mengirimkan lima model untuk mengikuti seleksi termasuk Grace. Grace mengenakan gaun rancangan dari brand penyelenggara yang merupakan gaun terbaik malam itu, ia telah berlatih dengan keras selama dua minggu. Ia juga menjaga pola makan dan olah raga teratur agar bentuk tubuhnya tetap terjaga. Berlatih berjalan di atas catwalk adalah perjuangan yang sangat berat sejauh yang Grace rasakan selama ini, menurutnya menjadi model di atas catwalk bukan perkara yang mudah. Ia ingin sekali menangis karena berulang kali buku yang diletakkan di atas kepalanya terjatuh saat berlatih. Benar-benar sama sekali berbeda dengan profesinya selama ini yang hanya memperagakan gaun untuk diambil fotonya, seratus kali lipat lebih sulit dibandingkan dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Gaun panjang yang menyapu

    Last Updated : 2025-03-14
  • Oh, My Brother!   38. Be a Friend

    Chapter 38"Willy!" Suara Grace terdengar dari melengking dari dalam kamar mandi. William yang masih meringkuk di atas tempat tidur segera melompat karena mengira terjadi sesuatu pada Grace. "Kau sakit?" William terkejut menyaksikan Grace sedang duduk sambil membungkukkan tubuhnya di atas closet sambil memegangi perutnya. Ia langsung menekuk kakinya di depan Grace. "Tidak," jawab Grace lirih. "Apa yang terjadi padamu? Apa aku terlalu kuat tadi malam?" Tadi malam William memang sangat bersemangat karena di bawah pengaruh alkohol ditambah Grace terlalu menggodanya. Grace menggerutukan bibirnya, tadi malam untuk menutupi ia kembali bersama Ford, ia berusaha keras dengan membuat William lupa akan pertanyaannya. Sejak mereka berada di dalam lift Grace telah mencumbui bibir William dengan rakus agar William tidak lagi membuka mulutnya. Grace berusaha menyenangkan William dengan hal gila, ia terus berada di atas William hingga nyaris sampai pagi. "Aku hanya, aku hanya...." Grace justru

    Last Updated : 2025-03-14
  • Oh, My Brother!   39. My Manager

    Chapter 39Sebuah tinju tepat sasaran mengenai wajah Ford hingga ia terhuyung ke samping, bahkan karena terlalu kuat ia nyaris terjungkal jika tidak ada mobil di belakangnya. "Willy! Apa yang kau lakukan?" pekik Grace. Pria yang menghadiahkan tinju di wajah Ford adalah William.William meraih pergelangan tangan Grace untuk menjauhkan Grace dari Ford. Tatapan mata William penuh amarah, berkobar seolah api menyala di bola matanya yang berwarna hazel. "Ada apa ini?" tanya Ford seraya memegangi pipinya yang terkena pukulan William.Ford tampak kebingungan, ia baru saja membukakan pintu mobil untuk Grace di depan gedung apartemen tempat tinggal Grace, tiba-tiba entah dari mana datangnya sebuah pukulan mengenai wajahnya. Grace berusaha melepaskan pergelangan tangannya yang di cengkeraman oleh William. "Ford, maafkan kakakku," ucapnya lirih. Kakak? Mendengar Grace yang menyebutnya sebagai kakak membuat emosi William semaikin membuncah, dengan kasar ia melepaskan cengkeramannya di pergel

    Last Updated : 2025-03-15
  • Oh, My Brother!   40. She is Grace

    Chapter 40"Kau memintaku untuk datang ke bar selarut ini, kau pikir aku tidak memerlukan istirahat?" ucap Calvin yang diangguki oleh Meghan. Kedua orang itu adalah Sahabat William sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah atas. William tidak menjawab. Ia hanya memutar gelas wiski di tangannya, Tatapan matanya tampak begitu frustrasi. "Wajahmu memar, apa kau sekarang berubah menjadi seorang preman?" tanya Meghan dengan nada sinis. William masih tidak menjawab, pelipis sebelah kanannya dan sudut bibirnya tampak mulai terlihat berwarna biru karena pukulan Ford. Jika William bisa menderita memar, bisa di bayangkan bagaimana keadaan Ford. Pria itu bisa dipastikan lebih banyak memiliki luka di wajahnya. "Dasar, Pria Frustrasi," ejek Calvin dengan nada mengejek. Ia meraih botol wiski yang ada dibatas meja lalu menuangnya ke dalam gelas dan mulai menikmati wiskinya. "Dari pada menyaksikan kau yang frustrasi lebih baik kita kembali, kita bisa bercinta di rumah. Bukankah itu lebih bai

    Last Updated : 2025-03-16
  • Oh, My Brother!   41. Without Me

    Chapter 41Satu minggu kemudian. Grace masih berada di Glamour Entertainment karena ada beberapa hal mengenai penandatanganan kontrak yang harus ia selesaikan. Seperti biasa ia di dampingi Halifa dan Ford. Ford tampak serius dengan berkas-berkas di meja kerjanya, memar di wajahnya telah mulai memudar. Hanya menyisakan bercak ungu sedikit kuning di ujung matanya. Untunglah Ford tidak melaporkan William ke pihak berwajib dengan tuntutan penganiayaan, bukan karena tidak berani menuntut William. Tetapi, karena Grace memohon kepada Ford untuk tidak memperkarakan kejadian malam itu. Ford bersedia melakukan itu, apa pun demi citra baiknya di mata Grace, Ford akan melakukannya bahkan jika harus berlutut dan meleleh di kaki Grace, dengan senang hati ia akan melakukannya. "Ford, apa ada yang harus kulakukan lagi?" tanya Grace yang mulai bosan karena hanya berdiam diri menyaksikan Ford dan Halifa yang begitu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. "Kau bosan?" Ford bertanya tanpa mengalihk

    Last Updated : 2025-03-16
  • Oh, My Brother!   42. Blood

    Chapter 42Seikat bunga mawar yang tergeletak di atas ranjang sebagai ucapan selamat itu Grace pindahkan ke dalam vas yang berisi air tetapi hingga seluruh kelopak bunga itu terlepas dari tangkainya, William masih belum kembali ke tempat tinggal mereka. Berkali-kali Grace datang ke mansion keluarga Johanson, berkali-kali pula Grace berusaha menemui William di Johanson Corporation hasilnya ia tetap tidak bertemu William. Alfa dan Sidney mengatakan William berada di Barcelona. Ada terbersit perasaan ingin menyusul ke Barcelona tetapi atas dasar apa ia menyusul ke sana? Apa ia harus merengek dan mengatakan bahwa ia ingin bertemu? Atau harus bagaimana agar ia terlihat masuk akal pergi menemui William? Apa tidak konyol menyusul William setelah satu bulan hanya untuk meluruskan kesalahpahaman di antara mereka yang sudah terlalu lama? Grace merasa tidak memiliki alasan yang tepat untuk menemui William hingga ke Barcelona. Berkali-kali pula Grace hendak menekan nomor ponsel William tetapi ra

    Last Updated : 2025-03-17

Latest chapter

  • Oh, My Brother!   Epilogue

    Aku ngakak baca komen di chapter end, pada kehilangan epilog yang emang belum di update.😆😆😆😆EpilogueTidak ada pernikahan yang terburu-buru, Grace yang rencananya ingin membatalkan kontrak dengan brand yang mengontraknya akhirnya menemukan jalan lain yang dirasa lebih baik dan William juga menyetujui dengan syarat semua kegiatan Grace berada di bawah kendalinya. Dimiliki pria yang posesif ternyata tidak buruk. Apa lagi William tahu betul cara memanjakan Grace hingga Grace merasakan jika dirinya merupakan wanita paling beruntung di muka bumi ini. Mereka menyiapkan pernikahan mewah di London tahun ini dan persiapan itu memakan waktu cukup lama hingga kontrak kerja Grace berakhir. William berulang kali menatap wajah cantik Grace di tengah pesta pernikahan mereka. Seluruh anggota keluarga Johanson berkumpul, juga keluarga besar ayah kandung Grace. Nathalia dan Theresia juga ada di sana. Tidak ketinggalan teman-teman Grace & William, mereka semua berkumpul dalam suasana hangat

  • Oh, My Brother!   75. End

    Holla.Akhirnya aku bisa bernapas lega.Lega banget. Gak akan lagi ditanya-tanya kapan squel William dan Grace.HihiSelamat membaca dan jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan rate.Selamat membaca.30. EndMeghan tersenyum penuh kemenangan. "Dia menunggumu." "Menunggu?" Sean masih tidak mengerti dengan maksud Meghan."Grace menunggumu di mobil, sopirku tahu ke mana dia harus mengantarkan kalian." Mengumpat, Sean meninggalkan Meghan. Setengah berlari ia menuju mobil yang dimaksud Meghan. Ia membuka pintu belakang dan mendapati Grace meringkuk di sana sambil memeluk lututnya seraya mengerang memanggil William. Ia menutup pintu mobil dengan perasaan frustrasi lalu membuka pintu bagian depan. Kali ini lebih mengejutkan lagi adalah mendapati orang yang duduk di belakang kemudi."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sean gusar."Aku melakukan tugasku." Sean menutup pintu mobil. "Kau asistennya!" Halifa tertawa pelan. "Bayaran yang Meghan tawarkan seratus kali lipat dari gajiku beker

  • Oh, My Brother!   74. Cheating

    Chapter 29CheatingGrace membuka matanya, yang terakhir ia ingat adalah ia meminta bantuan Meghan untuk menemukan William. Kejadian beberapa bulan yang lalu akhirnya kembali terulang di mana ia berakhir di atas ranjang William. Tetapi, kali ini ceritanya berbeda. Entah berada di hotel mana. Tanpa mengenakan apa pun selain selimut yang masih menutupi tubuhnya. Ia juga merasakan jika seluruh tubuhnya terasa sakit dan bagian pribadinya terasa tidak nyaman. Terasa perih. Sebuah konspirasi pasti telah terjadi dan ia tidak tahu siapa dalang dibalik konspirasi itu, ia hanya mampu menduga jika Meghan adalah otak dibalik semuanya. Tetapi, ia sama sekali tidak memiliki bukti jika menuduh Meghan dan sekarang siapa yang akan percaya padanya jika mengatakan telah dijebak?Ia dilemparkan ke atas ranjang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Grace sangat yakin jika orang itu mengingatkan kehancurannya. Kehancuran hidup dan kariernya. Sangat tragis, semua yang ia bangun benar-benar hancur.Dulu ia be

  • Oh, My Brother!   73. Your Brother

    Chapter 28Your BrotherCalvin duduk di ruang keluarga. Matanya mengamati keliling ruangan dengan perasaan masam. Rumah itu ia beli dua bulan sebelum pernikahannya dan Meghan berlangsung. Ah, ia memang hanya pria biasa, manusia biasa yang lemah. Semua orang bisa merencanakan dengan siapa akan menikah, tetapi pada akhirnya tidak ada yang bisa merencanakan kepada siapa akan jatuh cinta. Dulu, ia mengejar Megan seperti hanya ada Meghan seakan hanya ada Meghan gadis di dunia ini. Ia menjadikan Meghan nomor satu, di atas segalanya. Tetapi, seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia, dan juga hal-hal yang dilewati, hati dan perasaan ternyata bisa berubah. Calvin berlama-lama menatap lukisan dirinya dan Meghan yang terpajang di dinding. Mata Meghan menatapnya, penuh cinta. Ia tahu jelas perasaan istrinya. Dirinyalah yang merusak rumah tangga. Benar kata Meghan, ia menyimpan wanita lain dalam rumah tangga mereka. Calvin sepenuhnya menyadari kesalahannya. Ia bertemu Aida, awalnya hanya k

  • Oh, My Brother!   72. The Real Boobs

    Chapter 27The Real BoobsUntuk ke sekian kalinya William menoleh ke arah Grace yang kembali mengecek jam di ponselnya. Ia memutuskan meninggalkan kursi kerjanya dan menghampiri Grace yang merebahkan tubuhnya di sofa. "Operasi transplantasi ginjal memerlukan waktu setidaknya tiga sampai empat jam, kau tidak perlu terus mengecek jam," ucap William dengan nada sabar. Ia duduk di pinggir sofa tempat Grace merebahkan tubuhnya. "Aku tidak sabar menunggu hasilnya," gumam Grace, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh ujung rambut di belakang kepala William. "Nathalia akan memberikan kabar padaku secepatnya." William mengusap-usap pundak Grace.Grace menatap William dengan sorot mata iri. "Kalian terlihat akrab." Ya, ia iri karena Theresia juga terlihat sangat akrab dengan William, ditambah Nathalia yang juga ramah setiap kali berbicara dengan William."Bagaimana jika Kau istirahat di dalam kamar?" William mengusulkan agar Grace mengistirahatkan tubuhnya di ruang khusus yang ada di balik

  • Oh, My Brother!   71. My Daughter

    Chapter 26My DaughterMeghan berjalan mondar-mandir karena keresahan melingkupi seluruh raganya. Sudah beberapa hari jasad Calvin belum juga ditemukan, dari informasi yang ia dapatkan hanya bangkai mobil yang ditemukan dan anehnya pintu mobilnya masih tertutup. Ketika ponselnya berdering, ia mendengus dengan kasar lalu menjawab, "Kau memang tidak becus!" ucapnya ketus. "Aku melakukan semua yang kau perintahkan," sahut Wilona. Meghan mengumpat. "Kalau kau becus, seharusnya dia telah menjadi bangkai!" Wilona tertawa. "Tugasku adalah mengondisikan semua di lapangan. Dan lagi pula, ini bukan kesepakatan awal kita." Wilona dikeluarkan untuk mempermalukan Grace, untuk menghancurkan Grace dengan menjual cerita anak haram yang diadopsi kemudian merayu kakak angkatnya. Jika Grace hancur, otomatis William akan goyah, Meghan akan memanfaatkan Calvin untuk memasuki celah bisnis keluarga Johanson. Namun, semua berubah haluan dengan cepat saat ia mengetahui Calvin jatuh hati pada Aida, sahab

  • Oh, My Brother!   70. Rich Widow

    Chapter 25Rich WidowSean mengusap wajahnya dengan gerakan kasar karena merasa frustrasi. Di matanya, William benar-benar kakak yang menyebalkan bagi Grace dan tentunya kuno. Batinnya terus saja menggerutu karena menurutnya ini bukan lagi tahun 1700, di mana seorang gadis keluar bersama pria dianggap tabu. Sepanjang hidupnya sebagai pria dewasa, ia baru menemui pria seperti William."Wajahmu itu, aku yakin kau dalam suasana hati yang buruk." Meghan meletakkan gelas berisi wine ke atas meja. Sean melirik ke arah Meghan. "Tidak juga." Meghan mengedikkan kedua bahunya, seraya melemparkan senyuman. "Di mana suamimu?" tanya Sean kepada Meghan. Sean memanggil Meghan melalui telephone setelah berbincang-bincang dengan Grace dan Meghan meminta Sean datang ke tempat tinggalnya. Bukan tanpa alasan ia memanggil sepupunya, ia teringat jika Meghan pernah menawarinya untuk membantu mendapatkan Grace. "Aku kembali beberapa hari yang lalu, Calvin... kami bertengkar." Kilatan di mata Meghan men

  • Oh, My Brother!   69. Getting a Trap

    Chapter 24Getting a TrapGrace berdiri di dekat fotografer yang sedang mengamati foto-foto hasil jepretannya, sama seperti fotografer itu, Grace juga mengamati foto-foto dirinya di layar laptop. Mereka berbincang-bincang mengenai hasil pekerjaan yang baru saja mereka lakoni, sesekali fotografer itu melayangkan pujian kepada Grace. Pujian itu terdengar tulus tidak dibuat-buat. Cara pria itu berbicara juga dan bersahabat tidak ada canggung menandakan jika itu memang pandai bergaul dan pastinya sangat profesional.Sama halnya dengan fotografer yang tidak segan-segan memberikan pujian kepadanya, Grace juga membalas pujian pria itu karena memang pada faktanya fotografer itu sangat piawai dalam mengarahkan kamera dan rasanya menyenangkan bekerja dengan fotografer yang terlatih dalam mengarahkan gaya hingga membuatnya merasa sangat cepat menyelesaikan pemotretan, ia hingga ia tidak perlu mengulang-ulang gaya yang diminta sang fotografer karena instruksinya sangat jelas.Suara deheman pria m

  • Oh, My Brother!   68. Good News

    Chapter 23Good NewsGrace melongok ke arah tangga karena mendengar suara di lantai dua seraya berteriak, "Nina, kau datang?" "Ya." Suara Nina terdengar tidak kalah nyaring dari suara Grace. William yang sedang menyiapkan sarapan mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Sepagi ini?" "Jangan-jangan ada sesuatu." Grace berjalan menuruni tangga dan mendapati Nina sedang melepaskan mantelnya. "Kenapa sepagi ini kau ke sini?" Nina mengedikkan bahunya. "Kau pasti tahu alasanku." Grace menyeringai. "Maafkan aku." "Lupakan." Nina mendengus. "Dan yang pasti, aku tidak ingin membuatkan sarapan untuknya." Ia tertawa. Grace juga tertawa. "Aku tidak yakin dia bisa menggoreng telur." "Kukunya akan patah jika ia menyentuh alat dapur," ujar Nina setelah menggantung mantelnya lalu ia menyisir rambutnya menggunakan jari-jarinya. "Omong-omong, terima kasih, setelan ini sangat bagus." Setelan yang dikenakan oleh Nina adalah pakaian yang ada di kamar Grace, setelan berwarna merah ruby itu tampak pa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status