Share

Bab 79

Penulis: Pelmen_minmin
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-18 10:15:00

***

"Kakek tidak ingin melihatku ada di Italy, jadi mengirim ke sini agar aku sibuk hingga tidak bisa pulang," terang Luga dengan pandangan lurus menerawang pada kumpulan bunga.

"Kenapa?" tanya Yerinsa lebih hati-hati.

"Karena aku tidak mau menjadi seperti yang dia inginkan," jawab Luga, melirik Yerinsa sebelum terkekeh pelan.

Menatap genggaman tangan mereka, Luga melanjutkan, "sebenarnya, menjadi salah satu dari pemilik nama Roosevelt itu ... seperti hidup dalam neraka."

Yerinsa tertegun, memang sudah tau bahwa Luga hidup dalam keluarga yang tidak ada cinta di antara anggotanya, tapi jika disejajarkan dengan kata neraka itu agak menakutkan.

"Kakek memiliki prinsip yang tidak sama seperti kebanyakan orang, anak dan cucunya dituntut untuk menjadi Raja dalam segala hal, kalau tidak sanggup, nama Roosevelt tidak pantas diterima," terang Luga perlahan.

"Tapi kamu memiliki nama Roosevelt, bukankah artinya kamu pantas?" Yerinsa mengernyit dahi, bertanya sedikit tidak mengerti.

Genggaman tan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Obsesi sang protagonis   Bab 80

    ***{ Tiada hari tanpa raut sendu di wajah cantik itu, iris biru selalu berlinang air mata, dan awan mendung senantiasa menggantung di atas kepala gadis dengan gaun indah itu.Gabriella menatap kosong pada pergelangan tangan kiri yang diperban kain kasa, keputusasaan selalu menyebar pada gadis itu setiap saat.Pintu kamar tidur menjeblak terbuka ditendang dari luar, sosok tinggi semampai Luga muncul dengan raut garang tak tertahankan, berjalan masuk seakan setiap langkah yang diambil mengeluarkan aura membunuh keberanian lawan."Mencoba bunuh diri lagi?"Pertanyaan dingin keluar dari mulut itu, berhenti setelah berdiri tepat di depan Gabriella yang duduk menunduk.Mata amber setajam belati memindai keadaan gadis kurus di sofa, tubuh itu jauh lebih kurus dari pertama mereka berkenalan. Menemukan pergelangan tangan berbalut kain kasa, sepertinya luka irisan di nadi."Harus berapa kali kukatakan untuk berhenti melakukan hal bodoh semacam itu?" geram Luga rendah, merundukkan tubuh untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-18
  • Obsesi sang protagonis   Bab 81

    ***Tersenyum saat melihat gadis itu mengunyah cepat seperti kelinci, alis bertaut menatapnya dengan mata bulat berlensa kontak hijau."Apa maksudmu aku-" Yerinsa hampir menyanggah kalimat Luga sebelum terhenti mendadak, pupil mengecil saat satu kemungkinan muncul di benaknya."Oh-!" pekik Yerinsa kencang, seketika menelan kunyahan buah. Menatap Luga seakan tidak percaya pada sesuatu yang sudah terpikirkan dalam kepala."Tentu saja. Ya. Aku tau. Kalau aku mati, kamu akan membuat Gabby menempati posisi sepertiku sekarang, kan? Hah, kamu memang sejahat itu," tuding Yerinsa mantap, telunjuk teracung di ujung hidung Luga.Tapi Luga tidak langsung merespon, wajah masih tenang sesaat sebelum menunjukkan sebuah senyum ringan."Aku terlanjur menginginkanmu, jadi harus bagaimana? Kalau kamu mati, mungkin aku akan menjadikan Gabriel sebagai gantinya. Wajah kalian memang tidak mirip bagiku, tapi setidaknya memiliki DNA yang sama," ujar Luga tanpa beban.Sukses membuat Yerinsa mengerjab berkali-k

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-18
  • Obsesi sang protagonis   Bab 82

    ***Rantai bergemerincing di kaki Yerinsa saat berjalan keluar dari kamar mandi, baru saja mandi meski jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Ada Chang Mei yang sedang meletakkan nampan sarapan di atas meja di depan sofa yang berhadapan dengan televisi menempel di dinding."Mari, saya bantu mengenakan pakaian, Nona." Ruan Ruan menuntun Yerinsa ke ruang ganti di mana sebuah terusan sweater rajut sudah disiapkan.Tidak ada Luga, Yerinsa tidak perlu berdandan seperti boneka dengan dress lolita. Tapi, seperti yang pernah Luga katakan, rantai Yerinsa kembali dipasang jika laki-laki itu meninggalkan mansion.Selesai memakai pakaian, Yerinsa digiring keluar dari ruang ganti dan duduk di kursi meja rias. Chang Mei mendekati nona muda itu dan meraih sisir di meja nakas, baru satu sisiran, sejumlah rambut rontok tersangkut di gigi sisir.Yerinsa juga melihat itu, hanya berwajah tenang seperti biasa karena sudah tidak asing lagi dengan kerontokan sejak sebelum diculik. Rambut coklat kemerahan itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • Obsesi sang protagonis   Bab 83

    ***Pemberitahuan dari satu pengawal menghentikan langkah tenang Luga beberapa langkah di depan sebuah ruang rawat. Sejenak Luga hanya menatap pintu bercat hitam itu, bisa melihat ke dalam ruangan dari kaca persegi panjang di tengah atas pintu.Melihat seorang pria bersandar setengah terbaring di ranjang rawat tampak sedang bicara pada wanita yang mengeluarkan ekspresi rumit. Hanya ada pasangan itu di sana, gadis yang berwajah jiplakan Yerinsa tidak terlihat.Dengan buku jari Luga mengetuk pintu menginterupsi obrolan di dalam sana, beberapa saat menunggu Margareth mendekat untuk membukakan pintu, akhirnya benda itu dibuka."Ah, Tuan Luga." Margareth tampak sedikit terkejut dengan kedatangan tamu itu, melirik sebentar pada sang suami di ranjang, lalu menatap Luga lagi dengan senyum yang tidak sepenuhnya tulus."Masuklah, kamu berkunjung tepat saat suamiku siuman hari ini," ajak Margareth menunjukkan keramahan.Luga mengangguk, melangkah masuk sendiri setelah pintu dibuka lebih lebar, s

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • Obsesi sang protagonis   Bab 84

    ***Bantingan pintu mansion terdengar keras memecah keheningan malam, menyentak para pelayan yang menyambut di lantai pintu utama. Ekspresi keras Luga menandakan suasana hatinya sedang tidak bisa diajak beramah-tamah.Di antara para pelayan, tidak ada yang tau alasan kemarahan laki-laki itu tersulut, mereka bahkan tidak menduga kedatangan sang tuan muda yang begitu mendadak malam ini, hampir di saat semua penghuni kediaman sudah tidur."Tuan Muda, apakah Anda membutuhkan sesuatu?" Kepala pelayan bertanya dengan nada hati-hati."Tidak." Luga menjawab singkat sambil terus melangkah.Mantel dengan sedikit salju menempel di bagian pundak dilepas Luga kasar, melempar sembarangan ke arah seorang pelayan sambil terus menuju tangga utama.Langkah kaki berbalut jeans hitam dan sepatu vans putih menggema di tangga hingga ke lorong lantai dua. Dengan atasan sweater, tujuannya hanya satu, kamar Yerinsa.Luga membuka pintu kamar tidur tanpa menurunkan sedikitpun intensitas langkah, pencahayaan tem

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • Obsesi sang protagonis   Bab 85

    ***"Masuk," suruh Luga tidak terlalu keras.Pintu itu perlahan terbuka, Chang Mei masuk diikuti Ruan Ruan membawa sebuah nampan di tangan. Tampak linglung sesaat untuk meletakkan di mana mangkuk sarapan itu, berusaha tidak terlalu lama menatap pasangan di atas ranjang.Luga menyibak selimut pelan-pelan. "Siapkan air hangat!" perintahnya rendah."Saya siapkan," sahut Ruan Ruan segera bergegas ke kamar mandi, sementara Chang Mei menata sarapan di meja di depan sofa.Luga menggendong gadis dalam pelukan untuk turun dari kasur, memasuki kamar mandi melihat pelayan mengisi bathup dengan air dari keran yang mengeluarkan uap hangat, dan cairan wewangian."Sudah, Tuan," kata Ruan Ruan berbalik dari bak mandi ke arah Luga yang berdiri di ambang pintu.Melihat bathup sudah penuh terisi air dan busa samar di permukaan, Luga mendekat dan dengan lembut merendam Yerinsa. Ada sedikit reaksi dari tubuh itu, bergidik dan melenguh pelan, tanpa sadar mencengkeram ujung baju Luga."Siapa yang mengganti

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • Obsesi sang protagonis   Bab 86

    ***Bagi orangtua, tidak akan ada hal yang lebih berharga dari keluarga dan anak-anak, begitupun Margareth dan Abrady. Mereka bisa saja rela kehilangan harta benda dan kekayaan, tapi tidak untuk melepaskan putri tercinta.Yerinsa adalah putri yang bahkan mereka besarkan seperti cangkang telur mudah pecah, dan bagi Gabriella dia adalah setengah jiwanya yang terpecah sejak di dalam kandungan.Bagaimana mereka bisa melepaskan sosok yang seperti permata?Dua bulan melewati masa pemulihan, Abrady dinyatakan sembuh dan boleh pulang dari rumah sakit. Dengan itu keluarga De Vries perlahan merintis naik kembali usaha mereka, dibantu sokongan dari segelintir rekan bisnis dan kolega yang mau berbaik hati.Bantuan dari Luga juga sudah mereka hentikan, ditolak secara halus dan sopan, karena bagaimanapun mereka yakin Yerinsa bersama Luga, takut putri bungsu itu mendapat perlakuan tidak baik jika De Vries bersikap kasar.Pembicaraan yang dibawa Luga dua bulan lalu dengan sang kepala keluarga De Vrie

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • Obsesi sang protagonis   Bab 87

    ***Gabriella diam sejenak, memang dilihat bagaimana pun tidak tampak kejanggalan di raut wajah itu, selain ketulusan dan rindu."Jadi, kamu bisa melacaknya atau tidak?" tanya Gabriella datar, tidak ingin membuang waktu lebih lama tanpa kepastian.Handphone yang sudah menghentikan pemutaran rekaman itu Rion letakkan untuk diambil Gabriella kembali. "Mungkin bisa, tapi aku butuh melihat video yang dikirim orang itu langsung tanpa perantara salinan seperti ini," ujarnya ikut serius dengan siku bertumpu di atas meja."Ada di laptopku, di rumah." Gabriella menjawab cepat. "Tapi, aku tidak bisa membawa keluar, karena video itu kami rahasiakan dari publik," lanjutnya sebelum Rion membalas.Mendengar itu, Rion mengangguk kecil mengerti. "Kalau begitu, kalau tidak keberatan juga, apa aku boleh ke rumahmu untuk melihat? Aku butuh mengetahui data pengirimnya," tanyanya meminta izin.Untuk beberapa saat Gabriella tidak langsung menjawab, mengingat kondisi rumah tidak sama lagi sejak Yerinsa meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19

Bab terbaru

  • Obsesi sang protagonis   Bab 103

    ***"Vie, tenanglah," bisik Luga kesulitan menahan lonjakan tenaga gadis itu."Sakit! Sakiitt! Sakiitt!" Yerinsa tidak menahan jeritan untuk mengeluarkan segala keluhan yang hanya bisa diwakili satu jenis kata itu saja.Memeluk erat gadis yang menggeliat seperti cacing kepanasan, Luga tidak mengatakan apapun selain membantu menekan kepala itu ke dadanya, juga membiarkan kemeja kusut direnggut Yerinsa.Bercak kemerahan timbul di kemeja, Luga mendesis rendah merasakan luka jahitan pasti terbuka kembali karena tersikut lengan Yerinsa, membuat kain kasa ikut bernoda darah."Gerald!" teriak Luga ke arah pintu masuk.Hanya butuh satu detik untuk seorang pria masuk terburu-buru. "Saya, Tuan Muda," sahutnya."Bantu aku," kata Luga sambil mengeluarkan sebuah botol kecil dan suntikan dari saku celana.Pria bernama Gerald mendekati tempat tidur, membantu memindah isi cairan dari botol ke dalam suntikan, lalu menyerahkan kembali pada Luga, membiarkan sang tuan muda menyuntik sendiri.Tubuh Yerins

  • Obsesi sang protagonis   Bab 102

    ***Abrady menegang di posisi memangku Yerinsa, merasakan moncong dingin revolver menyentuh tepat di pelipis sama seperti sebelumnya dialami Luga. Selain itu, tanpa diduga sederet pria kekar bersenjata yang sebelumnya mengancam Luga, kini malah berpaling mengancam Abrady.Pertemuan mengharukan yang diimpikan akan berakhir indah nyatanya tidak semulus yang dibayangkan. Rencana diam-diam memang sudah disusun sebelum keberangkatan, membayar sejumlah penembak jitu sebagai pelindung dan bisa digunakan mengancam.Namun, siapa menyangka Luga tau satu langkah di depan Abrady."Kupikir manusia, ternyata memang serangga yang tidak memiliki akal," desis Luga dengan sorot mata kelewat dingin."Apa yang sudah kamu lakukan pada orang-orangku?" tanya Abrady geram.Seringai Luga tersungging lebar. "Sejak kapan mereka orang-orangmu?" tanyanya mengejek."AYAH!" teriak Gabriella saat situasi dua pria itu mendadak terbalik.Margareth menangis melihat sang suami berada di bawah target ancaman Luga sekaran

  • Obsesi sang protagonis   Bab 101

    ***"Luga!" pekik Yerinsa kencang melihat Luga ambruk di tanah dengan memegang satu kaki.Tubuh Yerinsa gemetar, menatap sang ayah yang baru saja memberikan perintah menembak. Bagaimana bisa ayahnya memerintahkan hal sekejam itu dilakukan pada Luga, bahkan tanpa pembicaraan apapun di antara mereka."Yerin, jangan ke mana-mana! Tetap di sini!" Margareth menyusul berteriak saat Yerinsa benar-benar akan turun dari kursinya."Lepaskan aku, Bu. Ayah melukai Luga," pinta Yerinsa tanpa sadar mata sudah berkaca-kaca."Dia pantas mendapatkannya, Yerin. Bahkan harusnya lebih dari itu," sentak Gabriella, menarik kasar Yerinsa agar kembali duduk.Yerinsa menoleh tercengang. "Apa maksudmu dia pantas mendapatkan itu? Kamu mendukung Ayah melakukan kejahatan?" tanyanya tidak percaya."Sayang, percayalah pada Ayahmu, dia ingin kita semua kembali, seperti dulu lagi, mengertilah," ujar Margareth lembut mengusap pipi basah Yerinsa."Tapi, tidak perlu dengan hal keterlaluan seperti ini, Bu. Jangan melukai

  • Obsesi sang protagonis   Bab 100

    ***Kerinduan yang terpendam selama berbulan-bulan membuncah di mata biru itu, segera pandangan Yerinsa buram akibat berkaca-kaca. Bahagia menggelegak dari lubuk hati begitu melihat sosok Gabriella, Margareth, lalu disusul Arbady turun dari helikopter dibantu beberapa orang berpakaian hitam tebal seperti jaket boomber.Mereka benar-benar di sini, melihatnya, bertatapan dengannya penuh rindu, dalam jarak yang hanya terpaut lebih dari sepuluh meter.Satu langkah pertama Yerinsa ambil saat helikopter dimatikan dan udara sekitar menjadi tenang, lupa bahwa tadi berlari bersama Luga hingga tautan tangan itu terlepas untuk menyongsong menyambut keluarga tercinta.Luga menatap tangan sendiri yang menggantung di udara, kehangatan kecil dari tangan lembut menghilang perlahan. Menatap punggung sempit bak peri yang berlari menuju gerbang kehidupan alam bebas, tangan Luga mendadak terkepal."Ibu," lirih Yerinsa dengan setetes linangan air mata jatuh di pipi, menatap sang ibu yang juga mendekat."A

  • Obsesi sang protagonis   Bab 99

    ***Yerinsa mengangguk sambil menerima jabat tangan itu, bangkit berdiri di atas kekuatan kaki sendiri. Aroma musk yang familiar di hidung Yerinsa sekarang tercium dari tubuh Luga bersama campuran wangi mint dari sabun mandi."Ayo turun sekarang," ajak Yerinsa saat tangan sudah digenggam erat.Baru saja akan melangkah lebih dulu memimpin jalan ke arah pintu keluar, niatnya tidak bisa terlaksana karena kaki Luga masih terpaku kuat di lantai, tidak bergeser saat ditarik."Ada apa?" tanya Yerinsa heran, menoleh menatap Luga yang masih diam."Morning kiss, kamu belum memberikannya," kata Luga dengan dahi berkerut samar."A- ... Oh," gumam Yerinsa gugup, masih ada dua pelayan selain mereka di kamar ini, jadi mendadak canggung oleh kalimat Luga yang diucapkan tanpa malu.Luga melirik Chang Mei dan Ruan Ruan yang menjadi sumber kegugupan Yerinsa. Dengan gerakan bola mata saja sudah cukup membuat mereka mengerti dan merundukkan tubuh."K-Kalau begitu kami permisi, Nona, Tuan." Chang Mei berka

  • Obsesi sang protagonis   Bab 98

    ***Hari yang dinanti Yerinsa selama dua hari belakangan, tidak, lebih tepatnya tujuh bulan ini, akhirnya tiba. Bangun pagi dengan semangat empat-lima bahkan sebelum Chang Mei dan Ruan Ruan membangunkan.Saat dua pelayan itu memasuki kamar, Yerinsa sudah berendam di air hangat dalam bathup. Bersenandung kecil sambil memainkan busa sabun yang menggunung di permukaan air hingga wangi semerbak memenuhi kamar mandi.Jadi, setelah Yerinsa keluar kamar mandi, Lolita dress hitam beserta seluruh aksesoris dari atas kepala hingga ujung kaki sudah disiapkan Ruan Ruan, sementara Chang Mei menunggui di depan pintu ruang ganti."Anda sangat senang, Nona," komentar Chang Mei sambil membantu mengeringkan sisa bulir air di wajah dan leher Yerinsa."Tentu, hari ini akhirnya aku dijemput keluargaku," balas Yerinsa lebih bersemangat dari hari biasanya.Dua pelayan yang membantu Yerinsa mengenakan pakaian itu saling tatap sejenak, ada sepintas keresahan di sorot mata mereka sebelum menatap Yerinsa dengan

  • Obsesi sang protagonis   Bab 97

    ***Untuk sementara Luga hanya diam membalas senyum itu dengan tatapan tenang, tak lama ikut tersenyum dan mengangguk sebelum menarik kepala Yerinsa untuk jatuh ke dalam pelukan."Aku tau," kata Luga singkat.Sesaat Yerinsa berkerut dahi, balasan Luga bukankah sedikit tidak nyambung?Tapi, tidak masalah, selagi laki-laki itu tidak tersinggung, Yerinsa aman.Luga menatap dinding dengan pandangan kelewat tajam seakan ingin melubangi menggunakan laser dari mata, sesaat kemudian menyeringai sinis sebelum menutup mata dan mengecup puncak kepala gadis dalam pelukan."Aku tidak khawatir dibenci siapapun," ujar Luga sambil mengurai pelukan."Ya. Ya. Tuan tidak takut apapun. Aku tau, bahkan kalau seluruh dunia membencimu, kamu tidak akan khawatir," cibir Yerinsa sambil bersandar di sofa dan mengayunkan kaki.Luga terkekeh rendah, mengusak puncak rambut gadis itu. "Kecuali kebencianmu," ujarnya.Yerinsa melirik dengan bersidekap di dada, "jangan mencoba menggoda, kamu sangat tidak cocok."Kekeh

  • Obsesi sang protagonis   Bab 96

    ***Lolita dress biru muda lembut dengan renda di ujung rok dan berlengan panjang, hari ini dikenakan Yerinsa. Panjang hanya mencapai lutut, dan bagian lengan berwarna putih.Jepit rambut burung bangau dari permata disematkan ke sisi telinga sebelah kiri Yerinsa, sementara sejumlah kecil rambut di sisi kanan dikepang menjuntai hingga ujung.Suara jatuhnya belenggu menghantam lantai membuat Yerinsa mendesah lega tanpa sadar, saat ini duduk di pangkuan Luga yang baru saja melepas rantai di kaki hingga terasa lebih ringan."Lebih nyaman?" tanya Luga sambil mengelus bekas kemerahan di pergelangan kaki itu yang selama dua bulan ini menyandang pengekang.Yerinsa mengangguk. "Ini jadi lebih ringan," jawabnya.Chang Mei datang dari ruang ganti membawa sepasang high heels jenis ankle straps tidak terlalu tinggi, haknya hanya sekitar lima senti berwarna biru muda senada dress, dan kaus kaki putih transparan berenda.Berlutut di kaki Yerinsa, pelayan itu memasangkan kaus kaki sebelum sepatu, den

  • Obsesi sang protagonis   Bab 95

    ***Siapa yang tidak akan terkejut jika mendapati jari dimasukkan ke mulut seseorang seakan itu sebuah lolipop.Luga tertawa pelan. "Sudah kubilang untuk memelukku," katanya sambil merebahkan diri kembali.Kening di antara alis Yerinsa bertaut sebal sebelum menjatuhkan diri dalam pelukan Luga, meletakkan kepala di atas dada bidang itu dan membiarkan laki-laki itu mengusap pundaknya.Kamar menjadi hening saat keduanya tidak ada yang membuka mulut untuk bicara, Luga menikmati waktu nyaman mereka, sementara Yerinsa setengah melamun.Apa yang Luga urus selama pergi dua bulan ini?"Vie," panggil Luga memecah keheningan, yang dibalas dengan gumaman samar."Kalau aku ... mempertemukanmu dengan keluargamu, apa kamu senang?" tanya Luga dengan suara rendah seakan ragu.Yerinsa mengerjab, kemudian mengangkat pandangan untuk menatap Luga yang rupanya hanya menatap lurus ke atas lampu di langit-langit."Tentu saja. Apa kamu akan melakukan itu? Kamu akan mengembalikanku? Kapan?" Pertanyaan Yerinsa

DMCA.com Protection Status