Chapter 34"Bagaimana pekerjaanmu?" William membelai rambut Grace dengan lembut, sore itu ia sengaja menjemput Grace di lobi gedung Glamour Entertainment. "Semuanya berjalan dengan baik, aku menerima beberapa kontrak dari brand ternama tetapi ada juga satu yang harus melalui penjurian, semacam kompetisi atau... seleksi," jawab Grace sambil memasang seat beltnya. William memindah persneling kemudian menginjak pedal gas, perlahan mobil melaju meninggalkan gedung Glamour Entertainment. "Kau pasti bisa melewatinya, kapan seleksinya di laksanakan?" "Kudengar dua minggu yang akan datang jadi selama dua minggu aku harus berlatih berjalan di atas catwalk, menjaga berat tubuhku dan aku harus menjaga pola makanku," jawab Grace sambil membuka kunci ponselnya. Ia membalas pesan yang masuk, itu adalah pesan dari Halifa yang telah ia siksa dengan berbagai macam pekerjaan baru. "Apa ada ahli gizi yang akan mengatur pola makanmu?" "Ya, manajerku telah mengatur semuanya," jawab Grace sambil bibir
Chapter 35William berdiri di depan pintu kamarnya, ia tampak menyandarkan salah satu bahunya di dinding. Tubuhnya yang tinggi tegap tampak sedikit melengkung, tatapan matanya menatap lurus mengarah kepada Grace yang baru saja kembali ke tempat tinggalnya. Sama seperti dirinya yang masih mengenakan setelan formal lengkap dengan dasi yang terikat rapi di lehernya, kebetulan ia baru saja masuk dan tidak lama kemudian Grace datang bersama Halifa yang baru pertama kali dilihatnya.Kedua wanita itu tampak sibuk meletakkan barang-barang di tangan mereka di atas meja dan sofa, kedua gadis itu duduk dengan nyaman setelah barang bawaan mereka telah berjejer rapi di tempatnya di letakkan. William menebak Grace baru saja berbelanja. "Kau menghamburkan uangmu, Grace?" tanya William.Grace mendongakkan kepalanya. Ia melepas senyum manis kepada William, matanya yang seindah samudra tampak berkilat. "Sedikit," jawabnya. Ia hanya sedikit memanfaatkan uang Ford yang tiba-tiba menjadi sangat baik dan
Chapter 36"Kau sangat berisik, ini masih terlalu pagi," ucap William dengan nada datar. Ia tidak suka tidurnya terusik, ia memang bukan Leonel yang memiliki hobi tidur dan bermalas-malasan tetapi tadi malam ia dan Grace sudah terlalu banyak bekerja di atas ranjang hingga waktu tidur mereka berkurang. Halifa menatap figur tinggi menjulang di depannya. "Maaf, Will...." "Kau bisa memanggilku Tuan Johanson. Aku tidak suka orang asing memanggil nama depanku," potong William. Ucapannya bernada dingin disertai tatapan mata yang seolah menganggap Halifa adalah musuh. Memang sejak tadi malam Halifa berada di tempat itu, William sama sekali tidak menunjukkan sikap ramah, pria itu seolah tidak menyukai keberadaan Halifa. "Maafkan aku. Tapi, aku harus membangunkan Grace karena pukul delapan acara dimulai dan ini...." "Ini masih pukul enam pagi, dia masih memerlukan tidur." William membuka lebar pintu kamarnya, di sana terlihat jelas Grace tidur dengan posisi meringkuk membelakangi pintu. S
Chapter 37Seleksi pemilihan calon model untuk memperagakan sebuah brand ternama di dunia diselenggarakan malam itu. Ada banyak perwakilan model dari agensi berbeda, bahkan Glamour Entertainment mengirimkan lima model untuk mengikuti seleksi termasuk Grace. Grace mengenakan gaun rancangan dari brand penyelenggara yang merupakan gaun terbaik malam itu, ia telah berlatih dengan keras selama dua minggu. Ia juga menjaga pola makan dan olah raga teratur agar bentuk tubuhnya tetap terjaga. Berlatih berjalan di atas catwalk adalah perjuangan yang sangat berat sejauh yang Grace rasakan selama ini, menurutnya menjadi model di atas catwalk bukan perkara yang mudah. Ia ingin sekali menangis karena berulang kali buku yang diletakkan di atas kepalanya terjatuh saat berlatih. Benar-benar sama sekali berbeda dengan profesinya selama ini yang hanya memperagakan gaun untuk diambil fotonya, seratus kali lipat lebih sulit dibandingkan dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Gaun panjang yang menyapu
Chapter 38"Willy!" Suara Grace terdengar dari melengking dari dalam kamar mandi. William yang masih meringkuk di atas tempat tidur segera melompat karena mengira terjadi sesuatu pada Grace. "Kau sakit?" William terkejut menyaksikan Grace sedang duduk sambil membungkukkan tubuhnya di atas closet sambil memegangi perutnya. Ia langsung menekuk kakinya di depan Grace. "Tidak," jawab Grace lirih. "Apa yang terjadi padamu? Apa aku terlalu kuat tadi malam?" Tadi malam William memang sangat bersemangat karena di bawah pengaruh alkohol ditambah Grace terlalu menggodanya. Grace menggerutukan bibirnya, tadi malam untuk menutupi ia kembali bersama Ford, ia berusaha keras dengan membuat William lupa akan pertanyaannya. Sejak mereka berada di dalam lift Grace telah mencumbui bibir William dengan rakus agar William tidak lagi membuka mulutnya. Grace berusaha menyenangkan William dengan hal gila, ia terus berada di atas William hingga nyaris sampai pagi. "Aku hanya, aku hanya...." Grace justru
Chapter 39Sebuah tinju tepat sasaran mengenai wajah Ford hingga ia terhuyung ke samping, bahkan karena terlalu kuat ia nyaris terjungkal jika tidak ada mobil di belakangnya. "Willy! Apa yang kau lakukan?" pekik Grace. Pria yang menghadiahkan tinju di wajah Ford adalah William.William meraih pergelangan tangan Grace untuk menjauhkan Grace dari Ford. Tatapan mata William penuh amarah, berkobar seolah api menyala di bola matanya yang berwarna hazel. "Ada apa ini?" tanya Ford seraya memegangi pipinya yang terkena pukulan William.Ford tampak kebingungan, ia baru saja membukakan pintu mobil untuk Grace di depan gedung apartemen tempat tinggal Grace, tiba-tiba entah dari mana datangnya sebuah pukulan mengenai wajahnya. Grace berusaha melepaskan pergelangan tangannya yang di cengkeraman oleh William. "Ford, maafkan kakakku," ucapnya lirih. Kakak? Mendengar Grace yang menyebutnya sebagai kakak membuat emosi William semaikin membuncah, dengan kasar ia melepaskan cengkeramannya di pergel
Chapter 40"Kau memintaku untuk datang ke bar selarut ini, kau pikir aku tidak memerlukan istirahat?" ucap Calvin yang diangguki oleh Meghan. Kedua orang itu adalah Sahabat William sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah atas. William tidak menjawab. Ia hanya memutar gelas wiski di tangannya, Tatapan matanya tampak begitu frustrasi. "Wajahmu memar, apa kau sekarang berubah menjadi seorang preman?" tanya Meghan dengan nada sinis. William masih tidak menjawab, pelipis sebelah kanannya dan sudut bibirnya tampak mulai terlihat berwarna biru karena pukulan Ford. Jika William bisa menderita memar, bisa di bayangkan bagaimana keadaan Ford. Pria itu bisa dipastikan lebih banyak memiliki luka di wajahnya. "Dasar, Pria Frustrasi," ejek Calvin dengan nada mengejek. Ia meraih botol wiski yang ada dibatas meja lalu menuangnya ke dalam gelas dan mulai menikmati wiskinya. "Dari pada menyaksikan kau yang frustrasi lebih baik kita kembali, kita bisa bercinta di rumah. Bukankah itu lebih bai
Chapter 41Satu minggu kemudian. Grace masih berada di Glamour Entertainment karena ada beberapa hal mengenai penandatanganan kontrak yang harus ia selesaikan. Seperti biasa ia di dampingi Halifa dan Ford. Ford tampak serius dengan berkas-berkas di meja kerjanya, memar di wajahnya telah mulai memudar. Hanya menyisakan bercak ungu sedikit kuning di ujung matanya. Untunglah Ford tidak melaporkan William ke pihak berwajib dengan tuntutan penganiayaan, bukan karena tidak berani menuntut William. Tetapi, karena Grace memohon kepada Ford untuk tidak memperkarakan kejadian malam itu. Ford bersedia melakukan itu, apa pun demi citra baiknya di mata Grace, Ford akan melakukannya bahkan jika harus berlutut dan meleleh di kaki Grace, dengan senang hati ia akan melakukannya. "Ford, apa ada yang harus kulakukan lagi?" tanya Grace yang mulai bosan karena hanya berdiam diri menyaksikan Ford dan Halifa yang begitu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. "Kau bosan?" Ford bertanya tanpa mengalihk
Chapter 11The Elapsed TimeGrace mengganti pakaiannya dengan gaun tidur berbahan sutra, ia melepas ikatan rambutnya, membiarkan rambutnya yang berwarna kuning kemerahan tergerai di pundaknya. Ia naik ke atas tempat tidur, menarik selimut hingga menutupi sebagian wajahnya. Tidak dipungkiri jika pikirannya sangat kacau meski ia berusaha bersikap setenang mungkin di depan William dan seluruh keluarga. Bukan memikirkan Nathalia, tetapi ia ingin menjumpai adiknya. Ia memejamkan mata seraya mencari-cari cara agar ia dapat menyelidiki keberadaan Theresia tanpa diketahui oleh Nathalia maupun William. Grace membuka matanya dan menyingkirkan selimut yang menutupi sebagian wajahnya saat pintu kamar terbuka dan menampakkan sosok suaminya. William menyuruh Grace untuk kembali ke kamar terlebih dahulu dan ia itu berbicara dengan Leonel di kamar Leonel."Kau belum tidur?" William menutup pintu laku berjalan ke meja untuk meletakkan laptop dan ponselnya. Grace menggelengkan kepalanya. "Apa ada ma
Chapter 10 Share the BodyguardAlexander duduk di kursi ruang belajar sambil mengetukkan jari tengah dan telunjuknya ke meja, kerutan di dahinya cukup dalam. Tetapi, sorot matanya masih tampak tenang. "Seharusnya Wilona menjalani hukuman seumur hidup, yang berarti ia harus mendekam di dalam penjara selama dua puluh delapan tahun," ujar Alexander. "Siapa kira-kira yang membantunya keluar?" William menatap ayahnya lekat-lekat."Aku tidak tahu," ujar Alexander setelah berpikir keras. "Apa mungkin Nathalia?" Seperti Alexander, William juga berpikir sangat keras. Alexander menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. "Nathalia sangat membenci Wilona, mustahil ia membantu. Lagi pula, Nathalia menikah dengan orang biasa. Hanya kepala sipir, ia tidak mungkin sanggup menyuap untuk mengeluarkan Wilona dan mereka tidak ada di London."Nathalia menjalani hukuman sepuluh tahun, setelah keluar, ia dinikahi oleh kepala sipir. Alexander memantaunya, menggunakan koneksinya, ia meminta pejabat kep
Chapter 9Low ProfileGrace memutuskan mengganti pakaian setelah Sidney meninggalkan kamarnya lalu mengambil ponsel untuk memberi tahu William jika ia berada di kediaman orang tua mereka. Ia juga memberi tahu Nina untuk membereskan ruang kerjanya sekaligus mengunci pintunya. Ia duduk di tepi tempat tidur, matanya tertuju ke arah foto yang dibingkai dengan pigura kecil yang ada di atas nakas. Foto dirinya bersama Leonel dan William, saat foto itu diambil Alexa belum lahir. Mungkin saat itu usianya empat tahun, di dalam foto itu ia menyeringai lebar ke arah kamera, sama seperti Leonel. Sedangkan William, senyumnya tidak terlalu lebar. Grace tidak menyangka jika ia bukanlah anak kandung di keluarga Johanson, bahkan seluruh keluarga Johanson pun tidak. Mata Grace berwarna biru, sama seperti Leonel, mungkin karena hal itu yang membuat tidak seorang pun menyadari jika putri asli di keluarga Johanson telah ditukar hingga saat Grace berusia lima tahun, kebenaran terkuak. Nathalia menjual ba
Chapter 8We are FamilyNatalia tersenyum. "Aku ingin melihatmu dari dekat." Jantung Grace terasa membengkak, ia sama sekali tidak ingin bertemu wanita yang tega menjual darah dagingnya sendiri. Ia merasakan amarah dan kekecewaan yang datang bersamaan, tetapi tidak dipungkiri jika ia merasakan sedikit rasa haru yang ia coba tepis jauh-jauh, ia tidak ingin mengakui jika ia bahagian bisa melihat wanita yang mengandung dan melahirkannya, sedikit pun tidak."Kau menjualku, di antara kita tidak ada hubungan apa pun. Jadi, kau tidak perlu ingin melihatku lagi." "Aku tahu kau pasti langsung mengenaliku," ucap Nathalia diiringi senyum di bibirnya. Bibir Grace mengulas senyum sinis. Ia bisa mengenali Nathalia sejak pertama kali melihat ibu kandungnya, tentu saja. Istri ayah kandungnya beberapa kali menunjukkan foto Natalia muda yang merupakan perwujudan dirinya, bukan karena itu saja, tetapi Natalia memiliki tanda tahi lalat di bawah kelopak matanya sebelah kiri. "Kuperingatkan kau, jangan
Chapter 7StalkerMeski Grace menyangkal pengakuan William dengan mengatakan jika William hanya bercanda, tetapi penyangkalannya hanya berujung sia-sia karena sebelum William meninggalkan ruangan, Grace ditarik ke dalam pelukannya dan William menciumi bibir Grace dengan paksa. Tetapi, Grace tidak menolak. Tidak mamou menolak William tepatnya."Kau menikahi kakakmu sendiri?" tanya Nina yang masih tampak kebingungan. Kulit wajah Grace masih memerah, ia menyeringai. Nina menggelengkan kepalanya. "Itu hal tergila yang pernah kusaksikan. Tapi, cinta memang buta. Mau bagaimana lagi?" "Kuharap kau tidak membocorkannya kepada siapa pun," ujar Grace. "Pernikahan kalian dan cinta kalian pasti luar biasa, itu bukanlah hal yang memalukan. Kenapa mesti disembunyikan?" Grace duduk di kursinya. "Kurasa, ada yang harus kuluruskan," ucapnya disertai dengusan pelan. "Duduklah." Nina menarik kursi yang tadinya diduduki William. "Apa ini cerita cinta kalian?" tanyanya sambil duduk. "Ya, katakan sa
Chapter 6My WifeMeghan dan Calvin menikmati kopi di restoran hotel tempat mereka mengadakan pesta pernikahan kemarin."Sean," seru Meghan saat Sean, sepupunya terlihat memegangi piring berisi makanan dan segelas jus jeruk di restoran. Ia melambaikan satu tangannya."Sepertinya kau ingin memamerkan kemesraan pengantin baru padaku," seloroh Sean seraya menarik salah satu kursi.Calvin menaikkan kedua alisnya. "Tidak, kami tidak sekejam itu." "Ya, kami tidak seperti itu." Meghan meletakkan dagunya di pundak Calvin. "Aku mencintaimu."Calvin meraih telapak tangan Meghan lalu mengecupnya. "Dan aku mencintaimu." Sean mengernyit. "Aku tidak mengerti, kalian seharusnya sarapan di kamar, untuk apa kalian sarapan di sini?"Seharusnya begitu, Meghan dan Calvin menggunakan layanan yang bisa dinikmati dari kamar seperti biasanya pengantin batu, bukan malah menikmati sarapan pagi di restoran hotel. Meghan memutar bola matanya. "Kami ingin menikmati kopi di sini. Lagi pula kami hari ini akan p
Holla, selamat sore.Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan rate bintang lima di pojok kiri bawah layar ponsel kalian dan Follow Authornya.Chapter 5 The Traitors"Aku tidak menyukai pria tadi," ucap William yang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju tempat tinggal mereka. Di sampingnya, Grace terkikik mendengar pernyataan William. "Kau tidak menyukai semua pria yang ada di sekitarku." "Aku tidak suka istriku ditatap pria lain." Grace memutar bola matanya. "Bagaimana mungkin kau berbicara seperti itu, sedangkan istrimu berprofesi sebagai model." Sudut bibir William terangkat mengingat bagaimana cara Sean menatap Grace, pria itu seolah menginginkan istrinya. "Batalkan saja kontrak konyolmu dengan desainer gaun pengantin itu." Grace menatap William dengan tatapan memperingatkan, ia menyipitkan sebelah mata sambil menghela napasnya. "Kau mulai bertingkah pencemburu dan tidak masuk akal lagi." "Kau akrab dengannya." Itu adalah sebuah tuduhan, s
Chapter 4My Cousin"Sekarang beri tahu aku," erang Grace sambil perlahan menggoyangkan pinggulnya dengan pelan.Mata keduanya bersobok, saling mengunci. Grace menatap William yang berada di bawahnya dengan sorot mata memohon, juga mendamba, sedangkan William menatap Grace dengan tatapan penuh cinta, juga gairah yang membara. Membakar seluruh jiwanya."Kau yakin ingin mendengarnya?" Grace mengangguk lemah seolah tidak berdaya, ia memang terlalu lemah setiap kali William memenuhi tubuhnya."Kau akan cemburu jika mendengarnya." William mencengkeram kedua pinggul Grace, mengangkatnya dengan rendah lalu menghunjamkan dirinya dalam-dalam ke dalam tubuh Grace yang sempit dan hangat. Grace terengah, Ia mencengkeram kedua bahu William, nyaris menjerit karena William terlalu dalam memenuhinya. Tubuhnya bergetar hebat oleh kenikmatan yang menerjangnya seperti badai, ia menempelkan bibirnya di bibir William, mencumbu bibir suaminya dengan serakah. Menghisap lidah William seolah hanya William y
Chapter 3 Who is She? "Willy," sapa Meghan yang hari ini akan menjadi pengantin. Ia mengenakan gaun pengantin berwarna putih tanpa lengan, bagian bawah gaun yang ia kenakan terbuat dari kain sepanjang delapan meter hingga membuatnya mekar dengan sempurna. Gaun pengantin yang sempurna itu dipadukan dengan veil dan crown, membuat penampilan Meghan tampak sempurna seperti seorang ratu. "Selamat, akhirnya kau menikahi Calvin." William menempelkan pipinya ke pipi sahabatnya, bergantian kanan dan kiri. Meghan menyeringai lebar. "Aku sangat bahagia, ya Tuhan." "Aku turut bahagia," ujar William. Meghan mengerutkan hidungnya, ia memiringkan kepalanya, matanya melirik ke arah Grace yang berdiri di samping William. "Grace? Lama tidak berjumpa." Grace tersenyum ramah. "Selamat atas pernikahanmu. "Terima kasih." Meghan menatap Grace dan William bergantian. "Kalian pasangan serasi," bisiknya pelan. William merengkuh pundak Grace. "Dia pernah cemburu padamu." Grace membeliak