“Memang seharusnya begitu! Kau saja yang terlalu mengurusi kehidupan orang!” cecar Andromeda tak kalah sengitnya.
Laras menatap kesal ke arah Andromeda, pasien yang paling mneyebalkan untuknya sampai saat ini. Bisa-bisanya pria itu mengejeknya dan mengatainya begini?!
Wajahnya benar -benar merah padam menahan amarahnya. Dia semakin tak mau mengurus pasien yang bebal seperti ini, seharusnya. Namun, dia sudah terlanjurkan menjanjikan pada Laura bahwa dia akan berusaha mengobati Andromeda semaksimal mungkin.
“Halo, Andromeda.” Suara wanita yang datar terdengar di telinga Laras.
Wanita itu sebelumnya bingung, melihat ponsel Andromeda yang terus berkedip dan melihat nomor tak dikenal menghubunginya. Namun, pria itu tak akan bangun karena sedang terpengaruh setelah dia meminum obatnya.
Dengan ragu akhirnya dia mengambil alih panggilan itu, mewakili Andromeda untuk berbicara.
Dia sedikit menjauh,
Tak pernah ada yang bisa menebak bagaimana hubungan manusia di masa depan, bahkan satu hari keesokannya pun masih sebuah misteri. Gadis itu tak menyangka pada akhirnya dia tak mampu bertahan untuk tetap berada di jalur yang salah menurut pandangan manusia lainnya.Dia hanya menghela napasnya. Melihat iba si Mbok yang ikut tak rela melepasnya. Padahal hanya lima hari mereka bertatap muka, tapi sekarang dia merasa tak bisa melihat wajah murung si Mbok.Kejora tersenyum, dia meletakkan koper yang digeretnya. Berbalik menghampiri si Mbok yang berdiri di dekat pintu.“Mbok?” panggilnya.Wanita paruh baya itu bahkan menatapnya dengan pandangan paling tak rela saat ini. Semakin nelangsa dibuatnya. Kejora merangkul si Mbok dan mengucapkan terima kasihnya.“Sampaikan nanti dengan Andromeda dan Heru ya Mbok? Jangan cari-cari saya, memang ini yang harus saya lakukan agar dia tak menderita lagi.” Gadis itu benar-bena
Suara berdecit dari roda mobil yang bergesekan dengan jalanan yang dilaluinya akibat injakan rem begitu kuat dan mendadak menghiasi suara sekelilingnya. Andromeda sudah berada di depan rumah Ayahnya.Dia segera turun, menutup pintu mobilnya dengan sekuat tenaga.BRAK!Bahkan dia sudah tak memikirkan kerusakan yang akan disebabkan oleh ulahnya itu. Yang dia pikirkan adalah apa penyebab dari kepergian Kejora.Hatinya bahkan tak bisa melepasnya sama sekali. Bukan orang lain yang harus melepaskannya, melainkan dia sendiri yang mendorongnya kalaupun itu adalah keinginannya. Bukan orang lain yang berperan pada kehidupannya.Matanya menatap nyalang pagar yang berdiri kokoh.“Buka pintunya!” sentaknya pada salah satu petugas keamanan yang selalu berjaga selama 24 jam di kediaman keluarga Wijaya.Mereka tahu siapa yang datang, tentu saja membukakan pintu demi pewaris utama yang katanya sudah menghapuskan nama Wijaya d
“Halo Sayang, are you ok?” Sosok pria paruh baya namun masih nampak bugar menghampiri Kejora yang baru saja menginjakkan kaki di dalam gedung bandara Amsterdam. Dia memeluk pria itu dengan erat, merindukan sosok yang bisa diajak bicara dengan tenang.Pria itu tersenyum lantas ikut memeluk Kejora tak kalah eratnya. Memberikan sebuah dukungan tak terlihat untuk menguatkan wanita itu saat ini.“Ik mis je, Marje,” ucap Kejora lirih.(Aku merindukanmu, Marje.)Bahkan dia tak kuat untuk menahan air matanya sendiri. Dia sudah lelah menangis namun saat merasakan pelukan hangat dari Ayahnya mampu membuat dia mengeluarkan seluruh rasa sakitnya. Dia mulai terisak di dalam dekapan hangat milik Marje.
Tok! Tok! Tok!“Jora, ayo makan,” bujuk Rina yang sudah merasa semakin khawatir akan keadaan putrinya yang memilih berdiam di dalam kamar setelah kemarin sampai di rumah.Marje menghela napasnya pelan, lantas kembali ikut mengetuk pintu kamar Kejora. “Jora, boleh aku masuk?” izinnya.Kejora masih saja terduduk dengan berselimut bedcover tebal di tubuhnya. Musim panas sudah berganti dengan musim gugur yang sebentar lagi membawa suhu lebih dingin dan hujan akan terus turun bahkan bisa berganti dengan butiran salju.Dia menghela napasnya, merasa bersalah sudah mengabaikan orang tuanya yang merasa khawatir dari kemarin. Memang dia mengabaikan perutnya yang meronta kelaparan dan minta diisi. Dengan segenap perasaannya, akhirnya dia mau bergerak.Menuju pintu dan membukakan pintu untuk kedua orang tuanya.Cklek!“Hm?”Melihat penampilan Kejora yang begitu tak baik membuat Rina terenyu
Siapa yang akan terima jika orang yang dicintainya menghilang tiba-tiba? Tidak ada. Yang ada hanyalah rasa marah dan ingin tahu kenapa dia ditinggalkan? Seperti Andromeda yang merasa dikhianati oleh orang-orang di sekelilingnya, termasuk tangan kanan yang sudah sangat dia percaya.Pria itu mengerang, dengan pengar yang begitu melanda kepalanya akibat dia meneguk minuman beralkohol dengan dosis tinggi dan meminumnya sampai sekarat. Dia tak pernah berpikir akan menjadi segila ini usai di usianya yang muda di London segila ini juga.Pria itu melihat sekelilingnya. Dia bahkan tak tahu tempat pulangnya berubah menjadi apartemen studio. Dan tubuhnya hanya berada di sofa, siapa yangMendadak ingatannya melayang pada kejadian semalam. Dia yang tanpa sadar hampir membuat nyawa pria itu melayang akibat emosinya yang tak terkontrol.Dia mengerang, merasakan sakit di kepalanya dan terasa begitu berat akibat hangover.Tapi kena
Dua tahun kemudian ….“Kamu yakin akan pulang?” Untuk kesekian kalinya, Rina terus bertanya soal Kejora yang akan kembali ke Indonesia, tempat yang memiliki kenangan pahit tentangnya itu.“Ma, please. You asked that yesterday, now you don’t need to ask it again, okey?” Kejora meraih tangan Ibunya, dia dapat melihat bagaimana wanita itu nampak mengkhawatirkannya.“You know what I mean Jora,” desah Rina lantas berbalik.Matanya jelas melihat lembar undangan yang ada di atas meja yang ditujukan kepadanya dan juga Kejora tentu saja. Dia kembali meresahkan keputusan Kejora yang ingin datang ke pesta pertunangan.Kejora kembali men
Kejora sudah turun dari pesawat, di balik kacamata hitam Rayban miliknya yang tergantung di hidungnya, matanya menatap sekelilingnya. Mencari seseorang yang katanya berjanji akan menunggunya dan menjemputnya.“Jora what are you waiting for?” tegur Rina yang melihat Kejora tak kunjung berjalan kembali.“She said will pick me up, I think she is lie now,” dengus wanita itu lantas menarik kembali koper miliknya.Banyak orang yang tengah menunggu penumpang pesawat sampai, mereka juga ikut menjemput dan menunggu. Sedangkan dia? Yang katanya berjanji akan menunggu tak kelihatan sama sekali.“Mungkin dia sibuk, dia memiliki pekerjaan bukan?” sela Marje yang menarik Kejora dan memeluknya erat.
“Kamu mau membeli gaun yang mana?” Suara sang Tante menyela kegiatan Kejora yang tengah kebingungan memilih.Kejora menoleh pada Inara, Tantenya. Dia menggeleng lesu. Dia tak terlalu memusingkan soal baju, tapi keluarga dari pihak ibunya yang terus mengajaknya pergi setelah pertemuan keluarga dan menyambut kedatangan mereka.“Tidak usah Tan, sepertinya gaunku masih baik-baik saja kok,” tolak Kejora dengan halus.Namun Ina menggeleng tegas. “Kamu harus memilihnya Jora, Wijaya adalah kesombonga. Tante enggak yakin mereka akan tersenyum melihat kedatanganmu dan Mamamu.”Kejora terdiam, dia tak paham kenapa semua itu begitu sensitif soal derajat keluarga, dia kembali pusing memikirkan gaun yang mana. Bukan soal harga, dia juga terbiasa dengan harga ribuan euro saat Marje memberikannya hadiah. Hanya saja, bukan tentang harga.Marje datang bersama Rina yang menyusul masuk ke dalam butik. Rina dan Ina suda
Larasduduk termangu menopang dagu pada kosen jendela kamarnya. Wajahnya yang pucat itu basah karena percikan hujan. Larasmengulurkan tangan, tetesan air hujan berkumpul di telapak tangannya. Berjatuhan ketika ia mencoba menggenggamnya.Ia menatap ke seberang jalan. Matanya menangkap sesosok laki-laki yang berlari menerobos hujan. Menuju jendela kamar tempat ia duduk. Langkahnya begitu cepat karena tungkainya yang panjang. Hanya perlu waktu sebentar saja dan sekarang ia sudah berdiri di hadapan Hanna.Larasberdiri dari duduknya, dengan dua alis yang saling bertaut ia menatap lekat wajah laki-laki yang berada di hadapannya. Senyum seindah bulan sabit tergambar di wajah si laki-laki, lalu tangan dinginnya membelai pipi Larasyang basah.“Hai Han,” sapa si laki-laki di tengah derasnya hujan.“Ilham …,” balas Laraslirih, hampir tak terdengar.Ilham, laki-laki itu merengkuh kedua tangan kecil Lara
“Mom, kapan kita akan bertemu dengan Iriana lagi?” Anak laki-laki berumur 9 tahun terus saja bertanya soal bertemu dengan Iriana, membuat Kejora tersenyum.“Inginnya kapan?” Kejora mengelus lembut rambut milik putranya itu. Rambut coklat yang menuruni gen darinya dan juga rambut yang selalu dielu-elukan oleh neneknya.“Barta inginnya bertemu besok!” seru anak itu sambil sesekali memeluk leher milik ibunya.“Ya, besok kita akan terbang ke Indonesia, mengunjungi Iriana, ok?”“Hu’um!” Barta menganggukkan kepalanya bersemangat, membayangkan wajah gadis kecil yang ditemuinya 3 tahun lalu itu dan merindukannya.“Memangnya kenapa ingin bertemu dengan Iriana? Dia menangis saat kamu mengejarnya tuh,”timpal Mike yang baru saja pulang dari kantornya.Dia mengecup lembut kening Kejora lantas duduk di samping istrinya. Kejora sendiri tersenyum saja, seperti biasan
Mikesedang membantu Kejoramengeringkan rambutnya setelah tidur semalaman efek dirinya yang membuat Kejorakelelahan karena ulahnya. Bahkan senyumannya pun tersungging jelas tanpa surut barang sedetikpun.Kejoraikut tertular senyuman itu. Dia memotret posenya dengan perut besar dan dibelakangnya Mikesedang berkonsentrasi mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, dia paling anti dengan hairdryer, penyebab dirinya mengeringkan rambutnya dengan handuk terus menerus.Dia memotretnya melalui pantulan cermin, aestetik! Dengan lancar dirinya mengunggah di media sosial miliknya. Hitungan menit saja sudah banyak like yang didapatkan bersamaan dengan kolom komentar yang mulai ramai itu. Dia terkikik geli membacanya.“Kok ketawanya sendiri sih?” protes Mikesambil mengalungkan lengannya memeluk leher Kejora. Dia selalu senang menghirup aroma yang menguar dari tubuh istrinya itu, bagai candu yang mampu
“Kenapa ada susu hamil?” Kejora yang tengah memeriksa laci dapur pun melihat dua kotak susu. Dia ingat sedari kemarin Mike selalu memberinya susu hamil.“Kita periksa kandungan bukan?”Kembali Kejora bersuara, wajahnya datar dan nada bicaranya dingin bukan main, merasa kalau Mike memiliki sesuatu yang disembunyikan.Mike yang baru saja pulang dari bekerja pun meringis bingung. Dia tak menyangka Kejora akan segera mengetahuinya. Dia terlalu bodoh sampai-sampai dia sendiri malah ketahuan. Susu hamil! Gara-gara susu itu dia mulai ….“Sayang, itu ….”“Apa kamu berpikir aku akan menggugurkannya sama seperti saat itu? Kau gila jika aku berpikir begitu Mike!” seru Kejora sambil melemparkan sekotak susu mengenai tubuh suaminya.Miketertegun mendengar jawaban Kejora. Dia begitu merasa tertohok karena pertanyaan Kejoradengan mata sayunya yang memandan
Dua bulan pernikahan memang sudah menjadi suatu kebiasaan baru bagi Kejora. Wanita itu sudah terbiasa dengan kehadiran Mike di sampingnya dan pasti memeluknya juga. Lengan kekar Mike selalu berakhir melingkar di perutnya.Apalagi saat dirinya berbalik dan mendapati tubuh Mike yang setengah telanjang menjadi pemandangan pertama yang dijumpai oleh matanya.Namun, memandangi wajah pulas Mike berlarut-larut malah memancing mual sampai Kejora berlari menuju wastafel. Mike yang mendengarnya membuka mata seiring suara berisik yang timbul oleh Kejora saat ini.Hoek! Hoek!Kejora berkali-kali memuntahkan isi perutnya.Melihat Kejora yang pucat semakin membuat khawatir Mike. “Are you ok?” tanyanya sambil memapah Kejora.Kejora menggeleng pelan.***Kejoramasih duduk melamun sendirian. Dia yang terlalu polos hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja saat ini. Benar-benar bukan hal biasa baginya
Benar-benar terasa indah jika seperti ini dengan kencan dan senyum yang ditawarkan. Kejoramemegang tangan besar Mikesepanjang perjalanan menuju tempat pulang. Berkendara di malam hari setelah berkencan memang menyenangkan.Hatinya sangat terasa bahagia hanya karena bisa berduaan dengan Mikesaat ini. Malam yang sepi dengan hujan deras menghias jalanan sampai-sampai jalanan di malam hari yang biasanya tak pernah sepi kini lengang termakan derasnya hujan.Mikemasih berfokus menyetir membawa mobilnya, namun entah kenapa dia mengingat suatu hal yang paling ingin dilakukannya saat ini. Mencumbu Kejorasampai mencapai klimaksnya.“Sayang,” panggil Mikedengan mata yang masih memandang ke depan.“Heum?” Kejoramenunggu kelanjutan perkataan Mike.“Kita ke hotel saja yuk? Rasanya kita tak pernah berbulan madu…,” bisiknya lirih.Kejoratercenung men
“Sedang apa?” Mike melingkarkan tangannya di perut rata milik Kejora.Wanita itu sudah berganti pakaian usai sore tadi mereka melakukan resepsi.Kejora menggelengkan kepalanya pelana, “hanya melihat sekeliling saja. Aku bosan,” keluhnya.“Mau jalan-jalan?”Tawaran Mike membuat Kejora membalikkan tubuhnya dan memandangi suaminya dengan penuh semangat dan dia menganggukkan kepalanya.Mikememegangi tangan Kejora. Mereka tengahberjalan berdua mengelilingi area pasar malam yang berwarna-warni lampunya itu.Kejoramengamati kemana Mikemelangkah saat ini. Langkah kaki Mikemembawanya menuju penjual gulali. Permen kapas berbentuk love yang sengaja dibelinya untuk istrinya. Kejoratak menyangka, dia tercenung melihat bagaimana pria yang menjadi suaminya itu mau melakukan hal-hal receh seperti ini.Mikemenyodorkan permen kapas yang terbungkus plastik
Mempersiapkan pernikahan tentu tak mudah, apalagi Mike sengaja tak ingin melibatkan orang tua. Dia justru ingin memberikan kejutan pada semua bagaimana konsep pernikahan yang akan dia berikan. Bahkan, Kejora pun hanya boleh tahu gaun yang akan mereka kenakan saja. Tidak dengan konsep juga gedungnya. Padahal saat lamaran, Mike banyak bertanya apa keinginannya. Tentu semua itu terasa menyebalkan untuk Kejora, tapi dia percaya Mike akan melakukan semua yang terbaik.Semakin melihat perjuangan Mike akhir-akhir ini hati Kejora semakin luluh. Bahkan seperti remaja yang baru mengenal asmara, sekali saja Mike tak mengangkat panggilannya, Kejora akan menangis. Atau saat dia rindu, Mike justru tak bisa datang, dia akan marah. Mungkin dia sudah terkena pelet cinta yang disebarkan oleh Mike dengan semua perhatiannya.Mengetahui jika Kejora sudah sampai seperti itu padanya, hati Mike tentu saja bahagia. Maka itu dia tak main-main dalam mempersiapkan semuanya. Untuk calon istrinya.
Sehari setelah pernikahan Andromeda dan Laras, Kejora diminta Rina dan Marje untuk ke rumah sakit bersama mereka. Pada awalnya, tentu Kejora banyak bertanya karena bingung ada gerangan apakah dia harus ke rumah sakit. Ternyata saat berada di sana, dia melihat sendiri tubuh laki-laki yang merupakan ayah kandungnya sedang lemah tidak berdaya. Kelvin harus di rawat di rumah sakit karena penyakit jantung yang dia derita.Kejora tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa menatap dengan sedih saat memasuki ruangan itu."Kejora," panggil Kelvin pelan saat melihat putrinya membuka pintu ruangannya."Papa," bisik Kejora sambil melangkah mendekati ranjang.Dia membenci Kelvin, sangat, apalagi setelah tahu karena hubungan darah yang menjeratnya beserta Andromeda adalah karena ulah sang ayah. Namun, semua manusia pasti memiliki kesalahan, dan jika Kelvin meminta maaf atas kesalahannya tentu Kejora tak mungkin masih menaruh dendam."Duduk di sini, Nak." Kelvin me