Pada jam 9.55 WIB mereka kembali masuk untuk mengikuti pelajaran selanjutnya hingga pukul 14.00 WIB.***Sementara Marvel di kantornya itu tengah berleha-leha setelah ia menandatangani beberapa kontrak karyawan barunya dan juga kerja sama dengan kantornya pada perusahaan lain. Pria itu kini tengah menutup matanya di kursi kebesarannya itu. Matanya terasa pegal menatap layar monitor terlalu lama, tapi dia juga bahagia karena nanti Marvel akan menjemput Grace ke sekolah untuk pulang bersama.Marvel tadi juga memesan tempat untuk makan siangnya dengan Grace di kursi exlusive luxury di sebuah restoran berbintang. Ah, pria itu sekarang sangat memanjakan gadisnya dan juga itu tak mengeluarkan uang yang tak sedikit."Pagi, Pak."Marvel membuka matanya saat mendengar suara seorang pria. Ternyata itu adalah Gerland, manager di kantornya. Marvel mengusap wajahnya dengan kasar saat Gerland tersenyum padanya."Tumben Bos, tidur pagi ini," kata Gerland basa-basi sambil meletakkan 4 berkas di atas
Seluruh kancing kemeja putih seragam milik Grace telah terlepas oleh Marvel. Pria itu mendongak ke atas menatap wajah Grace yang berada lebih tinggi darinya karena posisi mereka yang Grace berada di pangkuan pria itu. Marvel mengulurkan tangannya untuk menyentuh dagu mungil Grace hingga gadis itu menoleh ke arahnya. Grace menatap Marvel yang sangat tampan itu di depan matanya. Marvel tersenyum manis agar suasana mereka sedikit lebih menghangat, hanya saja dipikiran gadis itu telah bercabang-cabang sehingga senyuman itu tak terpancar di wajahnya.Perlahan tangan Marvel yang berada di dagunya itu terlepas, Marvel menggantungkan tangannya di bahu Grace seraya mengusap kecil bahu mungilnya itu. Lalu perlahan-lahan Marvel mulai menyikap seragam Grace yang di dalamnya terdapat balutan tanktop berwarna purple senada dengan tali bra gadis itu. Dengan Marvel yang terus menatap mata gadis itu, seolah-olah ia mengatakan 'ini akan baik-baik saja, percayalah padaku.'Setelah kemeja putih itu terle
Marvel kembali meletakkan ponselnya di nakas lalu ia menekan tombol di dekat ranjang untuk memanggil karyawannya dengan mode cepat. 2 menit kemudian terdengarlah suara ketukan pintu. Marvel berjalan mendekati pintu lalu membuka pintu kamarnya dan terlihat pria berpakaian hitam kuning itu di depan pintunya."Ada apa Pak Marvel?" tanyanya sopan."Bawakan saya menu makanan lezat di kamar," kata Marvel dingin."Baik, Pak. Akan saya bawakan. Ada lagi Pak?""Minumannya juga. Untuk dua orang, ya."Pria itu menganggukkan kepalanya patuh. Setelah Marvel menutup pintu kamarnya, pria itu bernapas dengan lega. Ia segera berjalan cepat menuju lift untuk ke lantai satu dan menuju tempan makanan. Di apartement ini sudah tersedia tempat restoran dan tempat berolahraga. Semuanya lengkap dengan 1 gedung tinggi nan mewah itu."Chef," panggil pria berseragam itu pada pria bertubuh gempal berpakaian serba putih tak lupa dengan topi yang dikenakan di atas kepalanya.Chef Praja.Pria itu menoleh."Pak Marve
Merapikan kembali rambut Grace yang terlihat acak-acakan itu dan memperbaiki selimut berbulu yang membungkus dirinyavitu agar gadis itu tak kedinginan. Marvel lalu memeluk Grace dari belakang, sebenarnya ia juga kedinginan malam ini, tetapi karena ada Grace di dekatnya tubuh itu menghangat dan juga hatinya menjadi senang dan bahagia.Hingga malam jam delapan tiba, Marvel dan Grace turun di bawah untuk dinner di dalam hotel mewah itu. Karyawannya telah menyiapkan ruangan VVIP untuk mereka berdua dan beberapa chef handal di hotel tersebut langsung turun tangan menuju meja Marvel dan Grace."Good evening, Mr. Marvel. Tonight we serve AB Steak specially for you two. This steak is made from meat that has gone through a dry-aging process. AB Steak presents 5 types of salt and sauce. For salt, there are Pink Himalayan, Garlic, Truffle, Yuzu, and Kimchi. As for the sauce, there is wasabi soy sauce to bulgogi." Chef Praja memperkenalkan meu andalannya yang bernama AB Steak itu pada mereka berd
"Hai Sayang," sapa Lin saat ia sudah berdiri di depan Marvel.Pria itu mengkerutkan keningnya, ia menaikkan sebelah alis menatap ke arah Lin dengan mengejek. Kenapa wanita itu malah manis padaku? Apakah dia sakit? Atau dia sedang mabuk? Pikir Marvel. Pria itu menatap layar monitor komputer di depannya seraya memperbaiki kacamata yang sedikit miring itu. Lin berjalan beberapa langkah untuk melihat apa yang ada di komputer pria itu hingga dia mengabaikan dirinya.Sebuah surat menyurat di sana, Lin melirik ke arah Marvel yang masih fokus pada ketikannya. Hingga dia benar-benar melupakan Lin yang tengah berada bersama dirinya itu. Wanita itu mengembuskan napas dengan kasar, memijat pelipisnya lalu melipat kedua tangannya di depan dada."Apa komputer itu membuat kau mengabaikanku?" tanya Lin dengan amarahnya yang masih tertahan.Marvel menghentikan ketikan jarinya di atas keyboard itu lalu memutar kursi kebesarannya hingga wanita itu memundurkan langkahnya agar kaki jenjangnya itu tak meng
Maps di layarnya itu menunjukkan cafe di mana dulu ia dan Grace pernah sarapan di sana. Cafe sederhana khusus anak-anak muda. Sesampainya di sana, Marvel memakai maskernya lalu memperbaiki posisi topinya itu. Ia berjalan masuk ke dalam cafe dan melihat 3 anak gadis berpakaian casual dan ia melihat Grace--sugar babynya itu. Marvel memilih duduk di seberang meja mereka lalu ia memesan secangkir coffee americano dingin.Di sana, terlihat Grace tengah membicarakan entah apa. Karena hanya terdengar suara musik pop yang menggema. Sesekali pria itu menyesap kopinya dan menatap layar ponselnya di depan wajahnya itu. Grace tahu jika di belakang tempat duduk Xella dan Anggi itu adalah Marvel. Tertanda dari tangan pria itu yang putih pucat, jarinya yang kekar plus urat di punggung tangan pria itu, jam tangannya, dan ponsel Marvel yang bercashing tengkorak.Marvel yang sesekali melirik ke arah Grace itu, gadis itu yang berbicara sambil menggerak-gerakkan tangannya di udara. Ia teringat dengan tan
Aku terus menyesap birainya itu dengan tak ada kata puas. Ketika aku mendapatkan serangan pukulan di bahuku, aku menghentikan percumbuan kami dan beralih pada kancing seragamnya yang kubuku lalu mengecup ringan area tulang selangka dan bahunya yang terbuka, seragam putih itu kusibakkan ke samping dan terlihat pakaian dalam dan tanktop yang ia kenakan berwarna biru laut itu.Setelahnya, aku menyandarkan kepalaku di bahu sempit milik Grace, menetralkan napasku dan napasnya yang memburu. Aku melihat ke bawah dan asetku masih menegang. Ah, aku sangat tak kuat sekarang. Aku mengambil satu tangannya lalu aku mengecupnya dengan sayang sambil menatap wajahnya yang terlihat malu itu."Bisa kamu ulang lagi, Grace? Saya benar-benar gak tahan," lirihku menatapnya dengan tatapan memohon.Gadis itu terdiam, ia nampak berpikir. Matanya yang menatap sebelah kiri itu lalu ia kembali menatap mataku dan menganggukkan kepalanya. Saat ia hendak turun, aku menahannya agar ia tetap berada di atas pangkuanku
"Om, kayaknya kita gak perlu makan di sini, deh. Gimana kalo aku masakin?" tawar Grace.Marvel yang mendengarnya pun menaikkan satu alisnya. Oh, oke. Kita akan lihat apakah gadis itu bisa memasak atau bukan. Marvel menganggukkan kepalanya lalu mereka berbalik menuju lift dan masuk ke dalam sana."Kamu yakin, Sayang?" tanya Marvel tak percaya."Ya iyalah, Om. Gak percaya amat sih.""Kalo nanti keasinan, gimana?"Grace terdiam. Ia menatap ke arah dapat, bingung melanda dirinya. Benar juga apa kata Marvel. Bagaimana masakannya itu tak sesuai di lidah pria itu, sementara Marvel benar-benar jago dalam memasak."Kalo keasinan, saya yang akan hukum kamu."Grace mendongak menatap pria bertubuh tinggi tegap di depannya. Ia hanya bisa diam sambil melipat bibirnya ke dalam. Huh, dia yang menawar dia juga yang grogi dan gemeteran sekarang. Sampai pintu lift itu terbuka, mereka langsung menuju kamar dan menuju dapur yang memang sebenarnya tak dipakai. Tapi, pihak hotel menyiapkan semua keperluan s
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg