"Bernafaslah, Ariel."Pihak lain yang berbaring di bawah tubuhnya lantas bernafas dengan pelan, mengamati Kaizen yang duduk diatas pinggangnya. Tersenyum tenang melihatnya yang sedang mencoba membiasakan diri dengan perlakuan ini.Kaizen mengetuk-ngetuk bibir Ariel dengan lembut menggunakan jari telunjuk, lalu mengikat rambutnya sendiri menggunakan tali tipis yang dia temukan tanpa sengaja. Sebelum menundukkan kepala untuk kembali berciuman dengan Siren-nya, yang merespon dengan memeluk erat bahu Kaizen. Saat inilah muncul gangguan."Raja kerajaan Ginevra. Yang mulia Eldoris Delmare, memasuki ruangan!"Kaizen bangun dengan gerakan yang tidak tergesa-gesa dan menunggu dalam diam, tanpa repot-repot turun dari tubuh Ariel. Pihak lain juga tampak tidak keberatan dan memeluk pinggang Kaizen, tentakelnya juga masih melilit setiap bagian tubuh gadis itu.Eldoris yang masuk dan disuguhi pemandangan ini, mengernyit tidak senang.Kaizen sendiri memasang wajah terkejut, nyatanya Raja lautan mem
"Bakar saja, tolol!!"Raven mengurungkan niatnya untuk menonjok musuh dan mengambil obor yang barusan dibuatkan oleh Aria, merasa agak kesal karena sudah diteriaki oleh anak kecil seperti Nancy. Tapi mengingat bahwa orang ini yang sudah menyelamatkannya, jadi dia tidak mengatakan apa-apa.Dan begitu tubuh burung hantu terbakar hangus, Raven tidak lagi merasakan sakit di jantungnya. Seolah dia akhirnya bisa bernafas dengan benar dan lancar, tanpa rasa sakit yang tajam seperti sebelumnya.Seragamnya sudah ternoda darah, baik itu darahnya sendiri maupun darah orang lain, sangat berantakan. Aria yang pada awalnya memiliki rambut panjang, kini juga berubah menjadi rambut pendek acak-acakan yang tidak tertata, sangat tidak enak dilihat.Yang penampilannya masih bisa dibilang lumayan layak hanya Nancy, Raven menghela nafas dan mengeluarkan pisau lipat dari sakunya. Lalu melambai pada si wanita"Aria, duduk sini.""Mau merapikan rambutku? Kau pikir kita masih memiliki waktu untuk peduli soal
Kaizen menatap tenang Raja yang tampak marah dan mulai mengeluarkan kekuatannya, tekanan dari kekuatan Bos instansi level tiga memang bukan main. Tapi Kaizen bukan disini untuk bertarung dengannya, melainkan membuat sang Raja jatuh cinta dan secara sukarela berciuman dengannya.Eldoris melihat ketenangan pihak lain yang tidak wajar"Manusia, Ariel mungkin mencintaimu. Tapi aku adalah Raja lautan, aku bisa menggunakan kekuatan Poseidon untuk memanipulasi ingatan Ariel tentangmu setelah aku membunuhmu. Jadi diam kalau tidak mau kubungkam."Kaizen tertawa dengan manis sambil menutupi sebagian mulut dengan mata terpejam lucu"Yang mulia, saya hanya mencoba bercanda dengan anda. Kenapa juga saya mengingini tahta saat saya sendiri sudah memiliki kerajaan saya sendiri? Terlalu banyak makanan berarti terlalu banyak beban di badan, saya tidak serajin itu.""Dan kau pikir aku akan percaya?" Ketusnya."Saya benar-benar tidak mengingini tahta anda, Yang mulia. Jika saya memang berkehendak demikia
Winter menghancurkan pintu kamar ketiga di kerajaan laut, tapi dia masih tidak menemukan apa-apa. Hanya bioluminescent yang menempel cantik pada bebatuan warna-warni, yang tampak seperti bijih safir murni. Dia terus melangkah dari pintu ke pintu sambil mengayunkan tangan dan kakinya yang sudah berubah menjadi titanium, menghancurkan apa saja untuk melacak keberadaan Kaizen.Satu-satunya keanehan adalah, tidak ada mahluk hidup manapun yang tampak seperti penjaga. Segalanya sunyi.Dia berhenti menghancurkan segala sesuatu dan kembali ke bentuk manusia yang memiliki daging serta darah, mengeluh dalam amarah"Aku tidak mau menggunakan metode ini, tapi aku harus menemukan dia."Sebuah suara lantas muncul dan mencibirkan dengan nada benci yang kental[Kecoa menjijikkan]Pria itu memutar bola matanya dan memelototi ruang hampa"Berisik, Chandelier. Apa kau mau aku menghancurkan instansi ini?"[...... Kau mau bunuh diri? Bagus!] Suara itu terdengar girang mendengar keputusan Winter."Tolol."
"Ariel!" Kaizen berteriak ngeri begitu melihat trisula Poseidon yang menembus jantung si cumi-cumi raksasa.Namun Eldoris yang mendengar teriakan ini justru merasa emosinya tersulut dan mengayunkan seutas petirnya untuk mengikat si gadis"Diam, manusia!!"Ikatan ini begitu menyengat seolah dia sedang dijadikan cemilan oleh beberapa koloni semut merah, Kaizen tidak menahan diri demi menguatkan aktingnya dan berteriak kesakitan.Ariel panik melihat ini, tapi dia juga sudah diikat oleh puluhan petir kakaknya dengan trisula yang masih menancap di dadanya. Dia hanya bisa meneteskan air mata dan berteriak pada sang Raja"Kak, kau benar-benar jahat! Irish adalah pengantinku!! Kenapa kau merebutnya?! Bukankah kau sudah tau betapa aku mencintainya?! Kau sungguh-""DIAM, ARIEL! AKU ADALAH RAJA! SEGALA HAL YANG ADA DI LAUT ADALAH MILIKKU!" Eldoris memotong perkataan Ariel dengan kejam dan menancapkan trisulanya ke tanah, memaku tentakel adiknya pada batuan laut.Namun Ariel tidak peduli akan ini
Winter baru saja sampai dan sudah disuguhi adegan berdarah semacam itu, amarah segera menguasai dirinya. Dia tak peduli pada Siren cumi-cumi yang menghilang entah kemana, yang dia tau hanyalah Kaizen sudah terluka dan sangat kesakitan.Dia mengubah sepasang lengannya menjadi bazoka dan membidik kepala Eldoris, tanpa banyak bicara menembakkan meriam pada sang Raja. Eldoris menyadari kedatangan pihak lain dan menghindari serangan dengan tepat waktu, sebelah tangannya merengkuh tubuh terikat Kaizen yang entah sejak kapan sudah tak sadarkan diri.Dia balas menghunuskan Trisula Poseidon pada Winter, hendak mengirim petir penghakiman pada pria itu. Tapi segala kekuatan dalam trisula lenyap tak berbekas, benda itu bahkan bergetar seolah sedang kebingungan. Eldoris jelas semakin tidak senang dan menyimpan kembali senjata tersebut ke gelang emasnya, mata peraknya menatap Winter dengan penuh kebencian."Jadi kau? Si sebagian yang lain?" Tanyanya sambil melemparkan t
"Hentikan! Aria, Raven!! Berhenti!! Jangan bertarung lagi!!" Nancy berteriak putus asa dengan tubuh yang sudah penuh luka akibat terkena imbas pertarungan dua orang dewasa.Namun seolah sudah tersihir, baik Aria maupun Raven tidak mendengarkan dan fokus bertarung. Memberi kesan bahwa ini tidak akan selesai sebelum salah satu dari keduanya ada yang mati.Nancy menggigit bibir dan memegang kuat tongkat bisbol penuh paku miliknya, bersiap untuk kembali melerai mereka"HENTIKAN!! TIDAK ADA YANG BOLEH MATI SELAIN BURUNG HANTU!!"Aria membacok paha Raven, membuat pria itu jatuh tersungkur di tanah. Tepat saat Aria mengayunkan celuritnya kembali untuk menikam kepala Raven, polisi tersebut bangkit dan mencengkeram kepala Aria, membenturkan wanita itu ke pohon besar di dekat mereka hingga kulit dahinya robek. Seolah belum puas, Raven kembali membenturkan kepala Aria beberapa kali dengan momentum serupa."ARIA!!" Nancy berteriak panik dan melesat maju u
"Masih sakit?" Eldoris melepas ikatan petir sebelumnya dan mendudukkan tubuh penuh darah Kaizen ke atas tahtanya, merapikan rambut dan meremas lembut robekan berdarah di kakinya. Gadis yang sedang dalam mode akting shock dan putus asa itu, hanya terus memberikan tatapan kosong dan air mata tanpa suara"....."Eldoris meremas dagu Kaizen dan membuat mereka bertatap muka"Irish, aku bicara padamu."Seolah tersadar, Kaizen gemetar ketakutan dan menutup matanya rapat-rapat".... Tidak."Eldoris mengecup pipinya dan tersenyum kecil"Bagus, sekarang istirahatlah sebentar. Aku akan merantai Ariel dulu."Kaizen meraih kedua lengan Eldoris dan memekik penuh ketakutan"Jangan!"Raut Merman itu langsung menggelap, dia meraih kedua tangan Kaizen dan mengalungkannya di lehernya sendiri seolah Kaizen sedang memeluknya. Tanpa banyak bicara mendekatkan wajahnya, seolah tidak mau Kaizen melihat hal-hal lain selain dirinya.Walaupun tampak manis, tapi wajah Eldoris sudah berubah mengerikan dan dia kem
Pria itu mengubah lengan kirinya menjadi perak dan mengayunkannya untuk memecahkan jendela, Kaizen dan Shirley tersentak kaget dan berniat lari. Tapi Kaizen langsung urung dan menatap pria itu, berteriak "Winter!!!"Gerakan pria itu berhenti."Kau mau mati ya?! Ayo pergi! Sudah jelas bahwa dia bukan manusia!!" Pekik Shirley sambil menarik lengan Kaizen."Tidak, tunggu sebentar. Aku punya rencana" bisiknya, menepuk pundak Shirley beberapa kali dan mendekati jendela.Shirley jelas ingin meninggalkannya, tapi mungkin wanita itu takut bahwa Kaizen akan dipengaruhi Winter dan langsung berbalik membunuhnya. Jadi dia memilih tinggal sambil bersiap menembakkan panah.Tatapan Winter melembut begitu melihat Kaizen mendekat, mulutnya berbisik penuh rasa manis"Irish ... Irish ...""Winter, sebelum kubukakan jendelanya ... Bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"Pria itu memiringkan kepalanya dengan manis dan menjawab
Kaizen membuka pintu ruang dokter, tapi masih tidak menemukan pemain yang dimaksud. Dia juga tidak bertemu siapapun selain Shirley yang sedang mengecek ruang sebelah untuk mencari tali, masih tidak menyerah tentang mengikat mayat.Ditambah lagi mereka sedang diburu waktu.Seingatnya mereka baru menghabiskan waktu satu jam setelah misi dimulai, tapi Nightmare Whisper sudah menghitungnya menjadi seperempat dari waktu misi pertama. Mungkinkah setting waktu disini sama dengan instansi pertama?Ngomong-ngomong soal instansi, dia belum mengecek definisi tentang Ariel dan Eldoris di album. Kaizen mengetuk tahi lalat merah di tulang selangkanya dan langsung disuguhi foto empat orang pria. Lucia Gray, Xaver Madison, Ariel Delmare dan juga Eldoris Delmare.Keempat pria dalam foto itu membuka mata mereka secara bersamaan. Lucia yang menatapnya sambil menjilat bibirnya sendiri, Xaver yang menatapnya dengan senyum polos dan pipi merona, Ariel yang menata
Pintu lift terbuka. Sama seperti sebelumnya, Shirley adalah pihak yang melempar sesuatu keluar dan tidak mendapatkan respon negatif. Dua wanita ini dengan tenang berjalan keluar, melangkahi mayat Alpha yang masih ada didalam lift."Tunggu" Shirley menghentikan Kaizen.Gadis itu menatap pihak lain dengan mata bertanya."Kita tidak tau apakah boleh meninggalkan mayat di dalam lift atau tidak, bantu aku menarik mayat Alpha keluar" ajaknya, berjongkok dan menarik sebelah kaki pria itu.Kaizen menarik sebelah kaki yang lain dan menarik mayat berlumur darah serta cairan otak itu keluar, tapi walau begitu Shirley juga tak kunjung berhenti menarik mayat Alpha. "Shirley?" Tanyanya, memastikan."Aku tidak tau apakah Alpha sudah dihitung sebagai mayat atau tidak oleh Nightmare Whisper, tidak lucu kalau kita sampai dianggap meninggalkan rekan setim dan menerima hukuman" jelasnya.Penjelasan ini cukup masuk akal.Oleh karena itu Kaizen tetap membantu Shirley menarik mayat, lalu mendudukkannya di
Alpha membuka pintu kamar tempat mereka di kumpulkan sebelumnya, memperhatikan angka B77 yang sudah usang. Lalu membukakan pintu untuk dua wanita lain, sambil terus mewaspadai kemungkinan jebakan apapun. "Sunyi, apakah benar-benar hanya ada kita di gedung ini sebagai pemain?" Bisiknya, takut tiba-tiba akan muncul makhluk instansi yang menyerang mereka atau memulai penalti karena mengungkapkan identitas.Untungnya, Nightmare Whisper masih senyap.Hanya ada suara gema dari langkah kaki mereka bertiga."Sebenarnya apa misi kita?" Kaizen memancing dua orang lain agar mau berdiskusi."Aku tidak tau, tapi jika dilihat dari setting instansi dan buku yang pernah kubaca. Mungkin akan ada petunjuk jika kita mampir ke ruangan dokter, atau kamar mayat. Pilih saja, atau kalian mau berpencar?" Tawar Shirley.Alpha langsung menolak ide ini"Tidak. Kurasa lebih baik kita menebak dulu ini rumah sakit apa. Besar kemungkinan misi kita ada kaitannya dengan rumah sakit apa ini, tempat pertama kita dipang
Cahaya bulan menembus jendela tua yang tertutup gorden tipis, tampak usang dan kuno. Tembok yang lapuk dan penuh dengan noda hitam, membuat kesan seolah pernah ada tragedi hebat disana. Ranjang berderit keras bahkan hanya dengan sedikit gerakan, bisa ditebak tanpa harus berpikir lama bahwa tempat ini sudah luntur dari ingatan manusia.Kaizen menatap sorot senter yang diarahkan ke matanya dengan tenang, lalu berjalan mendekat ke orang-orang yang menatapnya takut-takut dan bertanya padanya "Apakah kau manusia atau hantu?""Mana ada orang yang menanyakan hal semacam itu dan yakin menerima jawaban jujur?" Ini adalah seorang wanita berseragam guru, dengan name tag yang berubah menjadi mozaik."Tidak ada salahnya bertanya, lagipula bukankah kita akan menghadapi situasi hidup dan mati bersama?" Balas orang pertama yang buka suara, pria yang memakai almamater kampus berwarna ungu."Ngomong-ngomong, kau bisa memanggilku 'Alpha'. Mohon kerjasamanya" lanjut pria itu."Golden Irish" balas Kaizen
"Mau bergandengan?" Tawar wanita yang sedang berjalan disampingnya, dengan wajah yang tertutup sempurna.Kaizen melihat uluran tangan ini dan merespon lambat".... Kurasa tidak."Rania tentu tidak akan memaksa dan menarik tangannya kembali, tersenyum"Oke."Keduanya berjalan menggunakan tangga darurat untuk menghindari CCTV, melangkah lambat dan hanya disambut gema. Kaizen adalah pihak pertama yang memecahkan keheningan "Sudah berapa proyek?"Dia melihat Kaizen yang membuka pintu salah satu lantai gedung dan menjawab"Lima web series dan dua box office."Berjalan beberapa langkah didepan, Kaizen menimpali dengan"Kau sudah menjadi orang besar sekarang."Rania tertawa kecil dan menatap lekat nomor unit dimana Kaizen berhenti melangkah"Mn. Sayang sekali aku salah negara, dan tidak ada kau disana."Gerakannya membuka pintu langsung terhenti dan dia berbalik memperingatkan "Rania, kita sudah pernah membahas ini."Yang diperingatkan hanya mengendikkan bahu, memalingkan muka saat Kaizen m
"Rania, bagaimana keadaanmu?" Riski bertanya dengan panik sambil menenteng minuman hangat.Gadis yang semula berambut panjang, tapi kini harus merelakan rambutnya dipotong oleh stylist karena kecelakaan kerja, menatap orang tambahan di belakang asistennya dan tertegun hingga berdiri tiba-tiba"Kaizen?""Rania, bagaimana keadaanmu?" Kaizen bertanya sambil meraba rambut pihak lain yang baru selesai dipotong.Mulut wanita itu terbuka dan tertutup seolah ingin mengatakan banyak hal, tapi yang keluar dari mulutnya hanya seulas senyum dan kalimat"Hanya terkejut, selebihnya tidak apa-apa."Jujur saja Kaizen terkejut mendapati bahwa hanya rambut Rania yang terbakar. Dia pikir setelah ditendang paksa oleh Nightmare Whisper, wanita ini akan mengalami luka yang sangat parah karena pertarungan sebelumnya dengan burung hantu. Bagaimanapun juga, luka-luka yang didapat dalam pertarungan game akan dibawa ke dunia nyata.Benar, nama asli Aria adalah Rania Prameswari.Yang dikabarkan oleh sistem perma
[Selamat karena berhasil bertahan hidup dalam misi utama instansi ketiga: Laut yang tenang!]Pengumuman ini berbunyi bersamaan dengan ruang yang mulai terdistorsi dalam waktu yang cukup lama, membuat kepalanya terasa seolah sudah diputar-putar. [Tingkat kesulitan permainan: Normal][Kontributor terbesar: Golden Irish, Raven]Kehangatan di tubuhnya juga masih terasa, mengingat jiwa kedua Bos instansi baru saja selesai diserap. Membuat kesan seolah dia sudah melakukan kontak fisik dengan mahluk tak kasat mata.[Pukulan terakhir: Nancy Lionheart]Mendengar nama ini, dia cukup terkejut. Dia tidak menyangka bahwa kunci penyelesaian misi utama adalah bocah itu, bukan Aria ataupun Raven. Kegelapan dalam hati manusia memang sungguh tak tertebak.[Mendeteksi bug dalam permainan ... Memuat kompensasi untuk para pemain ...][Hadiah 2.000.000 poin pengalaman bertahan hidup, 10.000 keping senjata telah diberikan kepada para pemain][Survivor: Golden Irish, Winter, Raven, Aria, Nancy Lionheart][P
"Tunggu-"Perkataannya langsung dipotong oleh ciuman Eldoris sekali lagi, pelukan Merman itu di pinggangnya juga semakin erat, demikian pula tentakel yang sedang melilit kaki dan mulai naik ke pahanya. Butuh beberapa waktu bagi Kaizen untuk menstabilkan emosi dan turut membalas ciuman Eldoris.Merman yang mendapatkan balasan positif, tentu menjadi lebih agresif dan mulai memasukkan tangannya ke dalam pakaian Kaizen. Sebelum melepas pagutan mereka dan mulai menciumi leher dan tengkuk si gadis dengan rakus, membuat tanda di pundak dan leher.Ariel sendiri tidak tinggal diam.Begitu melihat bahwa kakaknya sudah selesai dengan bagian mulut, Ariel menggantikannya untuk mencium Kaizen. Tentakelnya juga semakin gencar melakukan tugas penyembuh sekaligus memancing panas dalam diri Kaizen. Gadis itu mengerang lembut, satu tangannya menekan tengkuk Ariel sementara tangannya yang lain memeluk kepala Eldoris.Dia tersentak begitu salah satu tentakel Ariel naik ke bagian tertentu di tubuhnya, seme