Share

Bab 89

Penulis: Pelmen_minmin
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-19 10:33:13

***

Usai makan malam, membiarkan meja dibersihkan pelayan, Luga dengan tanpa beban menggendong Yerinsa untuk kembali ke kamar tidur. Menggendong seakan itu hanya boneka berisi kapas ringan, berjalan tanpa mendengarkan permintaan Yerinsa yang ingin diturunkan.

"Sepertinya aku harus membelikan dress lebih banyak nanti," kata Luga dengan tawa kecil membenahi gendongan yang melorot.

"Apa? Untuk apa? Kenapa?" tanya Yerinsa mendadak panik, otomatis rontaan untuk meminta diturunkan berhenti.

"Kamu sedikit lebih berat, jadi kurasa dress yang sekarang akan kekecilan untukmu," jawab Luga tenang, lega saat Yerinsa tidak lagi memberontak.

Yerinsa tercengang, lalu menggeleng. "Tetap tidak mungkin sebanyak itu, paling hanya beberapa kilo, itu karena aku hanya makan dan tidur selama di sini," ujarnya berdecak-decak sambil menunjukkan pergelangan tangan yang masih normal.

"Kita tidak tau, bisa saja sebulan kemudian kamu menjadi gendut," kata Luga dengan senyum kecil di sudut bibir melirik gadis di ge
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Obsesi sang protagonis   Bab 90

    ***Untuk alasan suara gemerincing yang terdengar setiap mengambil langkah, Yerinsa tidak heran lagi. Bangun pagi menemukan dirinya sendirian di atas kasur dan dalam keadaan kaki sudah dibelenggu.Kebiasaan sejak di kediaman ini.Bongkar-pasang rantai di kaki itu mulai terbiasa Yerinsa alami, walaupun selalu tidak tau kapan Luga memasangkan. Bahkan tidak tau juga kapan Luga pergi, karena selalu hilang saat dia bangun. Salahkan saja tidur Yerinsa yang selalu nyenyak setiap malam tanpa peduli tempat dan suasana.Ketukan di pintu menarik atensi Yerinsa dari rantai di kaki. "Masuk," serunya singkat.Detik selanjutnya wajah Ruan Ruan dan Chang Mei muncul dengan senyum halus, mendekati di mana Yerinsa berdiri masih mengenakan handuk mandi."Selamat pagi, Nona. Bagaimana tidur Anda?" Ruan Ruan menyapa, akhir-akhir ini baru Yerinsa ketahui perempuan itu cukup bersemangat sikapnya."Selamat pagi, itu nyaman seperti biasa," balas Yerinsa dengan senyum simpul.Dua pelayan itu menuntun Yerinsa un

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Obsesi sang protagonis   Bab 91

    ***Yerinsa berdecak kagum memikirkan betapa besar keluarga Roosevelt sebenarnya. Total ada sembilan cucu dari tiga orang putra, bisa dibayangkan berapa besar tanggung jawab setiap anggota keluarga.Bisa juga terbayangkan betapa banyak harta keluarga ini, sampai setiap orang bisa menguasai beberapa cabang perusahaan seperti Luga.Semua itu baru harta dari pihak ayah, belum lagi pihak almarhumah ibu Luga, memikirkan itu membuat jiwa miskin Yerinsa meringis."Lalu, dua saudara Luga yang lain?" tanya Yerinsa lagi."Kakak pertama Tuan Muda ada di Italy, tapi berbeda tempat dengan adik perempuan mereka di Roma yang menempati rumah orangtua, sedangkan kakak ke dua Tuan Muda ada di Rusia," jawab Chang Mei setelah tampak mengingat-ingat sejenak."Roosevelt terkenal dengan gen kuat para laki-laki, kan? Bahkan lima sepupu Tuan Muda adalah laki-laki," sela Ruan Ruan menatap rekannya seakan berdiskusi serius.Chang Mei mengangguk setuju. "Satu-satunya perempuan berdarah Roosevelt hanya adik tuan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Obsesi sang protagonis   Bab 92

    ***Luga menatap bangunan mewah di depan dengan pandangan nostalgia begitu keluar dari mobil, merapikan jas biru dongker yang membalut tubuh sebelum melangkah ke undangan anak tangga di teras.Lampu kristal di langit-langit teras menyala, bersama lampu lainnya membuat halaman itu terang-benderang hingga ke pos penjagaan di gerbang.Kediaman De Vries ...Terhitung ini sudah ke tiga kali Luga mendatangi rumah ini secara sengaja, ditambah satu kali dulu saat mengantar Yerinsa, tapi tidak masuk.Menekan bel dua kali, tak lama pintu dibuka oleh seorang pelayan, tampak terkesiap pelan melihat wajah sang tamu yang begitu dekat."A-Ah, Anda ingin bertemu siapa?" Mauren bertanya terbata, sedikit menyingkir dari ambang pintu rumah untuk mempersilahkan tamu masuk."Semuanya, Tuan dan Nyonya, dan Gabriel," jawab Luga sambil melangkah masuk dengan pandangan menyapu sekitar.Semua tata letak benda masih sama seperti terakhir kali dia datang tempo bulan, tidak ada perubahan, mungkin hanya suasana ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Obsesi sang protagonis   Bab 93

    ***"Aku tau kamulah bajingan itu! Kembalikan kembaranku! Apa kamu berpikir kamu berhak melakukan semua ini pada kami?! Apa yang kamu pikirkan, HAH!?" Gabriella berteriak tepat sejengkal dari wajah Luga yang mengedip berkali-kali merasakan hembusan napas panas dari gadis itu.Abrady dan Margareth spontan ikut bangkit berdiri, menarik putri mereka untuk menjauh dari Luga, berusaha melepaskan cengkeraman maut Gabriella di kemeja yang menjadi kusut."Gabby, Sayang, tenanglah dulu, lepaskan dia," bujuk Margareth panik menarik tangan Gabriella yang mengepal kuat.Meja di tengah antara set sofa itu bergeser terdorong kaki entah milik siapa karena keributan tiba-tiba."Apa menurut Ibu aku bisa diam dan tenang mendengarkan dia bicara setelah akhirnya dia mengakui kejahatannya? Tepat di depan kita, di depan keluarga korban yang dia culik dan dia sembunyikan. Ibu dan Ayah mungkin tidak berani bertindak karena laki-laki brengsek ini memiliki segalanya, tapi aku tidak. Dia yang membuat keluarga k

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Obsesi sang protagonis   Bab 94

    ***"Selamat datang, Tuan Muda."Sejumlah pelayan yang berdiri berjajar merundukkan tubuh sembilan puluh derajat menyambut Luga begitu memasuki pintu masuk utama mansion mewah itu."Di mana Vie-ku?" tanya Luga langsung, sambil melangkah lebih masuk.Beberapa orang bawahan yang mengikuti di belakang membawa cukup banyak paperbag, dan sebuah buket bunga mawar biru."Ada di kamar, Tuan. Nona belum bangun dari tidur siang dua jam lalu," jawab kepala pelayan yang merupakan seorang wanita dewasa dengan pakaian formal.Tentu saja Yerinsa di kamar, memangnya bisa ke mana gadis itu dalam keadaan kaki terantai belenggu. Luga mendengkus geli dengan pemikiran sendiri, sejujurnya hanya memastikan saja.Luga melempar sembarangan jas yang baru dilepas ke arah pelayan, disambut dengan kelabakan. Lalu, menoleh pada pria yang membawa buket bunga. "Kemarikan," katanya mengulurkan tangan.Buket bunga diberikan, laki-laki itu berlalu menuju tangga untuk naik ke lantai atas sambil melepas kancing lengan da

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Obsesi sang protagonis   Bab 95

    ***Siapa yang tidak akan terkejut jika mendapati jari dimasukkan ke mulut seseorang seakan itu sebuah lolipop.Luga tertawa pelan. "Sudah kubilang untuk memelukku," katanya sambil merebahkan diri kembali.Kening di antara alis Yerinsa bertaut sebal sebelum menjatuhkan diri dalam pelukan Luga, meletakkan kepala di atas dada bidang itu dan membiarkan laki-laki itu mengusap pundaknya.Kamar menjadi hening saat keduanya tidak ada yang membuka mulut untuk bicara, Luga menikmati waktu nyaman mereka, sementara Yerinsa setengah melamun.Apa yang Luga urus selama pergi dua bulan ini?"Vie," panggil Luga memecah keheningan, yang dibalas dengan gumaman samar."Kalau aku ... mempertemukanmu dengan keluargamu, apa kamu senang?" tanya Luga dengan suara rendah seakan ragu.Yerinsa mengerjab, kemudian mengangkat pandangan untuk menatap Luga yang rupanya hanya menatap lurus ke atas lampu di langit-langit."Tentu saja. Apa kamu akan melakukan itu? Kamu akan mengembalikanku? Kapan?" Pertanyaan Yerinsa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Obsesi sang protagonis   Bab 96

    ***Lolita dress biru muda lembut dengan renda di ujung rok dan berlengan panjang, hari ini dikenakan Yerinsa. Panjang hanya mencapai lutut, dan bagian lengan berwarna putih.Jepit rambut burung bangau dari permata disematkan ke sisi telinga sebelah kiri Yerinsa, sementara sejumlah kecil rambut di sisi kanan dikepang menjuntai hingga ujung.Suara jatuhnya belenggu menghantam lantai membuat Yerinsa mendesah lega tanpa sadar, saat ini duduk di pangkuan Luga yang baru saja melepas rantai di kaki hingga terasa lebih ringan."Lebih nyaman?" tanya Luga sambil mengelus bekas kemerahan di pergelangan kaki itu yang selama dua bulan ini menyandang pengekang.Yerinsa mengangguk. "Ini jadi lebih ringan," jawabnya.Chang Mei datang dari ruang ganti membawa sepasang high heels jenis ankle straps tidak terlalu tinggi, haknya hanya sekitar lima senti berwarna biru muda senada dress, dan kaus kaki putih transparan berenda.Berlutut di kaki Yerinsa, pelayan itu memasangkan kaus kaki sebelum sepatu, den

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Obsesi sang protagonis   Bab 97

    ***Untuk sementara Luga hanya diam membalas senyum itu dengan tatapan tenang, tak lama ikut tersenyum dan mengangguk sebelum menarik kepala Yerinsa untuk jatuh ke dalam pelukan."Aku tau," kata Luga singkat.Sesaat Yerinsa berkerut dahi, balasan Luga bukankah sedikit tidak nyambung?Tapi, tidak masalah, selagi laki-laki itu tidak tersinggung, Yerinsa aman.Luga menatap dinding dengan pandangan kelewat tajam seakan ingin melubangi menggunakan laser dari mata, sesaat kemudian menyeringai sinis sebelum menutup mata dan mengecup puncak kepala gadis dalam pelukan."Aku tidak khawatir dibenci siapapun," ujar Luga sambil mengurai pelukan."Ya. Ya. Tuan tidak takut apapun. Aku tau, bahkan kalau seluruh dunia membencimu, kamu tidak akan khawatir," cibir Yerinsa sambil bersandar di sofa dan mengayunkan kaki.Luga terkekeh rendah, mengusak puncak rambut gadis itu. "Kecuali kebencianmu," ujarnya.Yerinsa melirik dengan bersidekap di dada, "jangan mencoba menggoda, kamu sangat tidak cocok."Kekeh

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21

Bab terbaru

  • Obsesi sang protagonis   Bab 103

    ***"Vie, tenanglah," bisik Luga kesulitan menahan lonjakan tenaga gadis itu."Sakit! Sakiitt! Sakiitt!" Yerinsa tidak menahan jeritan untuk mengeluarkan segala keluhan yang hanya bisa diwakili satu jenis kata itu saja.Memeluk erat gadis yang menggeliat seperti cacing kepanasan, Luga tidak mengatakan apapun selain membantu menekan kepala itu ke dadanya, juga membiarkan kemeja kusut direnggut Yerinsa.Bercak kemerahan timbul di kemeja, Luga mendesis rendah merasakan luka jahitan pasti terbuka kembali karena tersikut lengan Yerinsa, membuat kain kasa ikut bernoda darah."Gerald!" teriak Luga ke arah pintu masuk.Hanya butuh satu detik untuk seorang pria masuk terburu-buru. "Saya, Tuan Muda," sahutnya."Bantu aku," kata Luga sambil mengeluarkan sebuah botol kecil dan suntikan dari saku celana.Pria bernama Gerald mendekati tempat tidur, membantu memindah isi cairan dari botol ke dalam suntikan, lalu menyerahkan kembali pada Luga, membiarkan sang tuan muda menyuntik sendiri.Tubuh Yerins

  • Obsesi sang protagonis   Bab 102

    ***Abrady menegang di posisi memangku Yerinsa, merasakan moncong dingin revolver menyentuh tepat di pelipis sama seperti sebelumnya dialami Luga. Selain itu, tanpa diduga sederet pria kekar bersenjata yang sebelumnya mengancam Luga, kini malah berpaling mengancam Abrady.Pertemuan mengharukan yang diimpikan akan berakhir indah nyatanya tidak semulus yang dibayangkan. Rencana diam-diam memang sudah disusun sebelum keberangkatan, membayar sejumlah penembak jitu sebagai pelindung dan bisa digunakan mengancam.Namun, siapa menyangka Luga tau satu langkah di depan Abrady."Kupikir manusia, ternyata memang serangga yang tidak memiliki akal," desis Luga dengan sorot mata kelewat dingin."Apa yang sudah kamu lakukan pada orang-orangku?" tanya Abrady geram.Seringai Luga tersungging lebar. "Sejak kapan mereka orang-orangmu?" tanyanya mengejek."AYAH!" teriak Gabriella saat situasi dua pria itu mendadak terbalik.Margareth menangis melihat sang suami berada di bawah target ancaman Luga sekaran

  • Obsesi sang protagonis   Bab 101

    ***"Luga!" pekik Yerinsa kencang melihat Luga ambruk di tanah dengan memegang satu kaki.Tubuh Yerinsa gemetar, menatap sang ayah yang baru saja memberikan perintah menembak. Bagaimana bisa ayahnya memerintahkan hal sekejam itu dilakukan pada Luga, bahkan tanpa pembicaraan apapun di antara mereka."Yerin, jangan ke mana-mana! Tetap di sini!" Margareth menyusul berteriak saat Yerinsa benar-benar akan turun dari kursinya."Lepaskan aku, Bu. Ayah melukai Luga," pinta Yerinsa tanpa sadar mata sudah berkaca-kaca."Dia pantas mendapatkannya, Yerin. Bahkan harusnya lebih dari itu," sentak Gabriella, menarik kasar Yerinsa agar kembali duduk.Yerinsa menoleh tercengang. "Apa maksudmu dia pantas mendapatkan itu? Kamu mendukung Ayah melakukan kejahatan?" tanyanya tidak percaya."Sayang, percayalah pada Ayahmu, dia ingin kita semua kembali, seperti dulu lagi, mengertilah," ujar Margareth lembut mengusap pipi basah Yerinsa."Tapi, tidak perlu dengan hal keterlaluan seperti ini, Bu. Jangan melukai

  • Obsesi sang protagonis   Bab 100

    ***Kerinduan yang terpendam selama berbulan-bulan membuncah di mata biru itu, segera pandangan Yerinsa buram akibat berkaca-kaca. Bahagia menggelegak dari lubuk hati begitu melihat sosok Gabriella, Margareth, lalu disusul Arbady turun dari helikopter dibantu beberapa orang berpakaian hitam tebal seperti jaket boomber.Mereka benar-benar di sini, melihatnya, bertatapan dengannya penuh rindu, dalam jarak yang hanya terpaut lebih dari sepuluh meter.Satu langkah pertama Yerinsa ambil saat helikopter dimatikan dan udara sekitar menjadi tenang, lupa bahwa tadi berlari bersama Luga hingga tautan tangan itu terlepas untuk menyongsong menyambut keluarga tercinta.Luga menatap tangan sendiri yang menggantung di udara, kehangatan kecil dari tangan lembut menghilang perlahan. Menatap punggung sempit bak peri yang berlari menuju gerbang kehidupan alam bebas, tangan Luga mendadak terkepal."Ibu," lirih Yerinsa dengan setetes linangan air mata jatuh di pipi, menatap sang ibu yang juga mendekat."A

  • Obsesi sang protagonis   Bab 99

    ***Yerinsa mengangguk sambil menerima jabat tangan itu, bangkit berdiri di atas kekuatan kaki sendiri. Aroma musk yang familiar di hidung Yerinsa sekarang tercium dari tubuh Luga bersama campuran wangi mint dari sabun mandi."Ayo turun sekarang," ajak Yerinsa saat tangan sudah digenggam erat.Baru saja akan melangkah lebih dulu memimpin jalan ke arah pintu keluar, niatnya tidak bisa terlaksana karena kaki Luga masih terpaku kuat di lantai, tidak bergeser saat ditarik."Ada apa?" tanya Yerinsa heran, menoleh menatap Luga yang masih diam."Morning kiss, kamu belum memberikannya," kata Luga dengan dahi berkerut samar."A- ... Oh," gumam Yerinsa gugup, masih ada dua pelayan selain mereka di kamar ini, jadi mendadak canggung oleh kalimat Luga yang diucapkan tanpa malu.Luga melirik Chang Mei dan Ruan Ruan yang menjadi sumber kegugupan Yerinsa. Dengan gerakan bola mata saja sudah cukup membuat mereka mengerti dan merundukkan tubuh."K-Kalau begitu kami permisi, Nona, Tuan." Chang Mei berka

  • Obsesi sang protagonis   Bab 98

    ***Hari yang dinanti Yerinsa selama dua hari belakangan, tidak, lebih tepatnya tujuh bulan ini, akhirnya tiba. Bangun pagi dengan semangat empat-lima bahkan sebelum Chang Mei dan Ruan Ruan membangunkan.Saat dua pelayan itu memasuki kamar, Yerinsa sudah berendam di air hangat dalam bathup. Bersenandung kecil sambil memainkan busa sabun yang menggunung di permukaan air hingga wangi semerbak memenuhi kamar mandi.Jadi, setelah Yerinsa keluar kamar mandi, Lolita dress hitam beserta seluruh aksesoris dari atas kepala hingga ujung kaki sudah disiapkan Ruan Ruan, sementara Chang Mei menunggui di depan pintu ruang ganti."Anda sangat senang, Nona," komentar Chang Mei sambil membantu mengeringkan sisa bulir air di wajah dan leher Yerinsa."Tentu, hari ini akhirnya aku dijemput keluargaku," balas Yerinsa lebih bersemangat dari hari biasanya.Dua pelayan yang membantu Yerinsa mengenakan pakaian itu saling tatap sejenak, ada sepintas keresahan di sorot mata mereka sebelum menatap Yerinsa dengan

  • Obsesi sang protagonis   Bab 97

    ***Untuk sementara Luga hanya diam membalas senyum itu dengan tatapan tenang, tak lama ikut tersenyum dan mengangguk sebelum menarik kepala Yerinsa untuk jatuh ke dalam pelukan."Aku tau," kata Luga singkat.Sesaat Yerinsa berkerut dahi, balasan Luga bukankah sedikit tidak nyambung?Tapi, tidak masalah, selagi laki-laki itu tidak tersinggung, Yerinsa aman.Luga menatap dinding dengan pandangan kelewat tajam seakan ingin melubangi menggunakan laser dari mata, sesaat kemudian menyeringai sinis sebelum menutup mata dan mengecup puncak kepala gadis dalam pelukan."Aku tidak khawatir dibenci siapapun," ujar Luga sambil mengurai pelukan."Ya. Ya. Tuan tidak takut apapun. Aku tau, bahkan kalau seluruh dunia membencimu, kamu tidak akan khawatir," cibir Yerinsa sambil bersandar di sofa dan mengayunkan kaki.Luga terkekeh rendah, mengusak puncak rambut gadis itu. "Kecuali kebencianmu," ujarnya.Yerinsa melirik dengan bersidekap di dada, "jangan mencoba menggoda, kamu sangat tidak cocok."Kekeh

  • Obsesi sang protagonis   Bab 96

    ***Lolita dress biru muda lembut dengan renda di ujung rok dan berlengan panjang, hari ini dikenakan Yerinsa. Panjang hanya mencapai lutut, dan bagian lengan berwarna putih.Jepit rambut burung bangau dari permata disematkan ke sisi telinga sebelah kiri Yerinsa, sementara sejumlah kecil rambut di sisi kanan dikepang menjuntai hingga ujung.Suara jatuhnya belenggu menghantam lantai membuat Yerinsa mendesah lega tanpa sadar, saat ini duduk di pangkuan Luga yang baru saja melepas rantai di kaki hingga terasa lebih ringan."Lebih nyaman?" tanya Luga sambil mengelus bekas kemerahan di pergelangan kaki itu yang selama dua bulan ini menyandang pengekang.Yerinsa mengangguk. "Ini jadi lebih ringan," jawabnya.Chang Mei datang dari ruang ganti membawa sepasang high heels jenis ankle straps tidak terlalu tinggi, haknya hanya sekitar lima senti berwarna biru muda senada dress, dan kaus kaki putih transparan berenda.Berlutut di kaki Yerinsa, pelayan itu memasangkan kaus kaki sebelum sepatu, den

  • Obsesi sang protagonis   Bab 95

    ***Siapa yang tidak akan terkejut jika mendapati jari dimasukkan ke mulut seseorang seakan itu sebuah lolipop.Luga tertawa pelan. "Sudah kubilang untuk memelukku," katanya sambil merebahkan diri kembali.Kening di antara alis Yerinsa bertaut sebal sebelum menjatuhkan diri dalam pelukan Luga, meletakkan kepala di atas dada bidang itu dan membiarkan laki-laki itu mengusap pundaknya.Kamar menjadi hening saat keduanya tidak ada yang membuka mulut untuk bicara, Luga menikmati waktu nyaman mereka, sementara Yerinsa setengah melamun.Apa yang Luga urus selama pergi dua bulan ini?"Vie," panggil Luga memecah keheningan, yang dibalas dengan gumaman samar."Kalau aku ... mempertemukanmu dengan keluargamu, apa kamu senang?" tanya Luga dengan suara rendah seakan ragu.Yerinsa mengerjab, kemudian mengangkat pandangan untuk menatap Luga yang rupanya hanya menatap lurus ke atas lampu di langit-langit."Tentu saja. Apa kamu akan melakukan itu? Kamu akan mengembalikanku? Kapan?" Pertanyaan Yerinsa

DMCA.com Protection Status