***Yerinsa berdecak kagum memikirkan betapa besar keluarga Roosevelt sebenarnya. Total ada sembilan cucu dari tiga orang putra, bisa dibayangkan berapa besar tanggung jawab setiap anggota keluarga.Bisa juga terbayangkan betapa banyak harta keluarga ini, sampai setiap orang bisa menguasai beberapa cabang perusahaan seperti Luga.Semua itu baru harta dari pihak ayah, belum lagi pihak almarhumah ibu Luga, memikirkan itu membuat jiwa miskin Yerinsa meringis."Lalu, dua saudara Luga yang lain?" tanya Yerinsa lagi."Kakak pertama Tuan Muda ada di Italy, tapi berbeda tempat dengan adik perempuan mereka di Roma yang menempati rumah orangtua, sedangkan kakak ke dua Tuan Muda ada di Rusia," jawab Chang Mei setelah tampak mengingat-ingat sejenak."Roosevelt terkenal dengan gen kuat para laki-laki, kan? Bahkan lima sepupu Tuan Muda adalah laki-laki," sela Ruan Ruan menatap rekannya seakan berdiskusi serius.Chang Mei mengangguk setuju. "Satu-satunya perempuan berdarah Roosevelt hanya adik tuan
***Luga menatap bangunan mewah di depan dengan pandangan nostalgia begitu keluar dari mobil, merapikan jas biru dongker yang membalut tubuh sebelum melangkah ke undangan anak tangga di teras.Lampu kristal di langit-langit teras menyala, bersama lampu lainnya membuat halaman itu terang-benderang hingga ke pos penjagaan di gerbang.Kediaman De Vries ...Terhitung ini sudah ke tiga kali Luga mendatangi rumah ini secara sengaja, ditambah satu kali dulu saat mengantar Yerinsa, tapi tidak masuk.Menekan bel dua kali, tak lama pintu dibuka oleh seorang pelayan, tampak terkesiap pelan melihat wajah sang tamu yang begitu dekat."A-Ah, Anda ingin bertemu siapa?" Mauren bertanya terbata, sedikit menyingkir dari ambang pintu rumah untuk mempersilahkan tamu masuk."Semuanya, Tuan dan Nyonya, dan Gabriel," jawab Luga sambil melangkah masuk dengan pandangan menyapu sekitar.Semua tata letak benda masih sama seperti terakhir kali dia datang tempo bulan, tidak ada perubahan, mungkin hanya suasana ya
***"Aku tau kamulah bajingan itu! Kembalikan kembaranku! Apa kamu berpikir kamu berhak melakukan semua ini pada kami?! Apa yang kamu pikirkan, HAH!?" Gabriella berteriak tepat sejengkal dari wajah Luga yang mengedip berkali-kali merasakan hembusan napas panas dari gadis itu.Abrady dan Margareth spontan ikut bangkit berdiri, menarik putri mereka untuk menjauh dari Luga, berusaha melepaskan cengkeraman maut Gabriella di kemeja yang menjadi kusut."Gabby, Sayang, tenanglah dulu, lepaskan dia," bujuk Margareth panik menarik tangan Gabriella yang mengepal kuat.Meja di tengah antara set sofa itu bergeser terdorong kaki entah milik siapa karena keributan tiba-tiba."Apa menurut Ibu aku bisa diam dan tenang mendengarkan dia bicara setelah akhirnya dia mengakui kejahatannya? Tepat di depan kita, di depan keluarga korban yang dia culik dan dia sembunyikan. Ibu dan Ayah mungkin tidak berani bertindak karena laki-laki brengsek ini memiliki segalanya, tapi aku tidak. Dia yang membuat keluarga k
***"Selamat datang, Tuan Muda."Sejumlah pelayan yang berdiri berjajar merundukkan tubuh sembilan puluh derajat menyambut Luga begitu memasuki pintu masuk utama mansion mewah itu."Di mana Vie-ku?" tanya Luga langsung, sambil melangkah lebih masuk.Beberapa orang bawahan yang mengikuti di belakang membawa cukup banyak paperbag, dan sebuah buket bunga mawar biru."Ada di kamar, Tuan. Nona belum bangun dari tidur siang dua jam lalu," jawab kepala pelayan yang merupakan seorang wanita dewasa dengan pakaian formal.Tentu saja Yerinsa di kamar, memangnya bisa ke mana gadis itu dalam keadaan kaki terantai belenggu. Luga mendengkus geli dengan pemikiran sendiri, sejujurnya hanya memastikan saja.Luga melempar sembarangan jas yang baru dilepas ke arah pelayan, disambut dengan kelabakan. Lalu, menoleh pada pria yang membawa buket bunga. "Kemarikan," katanya mengulurkan tangan.Buket bunga diberikan, laki-laki itu berlalu menuju tangga untuk naik ke lantai atas sambil melepas kancing lengan da
***Siapa yang tidak akan terkejut jika mendapati jari dimasukkan ke mulut seseorang seakan itu sebuah lolipop.Luga tertawa pelan. "Sudah kubilang untuk memelukku," katanya sambil merebahkan diri kembali.Kening di antara alis Yerinsa bertaut sebal sebelum menjatuhkan diri dalam pelukan Luga, meletakkan kepala di atas dada bidang itu dan membiarkan laki-laki itu mengusap pundaknya.Kamar menjadi hening saat keduanya tidak ada yang membuka mulut untuk bicara, Luga menikmati waktu nyaman mereka, sementara Yerinsa setengah melamun.Apa yang Luga urus selama pergi dua bulan ini?"Vie," panggil Luga memecah keheningan, yang dibalas dengan gumaman samar."Kalau aku ... mempertemukanmu dengan keluargamu, apa kamu senang?" tanya Luga dengan suara rendah seakan ragu.Yerinsa mengerjab, kemudian mengangkat pandangan untuk menatap Luga yang rupanya hanya menatap lurus ke atas lampu di langit-langit."Tentu saja. Apa kamu akan melakukan itu? Kamu akan mengembalikanku? Kapan?" Pertanyaan Yerinsa
***Lolita dress biru muda lembut dengan renda di ujung rok dan berlengan panjang, hari ini dikenakan Yerinsa. Panjang hanya mencapai lutut, dan bagian lengan berwarna putih.Jepit rambut burung bangau dari permata disematkan ke sisi telinga sebelah kiri Yerinsa, sementara sejumlah kecil rambut di sisi kanan dikepang menjuntai hingga ujung.Suara jatuhnya belenggu menghantam lantai membuat Yerinsa mendesah lega tanpa sadar, saat ini duduk di pangkuan Luga yang baru saja melepas rantai di kaki hingga terasa lebih ringan."Lebih nyaman?" tanya Luga sambil mengelus bekas kemerahan di pergelangan kaki itu yang selama dua bulan ini menyandang pengekang.Yerinsa mengangguk. "Ini jadi lebih ringan," jawabnya.Chang Mei datang dari ruang ganti membawa sepasang high heels jenis ankle straps tidak terlalu tinggi, haknya hanya sekitar lima senti berwarna biru muda senada dress, dan kaus kaki putih transparan berenda.Berlutut di kaki Yerinsa, pelayan itu memasangkan kaus kaki sebelum sepatu, den
***Untuk sementara Luga hanya diam membalas senyum itu dengan tatapan tenang, tak lama ikut tersenyum dan mengangguk sebelum menarik kepala Yerinsa untuk jatuh ke dalam pelukan."Aku tau," kata Luga singkat.Sesaat Yerinsa berkerut dahi, balasan Luga bukankah sedikit tidak nyambung?Tapi, tidak masalah, selagi laki-laki itu tidak tersinggung, Yerinsa aman.Luga menatap dinding dengan pandangan kelewat tajam seakan ingin melubangi menggunakan laser dari mata, sesaat kemudian menyeringai sinis sebelum menutup mata dan mengecup puncak kepala gadis dalam pelukan."Aku tidak khawatir dibenci siapapun," ujar Luga sambil mengurai pelukan."Ya. Ya. Tuan tidak takut apapun. Aku tau, bahkan kalau seluruh dunia membencimu, kamu tidak akan khawatir," cibir Yerinsa sambil bersandar di sofa dan mengayunkan kaki.Luga terkekeh rendah, mengusak puncak rambut gadis itu. "Kecuali kebencianmu," ujarnya.Yerinsa melirik dengan bersidekap di dada, "jangan mencoba menggoda, kamu sangat tidak cocok."Kekeh
***Hari yang dinanti Yerinsa selama dua hari belakangan, tidak, lebih tepatnya tujuh bulan ini, akhirnya tiba. Bangun pagi dengan semangat empat-lima bahkan sebelum Chang Mei dan Ruan Ruan membangunkan.Saat dua pelayan itu memasuki kamar, Yerinsa sudah berendam di air hangat dalam bathup. Bersenandung kecil sambil memainkan busa sabun yang menggunung di permukaan air hingga wangi semerbak memenuhi kamar mandi.Jadi, setelah Yerinsa keluar kamar mandi, Lolita dress hitam beserta seluruh aksesoris dari atas kepala hingga ujung kaki sudah disiapkan Ruan Ruan, sementara Chang Mei menunggui di depan pintu ruang ganti."Anda sangat senang, Nona," komentar Chang Mei sambil membantu mengeringkan sisa bulir air di wajah dan leher Yerinsa."Tentu, hari ini akhirnya aku dijemput keluargaku," balas Yerinsa lebih bersemangat dari hari biasanya.Dua pelayan yang membantu Yerinsa mengenakan pakaian itu saling tatap sejenak, ada sepintas keresahan di sorot mata mereka sebelum menatap Yerinsa dengan