Alih-alih segera menjawab rasa penasaran Grace, Marvel beralih menutup pintu kamar mandi, kemudian menguncinya, memastikan tidak ada siapa-siapa yang bisa masuk ke dalam sana selain mereka.
"Teman kantorku," jawab Marvel sambil tersenyum, tak terlihat sesuatu yang mencurigakan dari gerak-geriknya.Grace pun mengangguk paham, lalu perlahan mulai menghampiri Marvel yang masih stagnan di depan pintu. Tanpa bicara apa pun, ia kemudian memeluk tubuh Marvel, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang pria tersebut sambil berkata, "kangen kamu banyak-banyak."
"Benarkah?" tanya Marvel memastikan, hatinya tiba-tiba menghangat."lya, beneran," sahut Grace, semakin mengeratkan pelukannya."Memang sebanyak apa kangennya?" Marvel membalas pelukan Grace, tangan kanannya mengusap lembut pucuk kepala gadisnya itu."Sebanyak satu dibagi nol," jawab Grace.Marvel mengerutkan dahinya."Berapa itu?""Tak terhingga," sahut Grace sembari meringis kagok."Siapa yang ngajar"Aku suka semua yang kamu masak," jawab Marvel tanpa sedikitpun keraguan."Satu saja, yang paling Marvel suka, yang kalau makan itu bisa langsung ingat aku," desak Grace agar Marvel memberi jawaban yang lebih spesifik.Pria itu tampak menatap langit-langit kamar, sedang berpikir keras. Jujur saja, semua makanan yang Grace masak itu enak dan selalu meningkatkan nafsu makannya. Jadi, ini merupakan pilihan yang sulit."Yang mana?" tanya Grace lagi."Bubur yang kamu bikin waktu aku sakit," sahutnya setelah menimang-nimang pilihan."Rasanya enak sekali, mualku jadi reda setelah makan itu.""Oh, oke!" Grace akhirnya bisa bernapas lega, ia benar-benar bisa memulai aksinya besok pagi."Kenapa tiba-tiba tanya makanan favorit aku?" Kini, Marvel ganti bertanya."Tidak apa-apa sih, cuma kepo doang," balas Grace sambil meringis.Drrttt! Drttt!"Sebentar, Sayang." Marvel beranjak duduk dari pangkuan Grace setelah merasakan ponsel yang ada di sak
"Kamu lagi banyak pikiran ya?""Tidak kok. Aku orangnya woles," jawab Grace."Kalau begitu, gimana kalau kamu ke rumahku? Mama hari ini pulang ngantor agak Awal, nanti aku minta Mama bikinin jamu biar nyeri haidnya bisa cepat sembuh kayak yang dulu-dulu."Yvan memberi penawaran, tapi Grace langsung meresponnya dengan gelengan kepala."Tidak usah, Van," tolak Grace halus."Habis ujian aku mau langsung pulang, mau nyiapin makan siang Marvel."Yvan tiba-tiba mendengus kesal."Nyesel aku kalau kayak gini ceritanya.""Nyesel kenapa?" Grace tidak paham."Dari tadi aku ngawatirin kamu, mikirin kamu ... tapi kamunya malah mikirin orang lain. Anjing lah!"***"Apa siang ini Tuan sibuk?" tanya Rebelza begitu mereka keluar dari ruang meeting. Marvel yang berjalan di sampingnya kontan menggeleng."Tidak."Rebleza lantas melirik jam tangannya."Sebentar lagi jam istirahat. Tuan mau makan siang dengan saya?""Tiba-tiba sek
"Yang kedua ini namanya Largo Gasang, usia 50 tahun, direktur JJ Fashion.""Dan yang terakhir ini." Lester menggantungkan kalimatnya.Marvel menyesap rokoknya."Ada apa dengan yang terakhir?""Tuan mengenal dekat orang ini," ungkap Lester, kemudian memutar beberapa potongan CCTV dari berbagai angle yang digabung menjadi satu video utuh."Tidak ada interaksi secara langsung, namun Kian Draizuke memang sering kedapatan mengamati Nyonya Grace dari jauh.""Apakah saya perlu menjelaskan profilnya?" tanya Lester begitu melihat Marvel menjatuhkan puntung rokoknya, kemudian mematikan bara apinya dengan menginjaknya.Raut wajah Marvel juga langsung berubah. Reaksinya berbeda ketika Lester menyebutkan dua orang lainnya. Kali ini, Marvel tampak begitu terkejut. Setengah tidak percaya."Dan menurut saya, dari ketiga orang tersebut, Kian Draizuke yangpaling sus.""Menurut saya?" Marvel mengulangi pernyataan Lester dengan seringaian yang menginti
Marvel spontan menutupi telinganya rapat-rapat saat Grace tiba-tiba berteriak kencang. Gadis itu terkejut bukan main saat Marvel menanggapi monolognya barusan. Rasanya jantungnya seperti terjun payung ke lambung."K-kamu dari kapan masuk kamar aku?" tanya Grace gelagapan, ia berusaha melepas pengait bra yang ia kenakan, tapi tidak bisa-bisa karena sudah keduluan panik."Dari kamu tanya ke Google," jawab Marvel apa adanya selagi mendekati Grace yang tampak kesusahan. la kemudian memegangi pundak Grace, memutar tubuhnya lembut sehingga kini gadis itu memunggunginya."Marvel, mau ngapain?" Grace makin panik."Bantuin kamu," sahut Marvel, lantas dengan telaten mulai melepas pengait bra motif macan tersebut."Kamu kenapa pakai bra di luar piyama begitu? Apa biar payud*ranya lebih hangat dan tidak masuk angin?""Bukan-bukan!" sergah Grace cepat-cepat, berusaha berpikir keras untuk mencari alasan yang tepat selagi melempar bra tadi ke sembarang arah."Mmm
"Apanya?""Ya apa lagi?""Maksud kamu malam pertamanya?""Itu tahu, pakai nanya segala," ucap Grace."Lo, ya jangan!""Loh, ya suka-suka aku!""Loh, ya tidak boleh begitu!""Yang ngilangin tupperware siapa?" sarkas Grace sambil menoleh ke belakang untuk menunjukkan wajah julidnya pada Marvel.Lantas Marvel pun memasang ekspresi melas yang menyedihkan, ia juga sempat memanyunkan bibirnya sebelum menandas, "sebenarnya suami kamu itu aku atau tupperware?""Kamu jangan peluk-peluk dulu deh, aku jadi susah mau aduk nasinya." Grace berkilah, tak ingin menjawab pertanyaan konyol Marvel."Tidak mau," tolak Marvel, justru semakin mempererat pelukannya."Ih! Ih! Ih! Itu di tangan kamu ada apa?" tipu Grace sambil menunjuk tangan Marvel.Pria dewasa itu percaya. la langsung melepas pelukannya dan mengecek ada apa di tangannya. Tapi ternyata tidak ada apa-apa."Bohong ya kam_""Astaga! Aku lupa masukin sosis," interupsi Grace
"Tapi waktu menstruasi bulan kemarin, Grace tidak seperti ini, Bi."Bibi Maid menerka."Mungkin kali ini ada yang membuat Nona Grace sebal, makanyabegitu.""Jadi maksud Bibi, aku menyebalkan?" tebak Marvel sedikit tak terima, ia menatap tajam wanita dewasa itu."Hehehe." Bibi Maid meringis, "bisa jadi.""Ya ampun! Astaga! Saya lupa beli kecap asin," celetuk Bibi Maid sambil menepuk jidat, pura-pura kaget, padahal ada niat terselubung di dalamnya."Tuan, permisi. Sepertinya saya harus kembali ke supermarket untuk beli kecap asin."Ya, Bibi Maid harus segera melarikan diri. Semoga kejujurannya ini tidak menyebabkan dia dipotong gaji.***Tok! Tok! Tok!Grace sedikit terkesiap begitu mendengar pintu kamarnya diketuk. Tanpa memalingkan perhatiannya pada buku paket bahasa inggris, Grace lantas menyahut, ".asuk saja, tidak dikunci."Pun tak perlu menunggu lama, seseorang yang ada di balik sana segera membuka pintu, lalu masuk ke
Grace itu lekas mendekatkan bibirnya ke telinga Marvel, lalu mulai berbisik, "Paris.""Paris?" Marvel mengulangi perkataan Grace."lya." Grace mengafirmasi dengan anggukan."Aku mau ke Paris, mau lihat Menara Eiffel.""Cuma mau lihat Menara Eiffel?" tanya Grace memastikan."Iya.""Kenapa harus jauh-jauh ke Paris? Aku juga punya Menara Eiffel di bawah sini," goda Marvel sambil melirik pusat selangkan*annya, "mau lihat?""Ih!!!" Grace memukul-mukul pundak Marvel."Kamu otaknya meslek!""Aku serius," cetus Marvel sambil membentengi diri dari pukulan brutal Grace."Ini namanya juga Menara Eiffel, Sayang. Kan sama-sama bisa berdiri menjulang. Besar dan panjang."Siapapun tolong selamatkan Grace dari humor dewasa ini!"Kamu jangan ngomong gitu, aku jadi takut," tandas Grace selagi menutupi kedua telinganya.la kembali teringat saat tak sengaja melihat aset milik Marvel menggembung di balik celana. Wow! Pikiran Grace mulai
"Maaf, seharusnya aku membawamu kemari lebih awal," celetuk Marvel, merasa bersalah."Tidak masalah." Grace menggeleng pelan dengan kulasan senyum manis di bibirnya."Padahal rencana awal, kita akan sampai di Paris pagi tadi," keluh Marvel sembari menghela napas dalam, "aku tidak menduga akan ada masalah tepat sebelum kita berangkat."Masalah yang Marvel maksud di sini berkaitan dengan proyek Solsctice. Salah satu perusahaan yang memberi sponsor besar dalam proyek ini tiba-tiba mengundurkan diri karena terkena skandal penggelapan dana dan kasus suap setelah diaudit. Alhasil, PrimeVenture harus mengadakan rapat darurat untuk mencari sponsor pengganti, sebab jika tidak, proyek ini tidak bisa berjalan maksimal karena kekurangan dana. Beruntung dalam hari itu juga, PrimeVenture bisa menggaet beberapa perusahaan yang bersedia memberi sponsor. Ya, karena hal itulah, keberangkatan mereka yang sudah dijadwalkan siang hari, mau tidak mau harus mundur sampai tengah malam. Marve
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg