Dua tahun kemudian ….
“Kamu yakin akan pulang?” Untuk kesekian kalinya, Rina terus bertanya soal Kejora yang akan kembali ke Indonesia, tempat yang memiliki kenangan pahit tentangnya itu.
“Ma, please. You asked that yesterday, now you don’t need to ask it again, okey?” Kejora meraih tangan Ibunya, dia dapat melihat bagaimana wanita itu nampak mengkhawatirkannya.
“You know what I mean Jora,” desah Rina lantas berbalik.
Matanya jelas melihat lembar undangan yang ada di atas meja yang ditujukan kepadanya dan juga Kejora tentu saja. Dia kembali meresahkan keputusan Kejora yang ingin datang ke pesta pertunangan.
Kejora kembali men
Kejora sudah turun dari pesawat, di balik kacamata hitam Rayban miliknya yang tergantung di hidungnya, matanya menatap sekelilingnya. Mencari seseorang yang katanya berjanji akan menunggunya dan menjemputnya.“Jora what are you waiting for?” tegur Rina yang melihat Kejora tak kunjung berjalan kembali.“She said will pick me up, I think she is lie now,” dengus wanita itu lantas menarik kembali koper miliknya.Banyak orang yang tengah menunggu penumpang pesawat sampai, mereka juga ikut menjemput dan menunggu. Sedangkan dia? Yang katanya berjanji akan menunggu tak kelihatan sama sekali.“Mungkin dia sibuk, dia memiliki pekerjaan bukan?” sela Marje yang menarik Kejora dan memeluknya erat.
“Kamu mau membeli gaun yang mana?” Suara sang Tante menyela kegiatan Kejora yang tengah kebingungan memilih.Kejora menoleh pada Inara, Tantenya. Dia menggeleng lesu. Dia tak terlalu memusingkan soal baju, tapi keluarga dari pihak ibunya yang terus mengajaknya pergi setelah pertemuan keluarga dan menyambut kedatangan mereka.“Tidak usah Tan, sepertinya gaunku masih baik-baik saja kok,” tolak Kejora dengan halus.Namun Ina menggeleng tegas. “Kamu harus memilihnya Jora, Wijaya adalah kesombonga. Tante enggak yakin mereka akan tersenyum melihat kedatanganmu dan Mamamu.”Kejora terdiam, dia tak paham kenapa semua itu begitu sensitif soal derajat keluarga, dia kembali pusing memikirkan gaun yang mana. Bukan soal harga, dia juga terbiasa dengan harga ribuan euro saat Marje memberikannya hadiah. Hanya saja, bukan tentang harga.Marje datang bersama Rina yang menyusul masuk ke dalam butik. Rina dan Ina suda
“Sudah siap?” Tangan Mike terulur pada Kejora yang keluar dari kamarnya.Wanita itu semakin cantik saat ini, berjalan dengan gaun indah yang dikenakannya. Tak lupa rambutnya tersanggul dengan anak-anak rambut yang dibiarkan menjuntai menghiasi sisi wajahnya.Wanita itu menatap Mike malu-malu, pria yang menjadi kekasihnya ini selalu tampan, apa lagi dengan jas yang dikenakannya. Menjadi warna yang serasi dengan gaun yang dikenakannya.“Dia cantik bukan Mike?” Rina memancing jawaban Mike.Tentu saja Mike tertawa dan mengangguk setuju pada Ibu dari kekasihnya. “Tentu saja, hanya orang buta yang tak bisa melihat kecantikannya, Tante.”“Kau sedang mengejekku ya?” Kejora merasa malu, dia selalu saja dipuji oleh Mike jika mereka bertemu seperti saat ini.Bersyukur wajahnya dipakaikan make up yang tak bisa melihat rona pipinya selain rona pipi buatan dari perkakas make up miliknya.
Bagaimana bisa seorang wanita bisa dengan tega membunuh calon anaknya sendiri? Memikirkannya saja membuat Andromeda merasa pusing, dia benar-benar tak bisa mencari alasan yang tepat jika memikirkan bagaimana Kejora yang lembut bisa melakukan itu.Perasaan bencinya pun kini semakin mengembang sempurna.***Flashback onPria itu sudah berkali-kali menyakiti dirinya sendiri dan berharap kalau dia akan bisa melupakan Kejora dengan cara dia memilih mati. Sayangnya Malaikat maut tak berpihak padanya dan malah membuatnya harus terbangun di rumah sakit untuk kesekian kalinya. Dia merasa hidupnya sudah tak bisa dikatakan normal untuk dijalani.Bahkan sayatan-sayatan di tangannya menjadi sebuah keabadian bagaimana dirinya menjemput maut.Namun, karena menjemput maut juga lah dia malah didatangi oleh Ibunya. Wanita itu nampak khawatir saat mendengar kabar Andromeda yang terbilang tak begitu baik dan mengenaskan. Dengan
“Apa kamu ingin bertemu Kejora?” tanya Rina dengan lembut.Andromeda yang masih berbaring di perut Ibunya pun mengangkat pandangannya, memandangi Rina dengan rasa tak percaya.“Apa dia akan datang?”Kali ini Andromeda semakin stabil, usai Rina membujuknya sembuh dengan alasan Kejora akan menemuinya jika dia tak lagi menyakiti dirinya sendiri.“Ya, dia akan datang. Mama jamin itu.” Rina sudah memberikan satu kartu jaminan di ucapannya saat ini.Kali ini Andromeda tersenyum, membayangkan dia akan kembali melihat Kejora.“Tapi … bisakah kamu menerima kenyataan dan kondisi kalian? Kalian hanya bisa menjadi kakak beradik. Kejora sudah banyak menderita saat pergi. Kamu tak akan bisa mencintainya sebagai wanita.”Andromeda diam, kali ini pikirannya seolah menerima.“Kenapa Kejora menderita?”“Karena … dia sama denganmu.”A
Wanita itu untuk kedua kalinya menginjakkan kaki di negara kelahiran Ibunya. Indonesia. Turun di bandara Internasional semakin jelas perbedaan suhu di tubuhnya. Sangat berbanding jauh. Terasa hangat dan menggerahkan seperti saat dirinya masih tinggal di sini.“Kamu benar-benar baik-baik saja?”Sudah kesekian kalinya Marje bertanya begitu. Kejora menganggukkan kepalanya, tak lagi merasa harus takut akan hatinya yang goyah.“Aku sudah memutuskannya Dad. Jadi kumohon cukup dukung aku dan tak perlu bertanya soal itu terus menerus.”Marje terkekeh mendengarnya, dia mengusak lembut rambut panjang Kejora. “Maafkan aku, hanya saja aku terlalu khawatir.” Marje mengeluarkan segala uneg-uneg yang dirasakannya.Kejora menggelengkan kepalanya saja. Mereka akan tinggal di hotel untuk sementara waktu agar bisa beristirahat dari jet lag yang dirasakan usai perjalanan sangat jauh.Kejora hanya b
Banyak hal yang terjadi dan membuat Kejora beberapa kali melintasi Rumah Sakit Jiwa dan menjenguknya sesekali, namun bertegur sapa adalah hal paling Kejora ingin hindari, sebab cinta ingin selalu menjaga. Jika dirinya terus di samping Andromeda dan selalu ada untuknya akan membuatnya semakin ingin memiliki Andromeda. Tapi yang namanya sesuatu yang diinginkan selalu berbanding terbalik dengan realita, yang selalu saja akan terlihat buruk, karena Andromeda mungkin saja tidak bisa miliki, atau banyak kemungkinan lainnya lagi.Di samping keinginannya yang banyak itu kepada Andromeda ada sesuatu yang ingin Kejora jaga yaitu hati milik Andromeda. Namun keinginannya itu selalu pupus saat melihat Andromeda di ruang perawatannya termenung, menangis, kesepian, dan menderita. Kejora awalnya bimbang, karena jika hanya membiarkan ini semua, maka yang terluka bukan hanya dirinya tapi Andromeda juga. Setelah memikirkan begitu panjang kemungkinan-kemungkinan apa saja yang bisa terjadi, Kejor
Kejora seperti namanya bintang timur yang selalu berjanji untuk tetap terang itu menjadi satu-satu hal yang bisa membuat Andromeda berhasil menjalani hari-harinya sebagai pasien dengan baik dan saat ini Andromeda menjadi orang yang paling beruntung di dunia, sebab Kejora sudah kembali ada di hidupnya.Seminggu semuanya dapat berjalan dengan normal dan Kejora akhirnya benar-benar bisa berdamai dengan Andromeda dengan banyak rahasia yang belum ia katakan kepada Andromeda. Meskipun menanggung beban itu Kejora membuat Andromeda juga berhasil pulih dalam waktu yang tidak terduga yaitu satu bulan, dan Dokter pun memperbolehkan Andromeda keluar dari Rumah Sakit karena Andromeda sudah cukup bisa disebut sembuh dan pulih berkat kehadiran kembali Kejora di hidupnya.“Kejora …,” panggil Andromeda menatap Kejora yang sudah berada di depan rumahnya sambil menenteng tas yang berisi baju-baju Andromeda dan semua hal yang Andromeda bawa selama di Rumah Sakit.
Larasduduk termangu menopang dagu pada kosen jendela kamarnya. Wajahnya yang pucat itu basah karena percikan hujan. Larasmengulurkan tangan, tetesan air hujan berkumpul di telapak tangannya. Berjatuhan ketika ia mencoba menggenggamnya.Ia menatap ke seberang jalan. Matanya menangkap sesosok laki-laki yang berlari menerobos hujan. Menuju jendela kamar tempat ia duduk. Langkahnya begitu cepat karena tungkainya yang panjang. Hanya perlu waktu sebentar saja dan sekarang ia sudah berdiri di hadapan Hanna.Larasberdiri dari duduknya, dengan dua alis yang saling bertaut ia menatap lekat wajah laki-laki yang berada di hadapannya. Senyum seindah bulan sabit tergambar di wajah si laki-laki, lalu tangan dinginnya membelai pipi Larasyang basah.“Hai Han,” sapa si laki-laki di tengah derasnya hujan.“Ilham …,” balas Laraslirih, hampir tak terdengar.Ilham, laki-laki itu merengkuh kedua tangan kecil Lara
“Mom, kapan kita akan bertemu dengan Iriana lagi?” Anak laki-laki berumur 9 tahun terus saja bertanya soal bertemu dengan Iriana, membuat Kejora tersenyum.“Inginnya kapan?” Kejora mengelus lembut rambut milik putranya itu. Rambut coklat yang menuruni gen darinya dan juga rambut yang selalu dielu-elukan oleh neneknya.“Barta inginnya bertemu besok!” seru anak itu sambil sesekali memeluk leher milik ibunya.“Ya, besok kita akan terbang ke Indonesia, mengunjungi Iriana, ok?”“Hu’um!” Barta menganggukkan kepalanya bersemangat, membayangkan wajah gadis kecil yang ditemuinya 3 tahun lalu itu dan merindukannya.“Memangnya kenapa ingin bertemu dengan Iriana? Dia menangis saat kamu mengejarnya tuh,”timpal Mike yang baru saja pulang dari kantornya.Dia mengecup lembut kening Kejora lantas duduk di samping istrinya. Kejora sendiri tersenyum saja, seperti biasan
Mikesedang membantu Kejoramengeringkan rambutnya setelah tidur semalaman efek dirinya yang membuat Kejorakelelahan karena ulahnya. Bahkan senyumannya pun tersungging jelas tanpa surut barang sedetikpun.Kejoraikut tertular senyuman itu. Dia memotret posenya dengan perut besar dan dibelakangnya Mikesedang berkonsentrasi mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, dia paling anti dengan hairdryer, penyebab dirinya mengeringkan rambutnya dengan handuk terus menerus.Dia memotretnya melalui pantulan cermin, aestetik! Dengan lancar dirinya mengunggah di media sosial miliknya. Hitungan menit saja sudah banyak like yang didapatkan bersamaan dengan kolom komentar yang mulai ramai itu. Dia terkikik geli membacanya.“Kok ketawanya sendiri sih?” protes Mikesambil mengalungkan lengannya memeluk leher Kejora. Dia selalu senang menghirup aroma yang menguar dari tubuh istrinya itu, bagai candu yang mampu
“Kenapa ada susu hamil?” Kejora yang tengah memeriksa laci dapur pun melihat dua kotak susu. Dia ingat sedari kemarin Mike selalu memberinya susu hamil.“Kita periksa kandungan bukan?”Kembali Kejora bersuara, wajahnya datar dan nada bicaranya dingin bukan main, merasa kalau Mike memiliki sesuatu yang disembunyikan.Mike yang baru saja pulang dari bekerja pun meringis bingung. Dia tak menyangka Kejora akan segera mengetahuinya. Dia terlalu bodoh sampai-sampai dia sendiri malah ketahuan. Susu hamil! Gara-gara susu itu dia mulai ….“Sayang, itu ….”“Apa kamu berpikir aku akan menggugurkannya sama seperti saat itu? Kau gila jika aku berpikir begitu Mike!” seru Kejora sambil melemparkan sekotak susu mengenai tubuh suaminya.Miketertegun mendengar jawaban Kejora. Dia begitu merasa tertohok karena pertanyaan Kejoradengan mata sayunya yang memandan
Dua bulan pernikahan memang sudah menjadi suatu kebiasaan baru bagi Kejora. Wanita itu sudah terbiasa dengan kehadiran Mike di sampingnya dan pasti memeluknya juga. Lengan kekar Mike selalu berakhir melingkar di perutnya.Apalagi saat dirinya berbalik dan mendapati tubuh Mike yang setengah telanjang menjadi pemandangan pertama yang dijumpai oleh matanya.Namun, memandangi wajah pulas Mike berlarut-larut malah memancing mual sampai Kejora berlari menuju wastafel. Mike yang mendengarnya membuka mata seiring suara berisik yang timbul oleh Kejora saat ini.Hoek! Hoek!Kejora berkali-kali memuntahkan isi perutnya.Melihat Kejora yang pucat semakin membuat khawatir Mike. “Are you ok?” tanyanya sambil memapah Kejora.Kejora menggeleng pelan.***Kejoramasih duduk melamun sendirian. Dia yang terlalu polos hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja saat ini. Benar-benar bukan hal biasa baginya
Benar-benar terasa indah jika seperti ini dengan kencan dan senyum yang ditawarkan. Kejoramemegang tangan besar Mikesepanjang perjalanan menuju tempat pulang. Berkendara di malam hari setelah berkencan memang menyenangkan.Hatinya sangat terasa bahagia hanya karena bisa berduaan dengan Mikesaat ini. Malam yang sepi dengan hujan deras menghias jalanan sampai-sampai jalanan di malam hari yang biasanya tak pernah sepi kini lengang termakan derasnya hujan.Mikemasih berfokus menyetir membawa mobilnya, namun entah kenapa dia mengingat suatu hal yang paling ingin dilakukannya saat ini. Mencumbu Kejorasampai mencapai klimaksnya.“Sayang,” panggil Mikedengan mata yang masih memandang ke depan.“Heum?” Kejoramenunggu kelanjutan perkataan Mike.“Kita ke hotel saja yuk? Rasanya kita tak pernah berbulan madu…,” bisiknya lirih.Kejoratercenung men
“Sedang apa?” Mike melingkarkan tangannya di perut rata milik Kejora.Wanita itu sudah berganti pakaian usai sore tadi mereka melakukan resepsi.Kejora menggelengkan kepalanya pelana, “hanya melihat sekeliling saja. Aku bosan,” keluhnya.“Mau jalan-jalan?”Tawaran Mike membuat Kejora membalikkan tubuhnya dan memandangi suaminya dengan penuh semangat dan dia menganggukkan kepalanya.Mikememegangi tangan Kejora. Mereka tengahberjalan berdua mengelilingi area pasar malam yang berwarna-warni lampunya itu.Kejoramengamati kemana Mikemelangkah saat ini. Langkah kaki Mikemembawanya menuju penjual gulali. Permen kapas berbentuk love yang sengaja dibelinya untuk istrinya. Kejoratak menyangka, dia tercenung melihat bagaimana pria yang menjadi suaminya itu mau melakukan hal-hal receh seperti ini.Mikemenyodorkan permen kapas yang terbungkus plastik
Mempersiapkan pernikahan tentu tak mudah, apalagi Mike sengaja tak ingin melibatkan orang tua. Dia justru ingin memberikan kejutan pada semua bagaimana konsep pernikahan yang akan dia berikan. Bahkan, Kejora pun hanya boleh tahu gaun yang akan mereka kenakan saja. Tidak dengan konsep juga gedungnya. Padahal saat lamaran, Mike banyak bertanya apa keinginannya. Tentu semua itu terasa menyebalkan untuk Kejora, tapi dia percaya Mike akan melakukan semua yang terbaik.Semakin melihat perjuangan Mike akhir-akhir ini hati Kejora semakin luluh. Bahkan seperti remaja yang baru mengenal asmara, sekali saja Mike tak mengangkat panggilannya, Kejora akan menangis. Atau saat dia rindu, Mike justru tak bisa datang, dia akan marah. Mungkin dia sudah terkena pelet cinta yang disebarkan oleh Mike dengan semua perhatiannya.Mengetahui jika Kejora sudah sampai seperti itu padanya, hati Mike tentu saja bahagia. Maka itu dia tak main-main dalam mempersiapkan semuanya. Untuk calon istrinya.
Sehari setelah pernikahan Andromeda dan Laras, Kejora diminta Rina dan Marje untuk ke rumah sakit bersama mereka. Pada awalnya, tentu Kejora banyak bertanya karena bingung ada gerangan apakah dia harus ke rumah sakit. Ternyata saat berada di sana, dia melihat sendiri tubuh laki-laki yang merupakan ayah kandungnya sedang lemah tidak berdaya. Kelvin harus di rawat di rumah sakit karena penyakit jantung yang dia derita.Kejora tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa menatap dengan sedih saat memasuki ruangan itu."Kejora," panggil Kelvin pelan saat melihat putrinya membuka pintu ruangannya."Papa," bisik Kejora sambil melangkah mendekati ranjang.Dia membenci Kelvin, sangat, apalagi setelah tahu karena hubungan darah yang menjeratnya beserta Andromeda adalah karena ulah sang ayah. Namun, semua manusia pasti memiliki kesalahan, dan jika Kelvin meminta maaf atas kesalahannya tentu Kejora tak mungkin masih menaruh dendam."Duduk di sini, Nak." Kelvin me