Brakkk!Pintu ditutup dengan kerasnya. Meninggalkan Bhaskara yang gelisah di luar rumahnya. Nirmala menangis sejadi-jadinya di balik pintu yang baru saja ia banting. Ia tak sanggup lagi harus menghadapi kehidupan yang semakin mengekang. Ia berusaha membuat keputusan yang berpotensi menguntungkannya, namun baru juga akan memulai step itu kini telah ada tekanan yang memintanya mundur. Merelakan rumah orang tuanya?Bodoh jika ia mementingkan egonya, sementara kenang-kenangan dan harta benda peninggalan orang tuanya hancur tak bersisa. Rongga dada Nirmala terasa dihimpit peti puluhan ton, memberikan rasa sesak yang tak berkesudahan. Kepalan tangan Nirmala ia pukulkan pada dadanya upaya dapat membuka jalan pernapasannya. "Hiks ... haruskah sesulit ini untuku bisa bertahan hidup?" lirihnya dengan air mata yang membanjiri pipinya.Sementara di luar sana, Bhaskara terus mencoba membujuk Nirmala untuk keluar."Nirmala, keluarlah! Kau jangan memikirkan hal yang tidak-tidak!" serunya tanpa
Disaat Nirmala sedang kalut memikirkan nasibnya, ia semakin dibuat kalang kabut begitu menerima pesan singkat dari mantan kekasihnya."Menemui ia tengah malam di diskotik katanya?" lirihnya menatap tak percaya deretan kata pada pesan tersebut.Ia sejenak terpengkur. Baladewa bersedia membantunya tapi harus menemuinya di diskotik? Bukankah itu suatu keanehan yang mudah ditebak alurnya? Tapi .... Ting ...Ponselnya kembali berdenting dan ada lagi sebuah pesan singkat dari sang mantan kekasih.-Pastikan kau berpenampilan menarik-Deg.Firasatnya semakin memburuk. Lagi-lagi ia dibuat terpengkur lama. Diminta berpenampilan menarik di diskotik? Bukankah artian 'menarik' di sini bisa saja berbeda arti?Berbagai pikiran kotor segera bersliweran dalam pikiran Nirmala. Ia dibuat kalut dan tak percaya pada pikirannya sendiri."Baladewa tak mungkin memperlakukanku seperti itu, kan?"Nirmala masih denial. Ia tak sama sekali mempedulikan kemungkinan buruknya, justru tetap berpegang teguh memand
"Kau menarilah sekarang!"Langkah Nirmala sontak berhenti. Ia terpaku menatap mantan kekasihnya tak percaya. Tak melakukan pergerakan, Baladewa menarik lengan Nirmala kasar. Ia seperti orang kesetanan memaksa wanita itu untuk menurutinya. Karena penolakan yang diutarakan terang-terangan, Nirmala harus menerima cengkeraman erat pada rahang "Menari sekarang atau rumahmu akan hilang!!" bentak Baladewa tanpa belas kasihan.Hati Nirmala menceplos. Luka yang kemarin berusaha ia tutupi kini seolah dipaksa dirobek lebih lebar. Untuk menangis pun ia tak sanggup lagi.Semua pandangan mata di tempat hiburan malam itu tertuju pada Nirmala dan Baladewa. Baladewa masih dalam pengaruh alkohol mencoba menggandeng tangan Nirmala untuk bergoyang. Tapi Nirmala tentu tak sudi, ia berusaha menarik tangannya dari genggamannya. "Lepas, Dewa! Sadarlah brengsek!!!" gertak Nirmala menyentak tangannya.Ketika tangan Nirmala mampu terbebas, justru lelaki itu menarik pinggang Nirmala hingga perut Nirmala menem
"Kalian semua b*jingan!!!" Suara memekik itu membuat telinga Nirmala berdengung. Tubuhnya yang mulai melemah semakin merosot, tapi ada sebuah lengan yang menahan pinggangnya. Dengan susah payah ia membuka mata ingin melihat sosok yang menyelamatkannya memukul mundur pria hidung belang yang mengejarnya."Bhas ... ka ... ra .... "Suara lirih itu membuat Bhaskara menunduk. Ia menatap sendu manik lelah pada mata Nirmala. Dadanya mendadak bergemuruh nyeri melihat wanita itu tengah sekarat akibat alkohol yang sengaja dicekokkan kepadanya.Mata saya itu perlahan menutup seiring hilangnya suara Nirmala."Mala? Mala, hey bertahanlah!!" serunya mengguncang tubuh lemah wanita itu. Sayangnya tak ada sahutan, Nirmala telah tak sadarkan diri.Sorot mata penuh amarah menyasar kumpulan pria mata keranjang yang berkeliaran di sekitar Nirmala. Deru napas Bhaskara membara kentara emosi tengah bergejolak dalam dada.Plokk ... plok ....Tepukan tangan mengalihkan perhatiannya. Sesosok pria setengah mab
KukuruyukkkKokokan ayam membuat wanita berusia 25 tahun terusik dalam tidurnya. Ia mulai menggeliat kala cahaya mulai menerobos di sela-sela jendela. Tak lantas membuka mata, wanita itu berguling-huling terlebih dahulu di atas kasur kecilnya. Sampai ....Gedubrak!Seonggok tubuh itu berguling terjatuh dari dipan. Ia langsung meringis kesakitan."Aishhh!"Dengan bersusah payah mengurai selimut yang melilit tubuhnya, ia terduduk. Ia mengucek matanya kemudian mengerjap beberapa kali melihat sekitarnya yang nampak familier."Ah di rumah," gumamnya masih belum sepenuhnya tersadar.Sampai beberapa detik kemudian matanya terbuka lebar. Nyawanya yang semula belum berkumpul seketika ditarik paksa untuk sadar. Ia berdiri tegak dengan mata yang masih melotot terkejut."Semalam siapa yang membawaku pulang?" gumamnya bertanya-tanya. Ia mengorek ingatan semalam hingga sebuah nama potensial membuatnya terbelalak. "Bhaskara!"Nirmala mencari keberadaan ponselnya, namun tak juga ia temukan. Ia dibua
"Apa maksudmu? Kau memintaku untuk melawan mereka yang merupakan orang yang sah memiliki tanah ini?" tanya Nirmala terbelalak tak percaya. Ia bahkan sampai berdiri mematap sengit Bhaskara di bawahnya. "Ayolah, Bhaskara, aku tidak sekuat itu dan setangguh itu untuk terus melawan mereka."Lelaki itu berdiri menatap Nirmala teduh. "Bukan begitu." Bhaskara menjeda sebentar membujuk Nirmala agar tak lantas terbawa emosi. "Sudah kubilang kan aku yang akan mengurus," sambungnya menyungging senyum.Bukannya senang, Nirmala malah menghela napas lelah. "Sudahlah, Kara, sudah tak ada harapan lagi. Berhenti membuatku terus mengharap suatu hal yang sudah pasti mustahil terwujud," jawabnya melengang pergi. Wanita itu mengambil tas besar kemudian mulai mengemasi barang-barang."Kau masih akan tetap berdiri di sana? Kalau begitu pergi saja kau," sahut Nirmala sewot."Nirmala, jangan memaksakan rela jika hatimu sulit untuk menerima."Nirmala menoleh cepat dan menatap berang. "STOP! Aku hanya ingin be
"Apa maksudmu? Jangan mengada-ngada kamu ya!"Helena dibuat berang oleh ucapan serampangan Bhaskara. Ia menatap tajam lelaki itu seolah ingin menguliti hidup-hidup.Sedangkan Nirmala sendiri menatap lelaki di depannya tak percaya. Sepertinya tidak seharusnya ia mempercayai lelaki serampangan itu. Bagaimana bisa ia sendiri sudah melihat bukti sertifikat itu tapi bisa-bisanya kini mengeklaim bukti senyata itu sebagai bukti palsu.Seringaian kecil tersungging pada wajah Bhaskara. Ia sudah menebak hal ini, wanita tua itu pasti akan mengelak keras.Baladewa yang sedari tadi mengawasi interaksi mereka, membaca gelagat aneh Bhaskara. Ia masih bergeming menanti apa yang akan lelaki itu kerjakan selanjutnya."Berhenti berucap kosong. Pergi dari sini!" usir Helena yang mulai khawatir kedoknya akan terbongkar. Sepertinya ia kurang memperhitungkan jika sosok Bhaskara adalah anak dari seorang notaris yang sudah pasti akrab dengan yang namanya akta tanah."Mala, ambilkan tasku di dalam rumahmu," ce
Dua insan yang mengendarai motor itu berhenti di depan sebuah rumah dengan halaman rumah dipenuhi tanaman menyejukkan."Woaaa, Bhaskara kalau aku lagi suntuk boleh nggak aku ke sini?" tanya Nirmala mandang tanaman penuh binar. "Nyaman banget dan bikin pikiran fresh," puji Nirmala sekali lagi.Lelaki yang masih ada di kemudi terkekeh geli. "Terserahlah kamu mau nginep di sini juga nggak papa. Asalkan siap-siap aja denger ocehan mamaku tiap hari," celetuknya setengah bercanda."Waduh-waduh anak mama bawa calon mantu nih!"Nirmala yang tadinya fokus menatap beberapa tanaman, kini teralihkan kepada sosok wanita paruh baya yang keluar dari gerbang.Nirmala meringis pelan mendengar wanita itu menyebutnya calon mantu. "Hehe tante kami cuma temenan kok.""Iya sekarang baru temenan, gak tau ya besok," jawab Vani masih ingin menggoda Nirmala.Sedang Nirmala sendiri tak tahu kengapa justru menjadi salah tingkah."Ishh mama ini," potong Bhaskara tak enak melihat Nirmala yang tak nyaman.Vani ters